Share

Bab. 40

Author: Sellova96
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Seolah baik-baik saja padahal isi kepala beban semua

***

Hembusan angin pagi terasa sejuk menerpa wajah cantik gadis yang kini tengah berjalan kaki. Sesekali bibirnya mencebik. Berjalan dengan kepala tertunduk. Kakinya dengan iseng menendangi kerikil-kerikil yang ada didepannya.

Ini masih terlalu pagi untuk berangkat ke sekolah. Bahkan ia yakin kalau penjaga sekolah pun belum datang ke gedung itu.

Gadis itu menarik nafasnya dalam kemudian menghembuskannya kasar. Membuat poni yang menjuntai di keningnya menjadi berantakan karena hembusan itu.

Ck! Gadis itu mendecak. Seharusnya ia membawa mobil kalau saja nenek lampir, kalau kata tetangganya itu tidak menyita semua fasilitas miliknya. Mulai dari kartu kredit, kunci mobil dan juga dompet ser

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Can You See Me?   Bab. 41

    Ada kamu, aku bahagia***Brakk!Seorang gadis yang tengah duduk santai ruangan penyiar radio itu berjengit kaget. Ditatapnya sinis lelaki yang baru saja datang sambil menggebrak pintu.Lelaki itu dengan tergesa-gesa menghampiri sang gadis. Wajahnya memerah. Terlihat dengan jelas guratan amarah disana. Rahangnya mengeras. Bahkan urat-urat lehernya mencuat menandakan emosinya benar-benar sudah diatas ubun-ubun."Maksud lo apa?!" Bentaknya kasar.Bahkan lelaki itu tanpa segan menarik kasar lengan gadis yang tengah duduk itu

  • Can You See Me?   Bab. 42

    Hai, cantik! Yang kuat, ya? Jangan khawatir aku ada disini* * *Nadiv dan Rallin berjalan beriringan di koridor apartemen. Sesekali ada beberapa gadis yang menyapa Nadiv. Sepertinya mereka saling mengenali. Rallin pun menjadi pusat perhatian disana. Karena untuk pertama kalinya Nadiv membawa gadis ke dalam apartemennya."Nadiv!" Panggil seseorang di ujung koridor.Nadiv dan Rallin langsung menghentikan langkahnya. Nadiv tersenyum hangat menyambut gadis yang kini berjalan menghampiri mereka berdua."Hai!" Sapa gadis cantik itu dengan riang.Rallin meliriknya sinis melihat gaya gadis didepannya yang sok cantik itu. Bahkan bisa dilihat mata gadis itu berbinar kala menatap Nadiv. Jangan sampai gadis itu menjadi saingannya untuk mendapatkan Nadiv."Udah lama

  • Can You See Me?   Bab. 43

    Memangnya apa yang bisa membuatmu lebih bahagia?Kalau aku, cukup bersama orang yang juga mencintaiku, aku sudah bahagia.***Henggar berjalan tergesa-gesa di koridor sekolah menuju parkiran. Bel pulang sudah berbunyi sejak beberapa jam yang lalu namun lelaki itu baru keluar ketika waktu sudah sore. Sejak tadi, ia merenung di rooftop gedung dan pikiran lelaki itu sangat gelisah. Bagaimana tidak? Berita tentang Rehan yang bahkan sudah terjadi dua tahun silam dan kasus itu pun sudah ditutup, kini kembali terkuak. Kembali naik dan kini menjadi perbincangan seluruh siswa Grand Nusa. Apalagi dengan Rallin yang di percaya sebagai pelaku pembunuhan kakaknya sendiri. Hal itu benar-benar menguras pikirannya.Bahkan Henggar dan Rallin belum bisa menemukan titik terangnya sejak dulu, tapi kini malah muncul permasalahan baru. Ini semua karena Ranti, mamanya. Kalau saja wanita itu tidak mengatakan hal tentang Rehan kepada Adelia, berita ini tidak akan tersebar.

  • Can You See Me?   Bab. 44

    Terlalu rumit untuk sekedar dipahami***Tepat pukul delapan malam, Nadiv sampai di halaman apartemen Henggar. Sesuai permintaan lelaki itu, Nadiv membawa gadis yang kini tengah duduk di boncengannya ke kediaman kakaknya.Nadiv melepaskan helmnya kemudian menoleh. Tersenyum tipis kala mendapati Rallin sudah terlelap. Untung saja selama perjalanan, lelaki itu menggenggam erat tangan Rallin yang melingkar di perutnya. Jadi gadis itu tidak jatuh.Nadiv bergerak untuk mengangkat gadis itu. Kemudian berjalan membawanya ke dalam gedung. Tepat ke apartemen Henggar.Sepanjang perjalanan, banyak pasang mata yang menatap mereka berdua. Bahkan para gadis pun menatap kagum ke arah Nadiv. Tidak lupa, bukan? Nadiv itu meskipun nakal, tapi parasnya bisa membuat para kaum hawa terpesona. Bukan tampan dengan lesung pipi, tapi lelaki itu tampak manis dengan gigi taringnya yang runcing. Ketika lelaki itu tersenyum lalu menampakkan giginya, kesan tampan benar-be

  • Can You See Me?   Bab. 45

    Rallin menggeliatkan badannya yang terasa pegal. Kedua tangannya saling terentang, meluruskan otot-ototnya. Ia merasa sudah tertidur cukup lama. Matanya menyipit saat sinar matahari menerobos masuk ke dalam retinanya.Gadis itu menguap lebar. Padahal kini waktu sudah menunjukkan pukul delapan pagi. Sontak gadis itu membelalakkan matanya kaget."Gila!!" Pekiknya keras kemudian langsung beranjak turun dari ranjang dengan tergesa-gesa.Bahkan selimutnya pun sampai terlempar ke sudut ruangan. Rallin tidak peduli. Gadis itu sudah melesat ke kamar mandi. Tidak perlu berlama-lama, hanya membutuhkan waktu sepuluh menit, gadis itu sudah keluar lagi. Bodoh amat mau dikatain mandi bebek, yang jelas sekarang pikirannya adalah satu. Ia terlambat ke sekolah.Setelah selesai memakai seragam, gadis menggelung rambutnya asal. Bahkan tidak sempat menyisir rambutnya. Menyambar tas miliknya yang tergeletak di meja belajar.

  • Can You See Me?   Bab. 46

    Henggar duduk termenung di ruang tamu. Pikirannya berkelana, memikirkan cara untuk mencari bukti tentang kasus pembunuhan Rehan. Terakhir kali ia datang ke lokasi kejadian adalah satu bulan yang lalu. Bahkan lelaki itu sudah menelusuri setiap sudut lokasi kejadian. Berharap ia menemukan setitik bukti yang bisa ia gunakan untuk membersihkan nama Rallin. Terutama di hadapan kedua orang tuanya. Namun lagi-lagi ia harus menelan pil kecewa karena tak kunjung menemukan bukti.Ia merasa ada yang janggal dengan kematian Rehan. Bahkan orang tuanya terkesan merahasiakan kasus ini dengan alasan tidak mau membuat Rallin masuk penjara. Sedikit masuk akal namun itu bukanlah langkah yang baik. Jika kasus itu terus diselidiki, Henggar yakin kalau Rallin terbukti tidak bersalah dan orang tuanya tidak akan terus menyalahkan gadis itu.Henggar memejamkan matanya, merasa penat dengan permasalahan yang menhantui kehidupannya. "Apa yang harus gue lakuin sekarang?" gumamnya pelan

  • Can You See Me?   Bab. 47

    Hari yang buruk. Begitulah Rallin mengatakannya. Seharusnya hari ini menjadi hari yang menyenangkan karena bisa menghabiskan waktu bersama Nadiv. Tapi ada saja pengganggunya.Huft!Gadis itu menghela nafasnya pelan. Ia sudah sampai apartemen sejak 30 menit yang lalu dan tidak mendapati Henggar di sini. Kemana lelaki itu? Biasanya Henggar akan memberitahunya kalau ia ingin berpergian. Tapi ini tidak sama sekali. Membuat Rallin kelimpungan sendiri. Bahkan ponsel lelaki itu tidak aktif sama sekali saat ia mencoba menghubunginya. Ia pun mencoba menghubungi seseorang."Hallo, Dan. Lo lagi sama Henggar nggak?" Tanya Rallin.Terdengar suara tawa di seberang sana. "Udah punya Nadiv masih aja nanyain Henggar. Gue nggak sama dia, Lin."Rallin mencebik. Didan belum tahu saja kalau Hengggar itu kakaknya. "oh, yaudah. Thanks, ya." Kemudian Rallin pun menutup teleponnya.Pikirannya menerawang, menebak dimana lelaki itu berada. Biasanya tempat yang sering

  • Can You See Me?   Bab. 48

    Rallin tersentak karena kaget. Bahkan buku yang dipegangnya pun terjatuh. Matanya membola melihat keberadaan Herman yang sudah menatapnya seperti singa lapar. Aura kemarahan menguar jelas dari wajah lelaki itu.Tangan Rallin bergetar hebat saat Herman mulai berjalan menghampirinya. Ia perlahan bangkit dari duduknya.“Pa…” lirihnya.Plak!Wajah Rallin tertoleh ke samping saat tangan besar Herman mendarat dengan sempurna di pipinya. Meninggalkan bekas kemerahan di sana. Rasa panas menjalar dengan cepat. Membuat Rallin harus memejamkan matanya menahan rasa sakit. Bulir Kristal di matanya sudah lolos begitu saja.“Lancang! Siapa yang mengizinkan kamu masuk ke kamar ini?!” Bentak Herman membuat Rallin terlonjak kaget.“Maaf, Pa. Aku cuma kangen sama kak Rehan,” cicit Rallin. Kepalanya tertunduk tak berani menatap langsung mata Herman.“Saya sudah pernah bilang tidak ada yang boleh masu

Latest chapter

  • Can You See Me?   Epilog

    Seorang lelaki berusia 20 tahun menatap wanita paruh baya dari kaca tembus pandang. Tatapannya terlihat datar.“Setiap malam dia menangis. Setiap aku mengantarkan makanan, dia selalu mengira aku putrinya,” ujar seorang gadis berpakaian perawat membuat lelaki itu mengalihkan pandangannya.“Apa kau kenal dengan putrinya? Apa kau bisa membawakan putrinya kemari?” tanya perawat.Lelaki itu tersenyum getir. “Putrinya sudah meninggal. Membuat dia hidup penuh dengan penyesalan,” jawab lelaki itu.Perawat hanya diam saja. Merasa tidak enak karena telah menanyakan hal itu. Lalu perawat itupun pamit permisi, meninggalkan lelaki itu sendiri.Lelaki itu berjalan pergi meninggalkan ruangan. Tangannya merogoh saku celananya kemudian mengeluarkan sebuah kertas yang sudah usang. Ia membuka kertas itu dan kembali membaca isinya yang hampir tiap malam ia baca tanpa bosan.“Teruntuk kamu, aku selalu mencintai kamu samp

  • Can You See Me?   Bab. 90

    “Nyokap gue bukan pelakor,”tekan lelaki di depan Henggar dengan matanya yang menyorot tajam.“Sudah, biar saya jelaskan,” lerai wanita itu dengan lembut.Kemudian tatapannya beralih ke Henggar. Wanita itu menatap sendu ke arah Henggar. “Saya tidak pernah merebut Papa kamu dari Mama kamu. Tapi Mama kamu yang telah merebut mas Herman dari saya,” terang wanita itu.Henggar menggeleng tak percaya. “Saya tidak percaya!”“Kamu bisa tahu saya, pasti kamu punya kalung berliontin hati, kan? Di dalamnya ada foto saya dan mas Herman,” ujar wanita itu.Henggar langsung bungkam. Benar yang dikatakan wanita itu, ia bisa tahu wanita itu karena dari liontin. Wanita itu tampak mengulas senyum tipis kemudian ia menepuk bahu Henggar.“Saya adalah istri pertama mas Herman tapi Mama kamu tidak pernah tahu tentang ini. Kenapa? Karena hubungan saya dan mas Herman tidak mendapat restu dari kedu

  • Can You See Me?   Bab. 89

    Seorang wanita dengan pakaian yang tampak glamour serta elegan itu tengah berada di sebuah studio foto. Sepertinya tengah melakukan photoshoot. Wanita itu terlihat sedang berjalan menuju ruang make up.“Ibu masih saja awet muda. Padahal sudah punya anak tiga,” puji seorang gadis yang berada di belakangnya. Sepertinya tengah membenarkan rambut yang berantakan.Wanita itu tersenyum tipis. Matanya menatap ke arah cermin yang ada di depannya. “Anakku hanya dua,” ujarnya tegas seolah tanpa beban.Gadis di belakangnya itu mengernyit. “Oh, iya? Bukankah ada tiga? Yang satu lagi perempuan?” tanya gadis itu lagi.“Hanya dua dan semuanya laki-laki. Satu anak lelakiku sudah meninggal,” tegas wanita itu lagi.Gadis hanya tersenyum simpul. Tak lagi melanjutkan pertanyaannya. Kemudian ia kembali membenahi tatanan rambut milik wanita di depannya itu.“Pemirsa, sebuah fakta mengejutkan terungkap dari sal

  • Can You See Me?   Bab. 88

    Tidak ada yang baik-baik saja jika berada di posisi Henggar. Lelaki itu tampak putus asa. Ia bahkan berulang kali menyalahkan dirinya karena tidak bisa menjaga Rallin dengan baik. Adiknya yang begitu ia sayangi, kini terbaring lemah di ranjang rumah sakit dengan keadaan belum sadarkan diri. Ia tidak tahu apa yang membuat adiknya drop seperti itu.“Kemarin dia masih baik-baik aja, Di.” Henggar berkata lirih. Tatapan lelaki itu tampak kosong. Seperti tidak ada gairah hidup di dalam tatapannya.Maudi yang setia menemani Henggar pun ikut merasakan kehampaan lelaki itu. Ia juga merasa sangat terpukul. Terlebih lagi Rallin adalah sahabat satu-satunya yang mampu mengerti dirinya bahkan lebih dari siapapun termasuk orang tuanya. Melihat Rallin lemah tak berdaya membuat relung hatinya berdenyut sakit.“Doain aja yang terbaik buat dia, Gar. Gue bahkan ngerasa orang paling bodoh karena sahabat gue sakit aja gue nggak tau,” ujar Maudi miris.K

  • Can You See Me?   Bab. 87

    Dalam hidupnya, Henggar tidak pernah berfikir akan mengalami hal seburuk ini. Kehilangan saudara kembar dengan cara yang tragis menyisakan trauma yang dalam untuknya. Terjadinya perpecahan di dalam keluarganya, membentuk dirinya menjadi pribadi yang lebih dingin dan tertutup.Menjadi pribadi yang dingin, membuat Henggar tidak pernah merasa takut dengan apapun. Ia merasa, hatinya sudah mati. Namun untuk kedua kalinya, rasa takut yang begitu hebat kembali menyerang ulu hatinya.Derap langkah kaki yang begitu cepat seperti tengah berlari, membuat para pengunjung rumah sakit menatapnya dengan heran. Pandangan lelaki itu tampak mengabur karena buliran kristal mulai menggenang di pelupuk matanya. Ia tidak peduli dengan tatapan yang tertuju padanya. Pikirannya sekarang hanya terfokus pada adiknya, Rallin.Detak jantung Henggar mendadak terhenti saat tadi mendapati pesan dari Maudi yang mengabarkan kalau Rallin tiba-tiba mimisan lalu pingsan. Maudi juga memberitahu ruma

  • Can You See Me?   Bab. 86

    “Gila lo? Demi apa, anjir?!”Rallin menutup telinganya dengan kedua tangan. Meredam suara Maudi yang begitu melengking memekakkan telinga. Raut wajah Maudi tampak begitu terkejut setelah Rallin menceritakan kejadian di rumah sakit tadi. Tepat saat Arden menyatakan perasaannya pada Rallin.Jangankan Maudi, Rallin saja sangat terkejut bahkan gadis itu tidak bisa berkata apa-apa tadi. Setelah pulang dari rumah sakit, Rallin meminta Sendi untuk mengantarkannya ke rumah Maudi. Pasalnya gadis itu tidak sedang ada di apartemen. Toh, Rallin juga enggan pergi ke apartemen Maudi yang berdekatan dengan apartemen milik Nadiv.Entahlah, Rallin rasanya sudah mati rasa dengan lelaki yang sampai saat ini masih merajai hatinya. Perlakuan serta sikap lelaki itu seolah meminta Rallin untuk pergi dari sisinya. Rallin tersenyum getir, lalu untuk apa kemarin Nadiv melontarkan janji untuk tidak mengulangi kesalahannya lagi kalau pada akhirnya akan terus terulang seperti in

  • Can You See Me?   Bab. 85

    “Mungkin mengikhlaskan adalah cara terbaik untuk menyelamatkan diri, sebelum semuanya semakin dalam dan semakin sakit lagi.”Rallin menarik nafas panjang kala mendengar penuturan Arden yang menyentuh hatinya itu. Lelaki itu selalu tahu apa yang dipikirkan Rallin. Kini keduanya tengah duduk di sebuah bangku taman yang ada di halaman belakang rumah sakit. Tempat yang jarang dikunjungi, sehingga mampu menenangkan hati yang tengah gundah.Gadis itu menatap jauh ke depan. Pandangannya tampak kosong. Ada rasa hampa dalam dirinya ketika tidak bersama Nadiv. Nyatanya ia tak bisa membohongi perasaannya sendiri. Terlalu dalam mencintai rupanya salah satu cara mendekatkan diri dengan kecewa yang dalam juga. Ingin marah, tapi percuma. Sama saja seperti dirinya membuang-buang tenaga.Kemudian gadis itu mengalihkan pandangannya ke samping. Menatap Arden yang tampak ikut diam. “Kenapa saya nggak pernah beruntung dalam hal percintaan, Dok?” tanyanya send

  • Can You See Me?   Bab. 84

    Mulai saat ini, bersikaplah seharusnya. Tanpa harus membiarkan diri terluka hanya demi menjaga perasaan orang lain. Karena pada dasarnya, setiap hati juga ingin dihargai. Bukan terus memaklumi mereka yang tak pernah mencoba mengerti. Semua hal itu butuh waktu, dan hal baik datang di waktu yang tepat.Rallin menghela nafasnya panjang. Rasa sesak masih terus menggerogoti relung hatinya. Baru saja berjanji, namun langsung ingkar. Tidak pernah habis fikir dengan sikap Nadiv saat ini. Kalau memang ia masih mencintai Adelia, kenapa ia enggan kembali? Malah meminta Rallin untuk terus bersamanya.Sekarang, Rallin hanya ingin tenang. Ia tidak ingin terbebani dengan hal apapun termasuk asmara. Ia sadar, selama ini ia terlalu dalam melukai hatinya sendiri. Gadis itu mengusap air matanya yang tiba-tiba saja menetes.Bohong kalau ia tidak sakit hati. Cewek mana yang rela liat cowoknya mentingin cewek lain terlebih itu adalah mantannya sendiri. Namun sekarang, ia sudah meyaki

  • Can You See Me?   Bab. 82

    Ucapan Rallin membuat kepala Nadiv berputar 180 derajat menghadap Rallin. Tak mengerti dengan ucapan gadis itu. Wajahnya tampak bingung.Melihat itu, Rallin mengulas senyum getir. “Setidaknya, kalo lo emang nggak cinta, jangan bertingkah seolah-olah lo bakal cinta sama gue. Dibohongi kayak gini lebih menyakitkan daripada ditinggalkan.”Kening Nadiv berkerut. Ia tak suka dengan apa yang dibicarakan oleh Rallin. Apa maksud gadis itu menyuruhnya pergi? Apa Rallin sudah tidak mencintai dirinya lagi?“Maksud lo apa?”Rallin mengalihkan pandangannya ke depan. Menatap bunga-bunga yang tampaknya lebih menarik. “Pada akhirnya, yang pernah mencintai tanpa tapi, pernah bertahan tanpa paksaan, dan pernah sabar menanti sadar pun, akan melepaskan tanpa pesan,” ujarnya tanpa menatap Nadiv.“Lo mau ngelepasin gue? Kenapa?” tanya Nadiv. Ia tak terima dengan Rallin yang seperti ini. Ini hanya perkara ia menjaga Adelia

DMCA.com Protection Status