Home / Romansa / Mr.Parasite / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Mr.Parasite: Chapter 51 - Chapter 60

90 Chapters

51. Selamat Tinggal Cintaku

"Selamat pagi Nick," Sherly dengan senyum cerahnya menyapa Nick saat ia memasuki ruangan pria itu."Hai, selamat pagi." Balas Nick dengan tersenyum hangat. "Senang melihatmu kembali bekerja lagi Sher." Wajah Nick tampak begitu ceria melihat Sherly."Ya, terima kasih atas pengertianmu Nick.""Bagaimana keadaanmu? Aku belum melihatmu lagi setelah terakhir kali kau berada di apartemenku sekitar seminggu yang lalu?""Aku baik, terima kasih sudah menjagaku." Sherly meletakkan tasnya pada meja kerjanya."Aku rasa aku yang tak baik-baik saja setelah itu." Nick memutar kedua bola matanya dan tersenyum geli. Ia beranjak dari kursinya dan menuju ke arah Sherly."Oh, maafkan aku. Aku juga baru mengetahui kebiasaan burukku itu belum lama ini. Kau pasti terkejut.""Sedikit, karena mungkin aku belum pernah melihat sisi dirimu yang lain, tapi selebihnya aku baik-baik saja. Bahkan, aku rasa tak ada yang berubah dari perasaan sukaku padamu setelah aku
Read more

52. Bertemu Adriana

"Jadi, apa yang ingin kau bicarakan denganku?" Sherly menatap Adriana yang sedang duduk di hadapannya dengan serius. "Ini tentang Vivian." Adriana menyeruput kopinya dengan tenang setelah menjawab Sherly. "Aku dengar ia menemuimu kemarin." "Ya, ia memang menemuiku. Apa kau ingin meminta maaf atas nama dirinya, atau semacamnya?" tanya Sherly. "Tentu saja tidak. Aku hanya ingin tahu apa yang dia lakukan. Dia mendatangiku dengan wajah kacau dan mata sembab. Aku hanya ingin mendengar sisi ceritamu. Walau dia sepupuku, aku tak sepenuhnya bisa percaya padanya." Sherly menghembuskan napasnya perlahan, tanpa berbasa-basi lagi ia berkata, "Vivian mendatangiku tiba-tiba, ia mengungkit tentang Dean dan anak yang pernah dikandungnya. Ia kemarin begitu histeris dan berteriak padaku. Menurutnya aku adalah pengganggu antara dirinya dan Dean. Dan ia sangat berharap dapat kembali bersama Dean karena menurutnya dirinyalah yang pantas mendampingi Dean." "Kau ten
Read more

53. Rencana Dean

"Berbaring dan bersantai denganmu seperti ini adalah hal yang paling aku tunggu-tunggu setiap harinya. Aku sungguh menantikan hal seperti ini bersamamu, Sayang," Dean memeluk Sherly dan mengecup kepalanya dengan mesra. Ia dan Sherly sedang berduaan di atas ranjang mereka dan berpelukan untuk melepas lelah. "Aku juga, memelukmu memberikan rasa nyaman bagiku. Aku merasa mengantuk saat memelukmu seperti ini." Sherly menguap dan tersenyum damai. "Kau sudah mengantuk? Aku lihat beberapa hari ini kau tampak begitu pucat, aku harap kau baik-baik saja." Dean kembali mengecup Sherly. "Jadi, bagaimana ceritamu hari ini?" tanyanya penuh keingintahuan. "Kenapa? Kau hanya ingin tahu reaksi teman-temanku dan Nick mengenai pertunangan kita bukan?" tebak Sherly. Dean tergelak, "Aku tidak akan mengatakan itu, aku hanya bertanya. Yah, walau ada sedikit rasa ingin tahuku. Jadi, bagaimana reaksi mereka?" tanya Dean tanpa malu-malu lagi. "Oh, ya ampun! Kau
Read more

54. Undangan Makan Malam

Sudah sejak beberapa hari ini Nick sering keluar dari kantor. Ia hanya menghabiskan sedikit waktunya untuk bekerja dalam ruangannya dan selebihnya ia memilih untuk bekerja dari luar. Sherly mengerti situasi Nick, tapi ia sendiri juga merasa bersalah jika Nick berusaha untuk menghindarinya. "Oke, beberapa hari seharusnya sudah cukup baginya untuk bersedih bukan? Dan jika ia semakin menghindariku, suasana akan sangat canggung bagi kita berdua nantinya." Batin Sherly kesal. Sudah beberapa kali ia menelepon Nick, tetapi Nick tak juga menjawab panggilannya. "Lucy! Kau lihat Nick?!" tanya Sherly melongok dari pintu ruang kerja. "Aku rasa ia ke kafe bawah, sepertinya tadi ia mengatakan akan bertemu dengan klien di sekitar sana."  "Oke, thanks!" Sherly buru-buru menuju lift untuk turun ke kafe sebelah lobi. Keluar dari lift ia tak langsung menemukan sosok Nick, butuh beberapa saat baginya untuk mengedarkan pandangannya dan menelus
Read more

55. Teman Senasib

Suasana rumah sewaan Sherly tampak ramai malam itu. Dengan lampu hiasan yang temaram dan indah, halaman belakangnya Dean sulap menjadi area makan malam romantis dan santai. Dean dengan bantuan beberapa teman chef-nya telah menyiapkan segala keperluan untuk acara makan malamnya agar berjalan lancar dan siap sesuai rencana. "Wow ... sangat indah, Dean," komentar Sherly dengan tatapan takjub. Ia kembali dari kantornya lebih cepat dari jam kerja biasanya. "Kau suka?" tanya Dean. "Tentu!" balas Sherly lagi. Ia membawa sebuah ikatan bunga segar yang begitu besar untuk mempercantik meja dan beberapa sudut ruangan agar semakin menawan saat acara makan malam mereka nanti telah siap. "Kau perlu bantuanku?" ucap Dean sambil meraih bunga-bunga segar yang Sherly bawa. "Apakah masih ada waktu? Aku harus membersihkan diriku dan berganti baju. Ah, apa kau membutuhkan bantuanku?" ucap Sherly setengah panik. "Tenanglah, Sayang. Gunakanlah waktum
Read more

56. Pagi yang Memalukan

Nick dapat merasakan kepalanya begitu berat dan pusing. Ia menelan ludahnya berkali-kali karena tenggorokannya terasa sangat kering dan tak nyaman. Matanya yang sebelumnya terpejam, perlahan mulai terbuka. Ia mengerjap-ngerjapkan matanya beberapa kali untuk menyesuaikan diri dengan sinar matahari yang begitu menyilaukan. Nick mengedarkan pandangan ke sekitarnya. Ia menghembuskan napasnya saat menyadari ruangan yang tampak familier itu adalah kamar tidurnya. "Syukurlah ...," gumamnya sambil menguap. Ia menggeliat, meluruskan punggungnya sejenak. Dan saat lengannya menyentuh permukaan kulit yang begitu halus, Nick berhenti bergerak. Ia membeku. Baru disadarinya bahwa ada seseorang mungkin tengah tidur di sampingnya. Nick dapat menebak itu karena ia mendengar suara halus dari napas yang beraturan dari balik punggungnya. Siapa? Nick membelalak. Ia merasa ngeri seketika. Ia memejamkan matanya dan mulai menguatkan diri untuk berbalik menghad
Read more

57. Positif Hamil

"Selamat pagi," Nick memasuki ruangannya dan menyapa Sherly yang tengah duduk mengerjakan pekerjaannya. "Ini sudah hampir siang." Sherly menjawab sapaan Nick dengan santai. "Yah," Nick hanya berlalu dan duduk di tempatnya sendiri. "Bagaimana keadaanmu?" tanya Sherly kemudian berjalan menuju meja kecil di sudut ruangan untuk menuangkan secangkir kopi untuk Nick. "Yeah, aku baik-baik saja," jawab Nick sedikit salah tingkah. Sherly tak langsung kembali ke tempat duduknya, ia bersandar di sudut meja Nick setelah meletakkan secangkir kopi di hadapannya. "Apa!? Kau ingin mengatakan sesuatu atau mungkin mengolokku?" ucap Nick sewot saat mendapati Sherly hanya diam menatapnya. "Aku tak akan melakukan itu," ucap Sherly dengan mengulum senyum. "Wajahmu mengatakan sebaliknya!" tuduh Nick. "Apa aku benar-benar berbuat bodoh saat mabuk semalam? Tolong ceritakan yang sejujurnya. Kau tentu tahu alasanku mabuk bukan? Aku tak akan menut
Read more

58. Penculikan Sherly

Sherly menelepon Dean dengan ponselnya. Tak beberapa lama berselang ia sudah terhubung dengan Dean. "Halo, Sayang ...." Dean menyapanya dari seberang telepon. "Hai Dean. Kau sedang berada di mana sekarang?" tanya Sherly tanpa ragu-ragu. "Aku masih di rumah, masih mengerjakan beberapa hal. Ada apa, Sayang?" "Tak ada, jangan ke mana-mana sebelum aku kembali, oke?" "Kau sudah akan pulang?" tanya Dean. "Ya, aku pulang awal hari ini, karena ada sesuatu yang ... aakkh!!!" PRAK!! Ponsel Sherly terjatuh saat tak diduga, karena tiba-tiba dari arah belakang ia disekap oleh dua orang pria yang tak dikenal! Mereka menyeret Sherly dengan paksa dan memasukkannya ke dalam sebuah mobil van hitam yang seolah telah siap menanti di dekatnya. Sherly tak dapat berteriak dengan mulut yang dibekap. Kemudian kedua pria yang membawanya masuk, segera mengikat tangannya. **** "Sherly..!!! Sherlyy!!!!!"  Dean m
Read more

59. Dalang para Penculik

Adriana yang telah sampai pada kantor Nick, segera berlari dan menghambur ke dalam ruangan Nick begitu saja tanpa mempedulikan Lucy dan Cecil yang tengah mengikutinya karena terkejut. "Nick! Sudah berapa lama Sherly pulang?!" tanyanya panik. Nick refleks bangkit dari tempat duduknya karena terkejut. "Adriana? Apa ysng membawamu kemari?" tanyanya. "Teman-teman, tak apa-apa, kalian boleh kembali bekerja." Setelah mengisyaratkan karyawannya untuk kembali ke tempatnya masing-masing, ia kemudian menghampiri Adriana. "Ada apa? Apa terjadi sesuatu? Sherly sudah pergi dari sini sekitar satu jam yang lalu." "Oh, jadi benar Sherly memang telah menghilang." Adriana memijit keningnya tanda frustasi. "Panggilannya tadi sepertinya terputus saat Dean meneleponnya. Ia kemudian memintaku untuk memeriksanya di kantor sementara ia sendiri menuju ke suatu tempat di mana kemungkinan Sherly terakhir berada," jelas Adriana. "Be ... benarkah? Apakah terjadi s
Read more

60. Amarah Dean

Antonio terkekeh puas mendengar teriakan Dean yang terdengar begitu murka. Ia menatap Sherly penuh arti sebelum akhirnya berkata lagi pada Dean. "Datanglah sendiri pada tempat yang akan kukirimkan lokasinya lewat ponselmu nanti," ucapnya memberi instruksi pada Dean."Oh, ya ... dan selagi kau datang mengunjungiku, bisakah kau suruh teman-teman kecilmu itu menjauh dari bisnisku, Dean? Karena mereka sepertinya akan menggangguku. Kau tentu bisa mengabulkan permintaan sederhanaku ini bukan?" lanjutnya."Kau sudah tak waras, Antonio!" geram Dean."Ck ... ck ... ck, tak perlu terlalu kasar padaku Dean. Ingat, Detektif tampan, Kau harus datang sendirian jika masih ingin melihat wanitamu," kekehnya penuh kepuasan."Di mana Sherly?! Katakan, bagaimana keadaannya??! Lihat saja kau, jika kau sampai berani menyentuhnya walau hanya seujung jarinya saja, kau akan KUBUNUH ANTONIO!! KAU DENGAR
Read more
PREV
1
...
456789
DMCA.com Protection Status