Semua Bab Can You See Me?: Bab 41 - Bab 50

92 Bab

Bab. 40

Seolah baik-baik saja padahal isi kepala beban semua *** Hembusan angin pagi terasa sejuk menerpa wajah cantik gadis yang kini tengah berjalan kaki. Sesekali bibirnya mencebik. Berjalan dengan kepala tertunduk. Kakinya dengan iseng menendangi kerikil-kerikil yang ada didepannya.Ini masih terlalu pagi untuk berangkat ke sekolah. Bahkan ia yakin kalau penjaga sekolah pun belum datang ke gedung itu.Gadis itu menarik nafasnya dalam kemudian menghembuskannya kasar. Membuat poni yang menjuntai di keningnya menjadi berantakan karena hembusan itu.Ck! Gadis itu mendecak. Seharusnya ia membawa mobil kalau saja nenek lampir, kalau kata tetangganya itu tidak menyita semua fasilitas miliknya. Mulai dari kartu kredit, kunci mobil dan juga dompet ser
Baca selengkapnya

Bab. 41

Ada kamu, aku bahagia ***   Brakk! Seorang gadis yang tengah duduk santai ruangan penyiar radio itu berjengit kaget. Ditatapnya sinis lelaki yang baru saja datang sambil menggebrak pintu. Lelaki itu dengan tergesa-gesa menghampiri sang gadis. Wajahnya memerah. Terlihat dengan jelas guratan amarah disana. Rahangnya mengeras. Bahkan urat-urat lehernya mencuat menandakan emosinya benar-benar sudah diatas ubun-ubun."Maksud lo apa?!" Bentaknya kasar.Bahkan lelaki itu tanpa segan menarik kasar lengan gadis yang tengah duduk itu
Baca selengkapnya

Bab. 42

Hai, cantik! Yang kuat, ya? Jangan khawatir aku ada disini * * *Nadiv dan Rallin berjalan beriringan di koridor apartemen. Sesekali ada beberapa gadis yang menyapa Nadiv. Sepertinya mereka saling mengenali. Rallin pun menjadi pusat perhatian disana. Karena untuk pertama kalinya Nadiv membawa gadis ke dalam apartemennya."Nadiv!" Panggil seseorang di ujung koridor.Nadiv dan Rallin langsung menghentikan langkahnya. Nadiv tersenyum hangat menyambut gadis yang kini berjalan menghampiri mereka berdua."Hai!" Sapa gadis cantik itu dengan riang.Rallin meliriknya sinis melihat gaya gadis didepannya yang sok cantik itu. Bahkan bisa dilihat mata gadis itu berbinar kala menatap Nadiv. Jangan sampai gadis itu menjadi saingannya untuk mendapatkan Nadiv."Udah lama
Baca selengkapnya

Bab. 43

Memangnya apa yang bisa membuatmu lebih bahagia? Kalau aku, cukup bersama orang yang juga mencintaiku, aku sudah bahagia.***Henggar berjalan tergesa-gesa di koridor sekolah menuju parkiran. Bel pulang sudah berbunyi sejak beberapa jam yang lalu namun lelaki itu baru keluar ketika waktu sudah sore. Sejak tadi, ia merenung di rooftop gedung dan pikiran lelaki itu sangat gelisah. Bagaimana tidak? Berita tentang Rehan yang bahkan sudah terjadi dua tahun silam dan kasus itu pun sudah ditutup, kini kembali terkuak. Kembali naik dan kini menjadi perbincangan seluruh siswa Grand Nusa. Apalagi dengan Rallin yang di percaya sebagai pelaku pembunuhan kakaknya sendiri. Hal itu benar-benar menguras pikirannya.Bahkan Henggar dan Rallin belum bisa menemukan titik terangnya sejak dulu, tapi kini malah muncul permasalahan baru. Ini semua karena Ranti, mamanya. Kalau saja wanita itu tidak mengatakan hal tentang Rehan kepada Adelia, berita ini tidak akan tersebar.
Baca selengkapnya

Bab. 44

Terlalu rumit untuk sekedar dipahami***Tepat pukul delapan malam, Nadiv sampai di halaman apartemen Henggar. Sesuai permintaan lelaki itu, Nadiv membawa gadis yang kini tengah duduk di boncengannya ke kediaman kakaknya.Nadiv melepaskan helmnya kemudian menoleh. Tersenyum tipis kala mendapati Rallin sudah terlelap. Untung saja selama perjalanan, lelaki itu menggenggam erat tangan Rallin yang melingkar di perutnya. Jadi gadis itu tidak jatuh.Nadiv bergerak untuk mengangkat gadis itu. Kemudian berjalan membawanya ke dalam gedung. Tepat ke apartemen Henggar.Sepanjang perjalanan, banyak pasang mata yang menatap mereka berdua. Bahkan para gadis pun menatap kagum ke arah Nadiv.  Tidak lupa, bukan? Nadiv itu meskipun nakal, tapi parasnya bisa membuat para kaum hawa terpesona. Bukan tampan dengan lesung pipi, tapi lelaki itu tampak manis dengan gigi taringnya yang runcing. Ketika lelaki itu tersenyum lalu menampakkan giginya, kesan tampan benar-be
Baca selengkapnya

Bab. 45

Rallin menggeliatkan badannya yang terasa pegal. Kedua tangannya saling terentang, meluruskan otot-ototnya. Ia merasa sudah tertidur cukup lama. Matanya menyipit saat sinar matahari menerobos masuk ke dalam retinanya.Gadis itu menguap lebar. Padahal kini waktu sudah menunjukkan pukul delapan pagi. Sontak gadis itu membelalakkan matanya kaget."Gila!!" Pekiknya keras kemudian langsung beranjak turun dari ranjang dengan tergesa-gesa.Bahkan selimutnya pun sampai terlempar ke sudut ruangan. Rallin tidak peduli. Gadis itu sudah melesat ke kamar mandi. Tidak perlu berlama-lama, hanya membutuhkan waktu sepuluh menit, gadis itu sudah keluar lagi. Bodoh amat mau dikatain mandi bebek, yang jelas sekarang pikirannya adalah satu. Ia terlambat ke sekolah.Setelah selesai memakai seragam, gadis menggelung rambutnya asal. Bahkan tidak sempat menyisir rambutnya. Menyambar tas miliknya yang tergeletak di meja belajar.
Baca selengkapnya

Bab. 46

Henggar duduk termenung di ruang tamu. Pikirannya berkelana, memikirkan cara untuk mencari bukti tentang kasus pembunuhan Rehan. Terakhir kali ia datang ke lokasi kejadian adalah satu bulan yang lalu. Bahkan lelaki itu sudah menelusuri setiap sudut lokasi kejadian. Berharap ia menemukan setitik bukti yang bisa ia gunakan untuk membersihkan nama Rallin. Terutama di hadapan kedua orang tuanya. Namun lagi-lagi ia harus menelan pil kecewa karena tak kunjung menemukan bukti.Ia merasa ada yang janggal dengan kematian Rehan. Bahkan orang tuanya terkesan merahasiakan kasus ini dengan alasan tidak mau membuat Rallin masuk penjara. Sedikit masuk akal namun itu bukanlah langkah yang baik. Jika kasus itu terus diselidiki, Henggar yakin kalau Rallin terbukti tidak bersalah dan orang tuanya tidak akan terus menyalahkan gadis itu.Henggar memejamkan  matanya, merasa penat dengan permasalahan yang menhantui kehidupannya. "Apa yang harus gue lakuin sekarang?"  gumamnya pelan
Baca selengkapnya

Bab. 47

Hari yang buruk. Begitulah Rallin mengatakannya. Seharusnya hari ini menjadi hari yang menyenangkan karena bisa menghabiskan waktu bersama Nadiv. Tapi ada saja pengganggunya.Huft!Gadis itu menghela nafasnya pelan. Ia sudah sampai apartemen sejak 30 menit yang lalu dan tidak mendapati Henggar di sini. Kemana lelaki itu? Biasanya Henggar akan memberitahunya kalau ia ingin berpergian. Tapi ini tidak sama sekali. Membuat Rallin kelimpungan sendiri. Bahkan ponsel lelaki itu tidak aktif sama sekali saat ia mencoba menghubunginya. Ia pun mencoba menghubungi seseorang."Hallo, Dan. Lo lagi sama Henggar nggak?" Tanya Rallin.Terdengar suara tawa di seberang sana. "Udah punya Nadiv masih aja nanyain Henggar. Gue nggak sama dia, Lin."Rallin mencebik. Didan belum tahu saja kalau Hengggar itu kakaknya. "oh, yaudah. Thanks, ya." Kemudian Rallin pun menutup teleponnya.Pikirannya menerawang, menebak dimana lelaki itu berada. Biasanya tempat yang sering
Baca selengkapnya

Bab. 48

Rallin tersentak karena kaget. Bahkan buku yang dipegangnya pun terjatuh. Matanya membola melihat keberadaan Herman yang sudah menatapnya seperti singa lapar. Aura kemarahan menguar jelas dari wajah lelaki itu. Tangan Rallin bergetar hebat saat Herman mulai berjalan menghampirinya. Ia perlahan bangkit dari duduknya.“Pa…” lirihnya.Plak!Wajah Rallin tertoleh ke samping saat tangan besar Herman mendarat dengan sempurna di pipinya. Meninggalkan bekas kemerahan di sana. Rasa panas menjalar dengan cepat. Membuat Rallin harus memejamkan matanya menahan rasa sakit. Bulir Kristal di matanya sudah lolos begitu saja.“Lancang! Siapa yang mengizinkan kamu masuk ke kamar ini?!” Bentak Herman membuat Rallin terlonjak kaget.“Maaf, Pa. Aku cuma kangen sama kak Rehan,” cicit Rallin. Kepalanya tertunduk tak berani menatap langsung mata Herman.“Saya sudah pernah bilang tidak ada yang boleh masu
Baca selengkapnya

Bab. 49

Rallin berjalan tertatih sambil dituntun oleh Sendi. Tangannya mencengkeram erat tangan Sendi yang merengkuh pinggangnya. Sesekali ia meringis kecil karena menahan sakit. Tak tega melihat Rallin yang kesakitan, Sendi memutuskan untuk menggendong gadis itu.“Eh?” Rallin terperanjat. Tangannya langsung melingkar di leher Sendi.Sendi menunduk, memperhatikan wajah Rallin.”Nggak tega gue liat lo kesakitan,” ujarnya.Seharusnya tadi Sendi membawa gadis itu ke rumah sakit untuk mengobati lukanya. Namun gadis itu menolak dengan alasan ia tidak apa-apa dan luka itu akan segera sembuh. Tak mau memaksa, Sendi pun menuruti keinginan gadis itu dan membawanya ke apartemen milik Henggar.Rallin membantu Sendi untuk membukakan password apartemen itu. Pintu pun terbuka. Tampak Henggar yang tengah duduk di ruang tamu itu segera bangkit menghampiri Rallin. Rasa khawatir langsung terpancar di wajah lelaki itu.“Lo kenapa? Kenapa, sih, ng
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
10
DMCA.com Protection Status