Share

Bab 96-2

last update Terakhir Diperbarui: 2022-02-10 23:59:02

“Bagaimana? Apa Maura masih marah? Apa kau berhasil membuat Maura mengerti dan memaafkanku? Apa Mama tahu yang terjadi barusan?” Rangga memberondong Reno dengan pertanyaan sejak melihat iparnya itu membuka pintu.

Reno membanting tubuhnya ke sofa, mengabaikan ekspresi ingin tahu yang jelas tergambar di wajah kakak iparnya.

“Whoi, Reno! Ditanya malah bengong.”

“Bos, sepertinya Maura akan memulai perang dingin denganmu. Begitu juga tentara cilik yang selalu berada di sampingnya.”

“Siapa? Yuki? Kenapa?”

“Hhh, ini salahku. Dua orang yang baru keluar karantina aku tugaskan untuk menjemput Yuki. Maksudnya supaya tidak ada yang mengenali, ternyata ....” Reno hanya menggeleng tanpa melanjutkan kalimatnya.

“Ternyata? Apa?”

“Ternyata mereka beretindak berlebihan, terlalu bersemangat hingga Yuki merasa seperti sedang diculik,” sahut Reno lemas.

Puk.

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • LOVE is YOU, Ra!   Bab 97-1 Lelah Fisik, Lelah Mental

    Dua menit berlalu, tapi tidak ada respon dari dalam. Rangga terus berteriak memanggil Maura dan menggedor daun pintu dengan kepalan tangannya. Dengan gerakan tergesa, Rangga menekan beberapa angka dan mulai bicara.“Ren, suruh orang teknisi ke atas. Aku butuh mereka untuk membuka pintu rumahku!”Tanpa menunggu jawaban atau pertanyaan Reno, Rangga memutus sambungan dan mengulang tindakannya.“Maura! Jawab aku, Ra!”Dug dug dug.“Maura! Buka pintunya!”Klik.Pintu terbuka sedikit. Rangga melebarkan akses masuknya dengan cepat. Di depannya, Maura sedang setengah membungkuk memeluk perutnya dengan peluh membasahi dahinya.“Kak, Yuki.”Rangga mengangkat Maura dalam gendongan dan segera berbalik. Ia ingin membawa Maura ke Rumah Sakit, tapi Maura meremas bahunya.“Yuki, pingsan. Ehh,” ucapnya diselingi rintihan.“Reno sedang menuju kemari. Dia akan

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-12
  • LOVE is YOU, Ra!   Bab 97-2

    Dua hari ini, Rangga sibuk mengurus Orion dan kasus terkait Damian dan Burhan. Ia nyaris tidak pernah tinggal lama di rumah, lebih banyak tinggal di kantor atau rumah Reno. Satu karena tidak ada Maura dan lainnya karena khawatir salah menjawab kecurigaan orang rumahnya. “Bang, ini titipan makanan dari Teh Yuni. Dan ini baju ganti yang diminta.” Reno mengulurkan dua buah kantong plastik ke hadapan Rangga. “Apa ada yang tanya tentangku?” tanya Rangga seraya menegakkan punggungnya. “Tidak. Mungkin karena kamu sudah memberitahu mereka akan tinggal di penthouse untuk sementara, jadi mereka tidak banyak bertanya.” Tubuh Rangga menyandar lemas ke sofa. “Baguslah,” ucapnya bertentangan dengan suasanya hatinya yang tidak bagus. “Apa Maura menghubungimu? Menanyakanku mungkin?” Reno menggeleng. “Dia bahkan tidak berkata sepatah kata pun saat aku mengantar Yuki sepulangnya dari Rumah Sakit. dia hanya sibuk memeluk dan menciumi Yuki.” Rang

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-12
  • LOVE is YOU, Ra!   Bab 98-1 Di Bawah Perlindungan Kuat

    [Engh, apa? Kenapa Maura pergi dari rumah, Bang?] Ponsel di tangan Rangga hampir meluncur lepas dari genggaman saat Hanna menembaknya tepat pada inti masalahnya. [Bang?] tanya Hanna dengan nada menyelidik. “Ma, Mama tahu dari mana kalau Maura pergi dari rumah?” [Tidak penting tahu dari mana. Jawab saja pertanyaan Mama, kenapa Maura pergi dari rumah?] ulang Hanna dengan nada lebih mendesak. Rangga tahu, Hanna bertanya bukan karena tidak tahu, tapi hanya untuk mendengar versi lain sebuah cerita atau masalah. Yang perlu dilakukannya sekarang adalah berkata jujur tanpa bermaksud membela diri. “Maura lihat Rangga bersikap kasar pada Anggi dan Damian beberapa hari lalu di kantor Orion. Maura kecewa dan bilang kalau dia lelah bersamaku. Lelah fisik dan mental.” Sebuah desahan lega lolos dari bibir Rangga. Bercerita pada mamanya selalu pilihan paling tepat untuk membagi bebannya, selalu. [Hal itu mungkin mengecewakannya, tapi tidak aka

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-15
  • LOVE is YOU, Ra!   Bab 98-2

    Puri Mangkunegaran 15, Yogyakarta“Mbak Warsih,” panggil Rangga begitu turun dari taksi dan melihat asisten rumah tangga yang sudah dikenalnya sejak kecil.“Den! Kok ndak telfon dulu? Mbak Warsih belum siapkan kamarnya, lho.” Wanita berbadan subur berbalut kebaya dan kain panjang itu terkejut dan merasa bersalah.“Rangga langsung berangkat tadi, gak sempat kasih kabar. Eyang ada, Mbak?”Rangga tidak sempat melihat perubahan mimik Warsih karena sibuk membayar ongkos taksi dan mengeluarkan tasnya. Saat berpaling menatap Warsih lagi karena tidak mendapat jawaban atas pertanyaannya, Rangga mengernyit heran.“Mbak, Eyang ada?”“Maaf, Den. Mbak Warsih jadi ingat pesan Ndoro Putri kalau hari ini, Puri Mangkunegaran tidak menerima tamu. Maaf, Den.” Warsih setengah membungkuk memberi hormat dan hendak berbalik pergi.“Tunggu, Mbak.” Rangga mencekal lengan

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-15
  • LOVE is YOU, Ra!   Bab 99-1 Hidup Seperti Mati

    Setelah membersihkan hampir setengah halaman yang penuh semak belukar dan tanaman rambat, mendobrak pintu rahasia yang sudah usang dimakan musim dengan penuh semangat, Rangga harus menelan kekecewaan. Pasalnya, di depannya berdiri tembok beton dua kali tinggi badannya berbentuk U yang artinya, Rangga masih tidak bisa menembus Puri Mangkunegaran lewat jalur rahasia miliknya.“Astaga ... sejak kapan kau berdiri di situ?!” geram Rangga kesal.“Sejak bulan lalu,” sahut Jelita dari balik punggung Rangga.Rangga tersentak kaget dan berbalik cepat menghadap Jelita. “Eyang!”“Aku sudah tahu kamu akan membuka kembali jalur rahasia milikmu.” Jelita maju satu langkah mendekati Rangga.“Sebelum aku menghadiri pernikahan Alina, ada seekor ulat piton yang cukup besar masuk ke dalam puri. Jadi, aku menyuruh Kirman membersihkan halaman belakang dan berakhir menemukan jalur rahasia milikmu. Saat itu, aku langsun

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-16
  • LOVE is YOU, Ra!   Bab 99-2

    Dua hari berlalu, Rangga masih setia duduk di kursi ukiran kayu, menunggu pintu di depan rumah utama dan berharap pintu itu terbuka. Warsih dan Kirman bergantian mengantar makanan dan baju ganti untuk Rangga—yang tidak pernah disentuhnya, tanpa sepatah kata keluar dari mulut mereka.Cemas dan putus asa berhasil membuat mata Rangga terus terjaga tanpa istirahat selama dua hari. Matanya merah dan sembab, wajahnya kusut karena mengantuk, aura Ranggapati meredup. Hanya air segar yang diambil dari sumur belakang puri yang memberinya tenaga untuk bertahan.Hidup seperti mati, itu yang sekarang Rangga rasakan. Tubuhnya bergerak, tapi tidak bernyawa. Semua karena Maura, kekasih hati yang baru belakangan benar-benar ia sadari arti hadirnya dalam kehidupan Rangga.Selama ini, Rangga berpikir bahwa ia mencintai Maura dan itu lebih dari cukup untuk melandasi sebuah pernikahan. Nyatanya, lebih dari itu. Ia membutuhkan Maura, wanita itu adalah istrinya, garwa d

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-16
  • LOVE is YOU, Ra!   Bab 100-1 Hal Paling Menyakitkan

    ‘Kursi roda,” gumam Rangga dalam hatinya.Rangga mengangkat pandangannya perlahan karena rasa penasaran dan cemas bercampur jadi satu. Tidak ada kata yang tepat untuk menggambarkan perasaannya saat ini, kala matanya melihat Maura duduk di atas kursi rodanya dengan wajah pucat. Warsih membantu mendorong kursi dari belakang.“Sayang,” sapa Rangga lirih.Bibir mungil itu dipaksa menyungging senyuman. “Hai,” balas Maura lemah.Warsih mendorong Maura sampai berdekatan dengan Rangga, lalu pergi tanpa menunggu perintah. Maura mengulurkan tangannya yang terlihat kecil seperti sumpit ke atas, meminta Rangga menjajarkan wajah mereka.“Maura,” panggil Rangga lagi sambil berlutut di depan Maura, dengan suara dalam dan serak. “Apa yang terjadi padamu?”“Dengarkan aku, tidak banyak waktu yang dokter berikan padaku.”Rangga tidak mengerti maksud ucapan Maura, tapi kepalanya meng

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-18
  • LOVE is YOU, Ra!   Bab 100-2

    Berbagai jenis makanan tersaji di meja, tidak membuat tiga orang yang sedang duduk tenang tergugah untuk menyantapnya. Jelita, Rangga dan Yuki hanya duduk diam, larut dalam pikiran masing-masing.“Maaf, Rangga tidak nafsu makan. Rangga ke kamar dulu.”Yuki hanya mengiring kepergian paman dingin yang mulai menghangat itu melalui manik matanya.“Eyang,” lirihnya seraya menatap Jelita. “Aku mulai merindukannya.”Jelita merentangkan dua lengannya, mengundang Yuki masuk dalam pelukan hangatnya. “Eyang tahu. Kita harus membiarkan mereka saling berjauhan agar tidak ada lagi yang tersakiti.” Tangan Jelita terus mengusap punggung Yuki, naik turun.“Apa ini akan berhasil?” tanya Yuki seraya mengangkat wajahnya.Jelita tersenyum, mengusap kepala Yuki dan mencium dahinya. “Cah Ayu, kita hanya diminta berusaha. Hasilnya, kita serahkan pada Sang Pencipta. Kita dorong dengan doa. Ba

    Terakhir Diperbarui : 2022-02-18

Bab terbaru

  • LOVE is YOU, Ra!   Bab 131-2

    Vila Danutirta, Bandung“Gimana, Han? sudah dapat tiket pesawatnya?” tanya Jelita gelisah. “Kasihan Alina dan Rangga, mereka belum pernah menemani ibu bersalin, pasti bingung dan panik.” Jelita mondar-mandir seperti kain pel.“Belum, Bu. Penerbangan hari ini penuh semua. Tiket kereta juga ludes sampai besok,” lapor Hanna tak kalah gelisah.“Haduh ... kenapa bisa habis semua di saat seperti ini? Galih, kamu sudah hubungi Galih dan Reno? Biasanya otak pria bisa berpikir cepat saat situasi mendesak begini.”Hanna menggeleng. “Mas Galih dan Reno sedang berada di kawasan proyek, Bu. Ponselnya dinonaktifkan.”“Astaga, ya Allah Gusti ...! Kok bisa barengan begini, sih?!” Jelita menepuk kedua pahanya putus asa.Yuki yang tidak mengerti apa yang sedang terjadi, hanya bengong sambil kepalanya bergerak mengikuti Hanna dan Jelita bergantian.Jelita melambaikan tangannya denga

  • LOVE is YOU, Ra!   Bab 131-1 Perjuangan Panjang

    Rangga sedang iseng mengintip isi kantong belanjaan yang tergeletak di atas ranjang manakala telinganya mendengar seruan panik dari dalam kamar mandi. Rangga bergegas ke kamar mandi, melihat Maura sedang berdiri berpegang erat pada pinggiran wastafel, tapi mimiknya tidak menyiratkan kesakitan, membuat Rangga menurunkan kewaspadaannya.“Ada apa?” tanya Rangga tenang.“Balonnya meletus,” ucap Maura bingung.Rangga mengedarkan pandangan ke arah langit-langit, mencari bohlam yang pecah. “Mana? Gak ada yang pecah, kok.”“Ini, yang di sini.” Maura menunjuk ke bawah kakinya.“Astaga! Ini balon apa yang pecah, kok isinya air keruh?!” panik Rangga. “Jangan-jangan ... ini ketuban, ya?” tebak Rangga sambil menatap Maura meminta penjelasan.“Sepertinya begitu.”Rangga bergegas mengangkat Maura, membawanya keluar dan membaringkannya di ranjang.“Jangan

  • LOVE is YOU, Ra!   Bab 130-2

    “Hoek, hoek!” Maura bersandar lemas di depan pantry dengan kran menyala deras. Di sampingnya, Alina dengan telaten memijat lembut tengkuknya. “Maura kenapa, Al?” Rangga yang penuh keringat setelah bermain tenis bersama Kirman terlihat cemas. “Entahlah, sejak tadi pagi sudah begini.” Alina meraih selembar tisu untuk mengusap peluh yang membasahi leher dan dahi Maura. “Sini, biar aku saja.” Rangga menggantikan Alina, memijit tengkuk dan mengusap peluh. “Masih mau muntah?” tanyanya lembut. Maura menggeleng. “Aku mau duduk, Kak.” Rangga dengan sigap menggendong Maura, membawanya ke kursi goyang kayu kesayangan eyang kakungnya. “Duduk sini dulu, aku ambilkan minum.” “Aku mau teh lemon madu hangat,” sahut Maura cepat. “Oke, segera datang.” Rangga melesat kembali ke dapur bersih dan sibuk menyiapkan teh yang Maura minta. “Kak, apa masih ingin muntah? Perlu aku ambilkan baskom kecil?” tanya Alina seraya mendekat.

  • LOVE is YOU, Ra!   Bab 130-1 Keluargaku Duniaku

    Rangga, Hanna dan Galih kompak mengernyit jijik melihat isi gelas yang Jelita sodorkan ke depan Maura. Sedangkan wanita hamil itu, dengan mata membeliak, mengintip ke dalam gelas dan penasaran pada isinya.“Sudah, jangan intip-intip. Minum!” desak Jelita lagi.Maura memasang wajah memelas. “Eyang, boleh tidak kita lewati saja tradisi yang ini?”Jelita menggeleng.“Kalau minumnya setelah makan?” tawar Maura lagi.“Bisa-bisa kamu makin eneg dan muntah nanti,” celetuk Rangga, membayangkan dirinya yang meminum ramuan Jelita.Maura mendelik marah ke arah Rangga yang memasang wajah tanpa dosa. “Kalau begitu, biar dia saja yang mewakili Maura, Eyang!” ketus Maura sambil terus menatap Rangga kesal.“Hush! Yang hamil kamu, yang lahiran kamu, masa’ iya yang minum jamu Rangga?” Jelita tersenyum memahami kekesalan Maura, tapi gelas di tangannya tetap teguh di depan waja

  • LOVE is YOU, Ra!   Bab 129-2

    Jelita tersentak melihat Maura berdiri di tengah ruangan dengan lengan menggamit Rangga dan tangan lainnya menggandeng Yuki. Di belakangnya, ada Hanna dan Galih. “Lho, kalian?” heran Jelita sampai tidak bisa berkata-kata. Warsih yang pertama kali tanggap, menarik lengan Kirman dan Barno untuk membawa koper tamunya masuk. “Ayo, kopernya diurus dulu,” bisiknya memberi perintah. “Trus, urusan cacing ini gimana, Mbak?” protes Barno. “Tahan dulu!” hardik Warsih sambil melotot kesal. “Ehhem! Kalian ke belakang dulu, buatkan Maura minuman hangat.” Kumpulan abdi dalem itu pun membubarkan diri dengan wajah penasaran tentang apa yang terjadi pada majikannya. Jelita berdiri, mempersilakan tamunya duduk di sofa tengah. Sikapnya kaku dan canggung, membuat Galih dan lainnya merasa makin bersalah. “Kenapa tiba-tiba datang tanpa kasih tahu dulu? Ada apa?” tanya Jelita datar. Galih dan Hanna duduk mengapit Jelita. “Bu, kami datang untuk

  • LOVE is YOU, Ra!   Bab 129-1 Hal Terindah

    Puri Mangkunegaran 15, Yogyakarta“Sih, Warsih! Ayo, jangan lama-lama. Keburu siang nanti.” Jelita berpaling ke belakang sambil merapikan sanggulnya.Warsih tergopoh-gopoh masuk dari pintu belakang. “Maaf, Ndoro. Saya baru selesai bantu Kirman motong ayam,” ujarnya sambil membenahi kebayanya yang berantakan.“Ya, sudah. Tolong kamu panggilkan Barno, minta dia untuk mengantar kita ke pasar.” Jelita menjinjing tas belanja yang terbuat dari anyaman plastik warna-warni kesayangannya dan berjalan mendahului Warsih ke teras.Nyatanya, Barno sedang sibuk mengelap mobil kuno warna hijau pastel yang bagian atasnya berbentuk lengkung. Melihat majikannya mendekat, Barno bergegas membuka pintu penumpang.“Sudah selesai bersih-bersihnya?” tanya Jelita seraya memeriksa hasil kerja abdinya.“Sampun, Ndoro.” Barno memeras kanebo sebelum memasukkannya ke dalam kotak plastik warna k

  • LOVE is YOU, Ra!   Bab 128-2

    “Kenapa? Gak suka aku temani? Atau aku ganggu momen kamu ketemuan sama mantan pacar?” goda Rangga dengan wajah serius.“Kamu becanda apa beneran, sih? Kok serius banget mukanya?” panik Maura. “Aku ketemuan sama Rissa, bukan Evan, itupun karena gak sengaja. Dan Evan bukan mantan pacarku, Kak.”Rangga tergelak. “Oke, percaya. Masih mau ngobrol atau kita pulang sekarang?” tawar Rangga seraya bangkit dari kursi. Ekor matanya menangkap sososk Evan sedang mencari mereka.“Pulang.” Maura meraih tasnya dan mencium pipi Rissa sekilas. “Kapan-kapan kita sambung lagi,” pamitnya.Sret.Sejurus kemudian, Maura sudah berada dalam dekapan lengan kokoh Rangga. Kedua matanya melebar seolah bertanya apa yang sedang Rangga lakukan.“Biar lebih cepat!” sahut Rangga singkat. “Mang, tolong belanjaannya, ya.”Jajang keluar dari balik pilar besar dan mengangguk sa

  • LOVE is YOU, Ra!   Bab 128-1 Best Partner

    Ibu jari Galih berhenti bergerak, diam terpaku di tulang pipi Hanna. Jelas sekali bahwa dia terkejut mendengar berita perihal kepulangan Jelita.“Ibu pulang? Kapan? Kenapa?”“Pagi tadi, kata Jajang. Alasan pastinya aku tidak tahu, tapi dari nada bicaranya saat menelfonku pagi ini, sepertinya ibu kecewa pada kita.” Hanna tertunduk sedih. “Selama lebih tiga puluh tahun menjadi menantunya, belum pernah aku dengar nada kecewanya terlontar untukku.”“Han, lihat aku.” Galih menarik dagu Hanna naik. “Kita tidak bisa selalu memuaskan orang lain. Tidak apa-apa terkadang salah dan mengecewakan, kita manusia.”Hanna tahu, suaminya berusaha menghiburnya, tapi kata-katanya makin membuat Hanna terbebani. “Apa kamu tahu salah kita di mana, Mas? Apa karena kita tidak memberitahunya tentang Alina? Aku tidak menyangka ibu akan begitu kecewa, padahal—.”“Stt, sudah. Jangan terus memik

  • LOVE is YOU, Ra!   Bab 127-3

    Ruang VVIPAlina sudah kembali ke ruang perawatan. Dua jam di dalam ruang tindakan, membuat Maura menggigil karena terpaan AC dan ingatan masa lalu yang menghantuinya tanpa henti. Hanna tampak cemas melihat anak dan menantunya sama-sama pucat.“Ra, apa perlu mama minta Tante Siska buka satu kamar buat kamu?” Hanna meremas jemari Maura yang dingin.“Tidak perlu, Ma. Sebentar lagi juga mendingan,” kilah Maura sambil memasang senyum.“Ren, Reno!” Hanna meninggikan suaranya agar Reno terbangun.“Ehh, ya? Ada apa, Ma?” gagap Reno.“Ada apa gimana, sih? Tolong kamu jaga Alina, ini Maura kedinginan.” Hanna kesal dengan sikap menantunya.Reno bergegas menghampiri ranjang dan memeriksa keadaan istrinya. Sesekali menutup mulutnya yang tidak berhenti menguap.Beruntung Rangga datang dan mengambil alih perawatan Maura, meringankan kecemasan Hanna. Ketika dua pasang anak mantunya s

DMCA.com Protection Status