Reyhan merasa sangat gelisah, apalagi setelah mendapat surat undangan dari Edwan. Dia benar-benar akan kehilangan Indah untuk selamanya. "Ya allah," lirih lelaki itu sembari memijat keningnya. "Kenapa semua jadi seperti ini," sesalnya. Air mata mengalir deras di pipinya. Malam kian larut, tubuh Reyhan sangat lelah setelah seharian bekerja. Namun, matanya tidak dapat dipejamkan. Akhir-akhir ini, bukan hanya fisik yang lelah, tapi juga pikirannya. "Ya allah, bolehkah aku berdoa engkau menggagalkan pernikahan Indah? Bolehkah aku meminta, kembalikan dia padaku? Seandainya itu terjadi, aku berjanji ya allah, aku akan jadi suami yang baik untuknya. Suami yang terbaik," lirih Reyhan penuh sesal. Seandainya Luna memiliki sikap yang baik, mungkin Reyhan dapat ikhlas dan tak semenyesal ini. Tapi sikap Luna? Benar-benar sangat menyisakan sesal luar biasa. Terlebih, Luna telah membohonginya, dia lebih dulu berhubungan dengan Alif hingga harus membuatnya terpapar virus yang menjijikan. "Ternyat
Baca selengkapnya