Beranda / Romansa / Mr.Parasite / Bab 21 - Bab 30

Semua Bab Mr.Parasite: Bab 21 - Bab 30

90 Bab

21. Hai, Romeo ...

Sherly menunggu dengan cemas di sebuah ruangan yang berhiaskan dengan cahaya temaram di dalam club. Max yang tadi ditemuinya memintanya untuk menunggunya, sementara dirinya akan menjemput 'Romeo' yang telah dipesannya itu. Sherly merasa waktu berjalan begitu lambat. Detik demi detik terasa begitu menyiksa. Jantungnya berdegup kencang. Perutnya serasa bergejolak. Hanya beberapa menit setelah dirinya duduk, seorang pelayan membawakannya sebuah minuman. Tampak seperti segelas jus jeruk berukuran sedang. Tanpa pikir panjang, Sherly langsung meneguk habis jus dingin yang disajikan tersebut. Dirinya merasa sangat gugup dan tenggorokannya yang begitu kering menandakan betapa gelisahnya dirinya. Sejak kemarin malam Sherly tidak kembali pulang ke apartemennya. Ia memilih untuk menginap di apartemen Lucy. Dan ia bahkan tidak menghubungi Dean untuk sekadar memberitahukan keberadaannya. Karena Sherly yakin Dean sendiri pasti sedang 'sibuk' dengan segala urusannya dan mun
Baca selengkapnya

22. Apa Fantasimu, Dean?

Malam kian larut ketika Dean telah sampai ke basement dan memarkirkan mobilnya di tempat parkir 'khususnya' itu. Dean dapat membawa Sherly pulang dengan mudah hingga mereka masuk ke dalam apartemen. Gadis itu tidak memiliki kekuatan untuk memberontak bahkan berdiri sekali pun ia sudah sangat kesulitan. Mulai dari bernyanyi, mengoceh, mengikik, tertawa keras-keras, bahkan sampai memarahinya, herannya gadis itu masih saja tampak bersemangat dan berenergi penuh, padahal sedang dalam keadaan mabuk berat. Walau sesekali Sherly tampak tertidur dan tak sadar, tetapi di menit berikutnya bisa saja ia tiba-tiba bangun dan mulai 'beraksi' lagi karena pengaruh alkoholnya. Berkali-kali Sherly membuat ulah, dan berkali-kali juga ia mengagetkan Dean dengan tingkah mabuknya itu. Ketika sampai ke kamar gadis itu, Dean merebahkan Sherly begitu saja di atas ranjangnya. Melepaskan high heelsnya dan meletakkannya sembarangan di atas lantai. Dean kemudian menyibakkan selimut untuk menutupi tubuh Sherly.
Baca selengkapnya

23. Kucing Liar Nakal

Masih bergeming, Dean menatap nanar dengan kedua mata gelapnya sesosok makhluk mungil erotis yang sedang menggodanya itu. Pemandangan yang sexy dan ditambah dengan rambut-rambut halus Sherly yang menyentuh kulitnya seiring dengan gerakan gadis itu, membuatnya mulai mengeras! Sherly tahu-tahu telah memakai bando kecil berbentuk kuping kucing yang entah sejak kapan dirinya sematkan pada rambutnya itu, kemudian menegakkan badannya lagi. "Miauw ..." Gadis itu mengepalkan kedua tangannya dan membentuk dua tinju kecil menyerupai kaki kucing sambil berlenggok manja di hadapan Dean. Sesekali dirinya menjilat salah satu tangannya dengan tatapan menggoda yang dilemparkannya ke arah Dean. Mata Dean semakin membesar. Seperti tersihir, tatapan Dean pun mengikuti setiap gerakan yang gadis itu buat. Setiap lenggokan, lekukan tubuhnya, bahkan setiap hembusan kecil saat gadis itu menarik napasnya, tanpa sadar membuat napas Dean ikut tercekat. Dean mulai gelisah. Sesuatu yang mendesak mulai mengabu
Baca selengkapnya

24. Petunjuk Baru

Sherly masih bergelung di dalam selimut yang membungkus tubuhnya. Ia menggeliat dan merentangkan kedua tangannya ke udara. Karena merasakan udara yang berhembus langsung menembus kulitnya, Sherly mulai mengerjapkan matanya. Kepalanya masih terasa berat dan sedikit berputar. Setelah mendapatkan kesadarannya, ia mulai mengamati sekitarnya. Ia menguap sejenak, dan menatap langit-langit yang tampak familier tetapi juga asing, karena tak ada stiker bintang di atasnya yang menandakan bahwa ini bukan kamarnya. Matanya membulat seketika saat ia menyadari corak selimut yang membalutnya adalah selimut yang ia berikan untuk Dean! Sontak Sherly mengangkat tubuhnya. Ia semakin terkejut lagi saat selimut yang menutupi tubuhnya itu melorot hingga ke pinggangnya dan terlihat jika ia tak mengenakan apa pun di baliknya! Refleks, ia menarik kembali selimutnya. Menatap sekitar dengan bingung. Saat pandangannya tertuju pada seonggok kain hitam kecil di salah satu sudut lantai, Sherly mulai tercekat. It
Baca selengkapnya

25. Kantor Polisi

Dean mengakhiri teleponnya setelah ia melaporkan beberapa detail baru yang di dapatkannya dari Sherly. Kekhawatiran terbesarnya adalah, bahwa sekarang Sherly lah target utama para komplotan yang diduga akan mencelakainya seperti mereka mungkin mencelakai pamannya. Fakta bahwa Sherly memiliki begitu besar jumlah uang di dalam rekeningnya mungkin menjadi salah satu alasan mereka mengincar Sherly. Jika bukan itu, mungkin karena bisnis kotor pamannya hingga menyeret Sherly ke dalam bahaya. Apa pun itu, Dean akan berusaha mencari tahu lagi. Dean kembali ke dalam apartemen setelah selesai melaporkan petunjuk baru pada Adriana. Sesampainya di dalam, Dean tak dapat menemukan Sherly. Baik di kamarnya maupun di kamar gadis itu sendiri. Dean segera menekan nomor ponsel Sherly untuk menghubungi gadis itu. "Halo ... Dean?" Tak berselang lama Sherly menjawab panggilannya. "Kau di mana?" "Aku sedang berada di minimarket samping apartemen, ada
Baca selengkapnya

26. Bersiaplah, Sayang ... (21+)

Dean dan Sherly sama-sama terlena dengan ciuman intens yang semakin lama semakin panas dan menggebu. Sofa lembut tempat mereka memadu hasrat, menjadi satu-satunya penopang mereka yang saat ini tengah melayang... seperti tak sadarkan diri, hanya mengikuti naluri semata. Lidah mereka yang saling bertautan, saling menuntut, terasa begitu manis dan pas. Kelembutan bibir Sherly beradu dengan permainan lidah Dean yang semakin liar. Ia menuntut begitu banyak manis dari Sherly, melahapnya seolah tak ada puasnya. Menekankan bahwa semua kelembutan yang gadis itu punya adalah miliknya ... Dean melahap bibir Sherly dengan lebih liar, mengulum dan memainkan lidahnya dengan lebih agresif. Memikirkan bahwa semua kelembutan Sherly adalah miliknya, membuatnya menjadi lebih posesif. Lebih panas. Dean tak memberi jeda sedikit pun pada ciumannya. Hingga pada satu titik ... mereka saling melepaskan pagutan karena kehabisan napas. Mau tak mau Dean mengakhiri ciuman panasnya dengan gigitan kecil yang panj
Baca selengkapnya

27. Malam Panjang

Dean masuk kembali ke dalam kamar untuk memeriksa Sherly setelah dirinya mandi dan menyegarkan diri. Saat dirinya terbangun tadi, keadaan kamar sudah gelap karena hari telah larut. Ia memutuskan keluar untuk menyalakan penerangan dan kemudian mandi. Sherly masih meringkuk di posisinya semula ketika Dean meninggalkannya tadi. Perlahan Dean berbaring kembali di sebelah gadis itu. Ia membelai rambut berantakan Sherly dengan hati-hati, kemudian mengecup kening gadis itu. Tidak hanya sekali, Dean melakukan hal yang sama berulang-ulang kali bermaksud untuk membangunkan gadis itu. Sudah berkali-kali Dean mengecup kening Sherly, kemudian hidung, beralih ke kelopak mata, dan yang terakhir ia mendaratkan ciuman yang panjang di atas bibir gadis itu. Sherly yang awalnya masih terlelap, pada akhirnya merespon dengan sedikit membuka mulutnya. Desahan manis kembali terdengar saat Dean melepas ciumannya. Gadis itu meresponnya. Seolah tak ingin melewatkannya, Dean den
Baca selengkapnya

28. Mencurigakan

Dean duduk di belakang Sherly dengan beralaskan karpet di depan TV. Ia sedang mengeringkan rambut basah Sherly setelah mereka selesai makan malam. "Jadi ... apa besok kau akan berangkat bekerja?" tanya Dean. "Ya ... aku sudah lebih baik. Lagipula pekerjaanku sedang menumpuk karena proyek baru kami." "Apa ada sesuatu antara dirimu dan Nick?" tanya Dean tanpa berbasa basi. Sherly berbalik, menatap Dean sejenak. "Apa Nick mengatakan sesuatu?" tanyanya sedikit was-was. Dean mematikan pengering rambut yang sedang dipegangnya. Meletakkannya di atas meja, dan matanya memicing penuh selidik ke arah Sherly. "Kenapa? Apa ada sesuatu yang aku tak boleh tahu?"  Sherly memutar kedua bola matanya.."Bukan begitu ... hanya saja itu sedikit ... mm ... bagaimana aku harus mengatakannya ya," "Apa? Ayolah," tanya Dean tak sabaran. "Nick menyatakan perasaannya kepadaku." jawab Sherly buru-buru. Seketika Dean membelalak.
Baca selengkapnya

29. Cemburu

"Siap?" tanya Dean. "Aku siap ... kau?" Sherly balas bertanya. "Aku juga siap. Apa pun yang terjadi hari ini, nanti malam kita akan membahasnya bersama, oke?" balas Dean. Sherly mengangguk. "Dan ... hmm tolong selesaikan hal yang harus diselesaikan dengan bocah itu. Bicarakanlah baik-baik," pesan Dean lagi. Dan Sherly tahu benar maksud Dean.  "Aku tahu kalian berteman baik ... tapi jangan sampai kau memberinya harapan, oke? Dan ingat pandanglah ia sebagai teman baikmu, jangan memandangnya sebagai seorang pria," pesan Dean lagi. Sherly tergelak mendengar pesan Dean padanya. "Oh, please ... berhentilah bertingkah seperti ayahku. Aku tahu maksudmu, Dean." Sekarang dirinya sedang berada di dalam mobilnya sendiri dengan Dean sebagai pengemudinya. Dean mengantarkan Sherly bekerja pagi ini sebelum ia berangkat ke kantornya sendiri. "Apa kau akan baik-baik saja? Maksudku pekerjaanmu bagaimana?" tanya Sherly. "Tak perlu cem
Baca selengkapnya

30. Penyusup lagi

Dean dan Sherly melewati jalanan malam yang penuh dengan pemandangan cantik dan menyenangkan hari ini. Jalanan yang biasa mereka lewati serasa jauh lebih indah dan menyenangkan sesuai dengan suasana hati mereka yang sedang berbunga-bunga. Kerlap-kerlip lampu jalanan pun serasa begitu romantis dan menawan malam ini. Menghabiskan waktu untuk menempuh perjalanan pulang tak pernah terasa secepat ini sebelumnya. Waktu serasa berlalu begitu cepat saat Sherly menghabiskannya berdua dengan Dean. Dean dan Sherly saling bergandengan tangan seperti remaja yang sedang kasmaran. Mereka sengaja berlama-lama melalui tangga darurat untuk dapat menuju ke lantai apartemen mereka. Di setiap sudut tangga saat ada kesempatan Dean tak segan-segan menarik Sherly ke dalam dekapannya hanya untuk sekadar mendaratkan ciuman panasnya. "Jika kau begini terus ... kita akan sampai ke atas esok hari ..." keluh Sherly saat Dean memojokkannya untuk yang kesekian kalinya.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
9
DMCA.com Protection Status