Home / Romansa / Mr.Parasite / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Mr.Parasite: Chapter 71 - Chapter 80

90 Chapters

71. Kembali ke Rumah

Dean akhirnya kembali ke rumah beberapa hari kemudian setelah dirinya dinyatakan baik-baik saja. Pemeriksaan dan segala macam tes juga menunjukkan hasil yang bagus. "Jangan banyak bergerak, biar aku saja yang mengurusmu, Sayang," ucap Sherly. Ia menopang lengan Dean yang hendak duduk untuk bersandar pada kepala ranjang. "Panggil aku atau siapa pun jika kau ingin melakukan sesuatu, oke? Aku tak ingin lukamu yang belum membaik akan kembali terbuka." "Aku tak apa, aku hanya sedikit bosan berada di atas tempat tidur terus, Sayang," balasnya. "Walau aku berada di sampingmu sekali pun? Apa kau masih akan tetap bosan?" goda Sherly sambil tersenyum. "Well, itu hal lain lagi. Kau yang paling tahu, bukan? Betapa aku ingin cepat pulih agar dapat segera memelukmu dan memberimu kehangatan, Sayang?" Sherly tergelak dan berkata, "Oh, ya ampun. Kau tahu benar, kita harus sama-sama saling menahan diri untuk saat ini bukan? Kondisimu dan diriku yang men
Read more

72. Kacau

Malam itu, di dalam kamar luas yang nyaman, Sherly dan Dean saling memagut dan berciuman dengan mesra di bawah lampu temaram yang menyinari kamar mereka. Dean duduk bersandar pada kepala ranjang dengan Sherly yang ada di sampingnya dan sedang mengenakan lingerie seksi miliknya. Ciuman mereka yang memanas semakin membangkitkan gairah Dean. Terlebih saat Sherly melekatkan tubuh berlekuknya dengan cara yang menggoda. "Oh, Sayang ... betapa aku sangat menginginkanmu," gumamnya. Dean meraih pinggang Sherly yang setengah berlutut di sampingnya dengan tangan kokohnya. Ia beralih pada leher Sherly setelah mengakhiri ciuman panas mereka. Selama hampir seminggu setelah kepulangannya dari rumah sakit, akhirnya malam ini ia baru bisa merasakan lagi kehangatan tubuh mungil milik istrinya itu. Walau gerakannya masih terbatas karena luka pasca operasinya belum sepenuhnya pulih, tapi Dean seolah tak mampu lagi membendung hasratnya pada Sherly. Dean menghirup
Read more

73. Tidak Fokus

"Begitulah laporan terakhir yang aku terima dari informan kita, Chief." Max menyampaikan laporannya pada Adriana yang tampak sedang berpikir dengan wajah seriusnya. Pagi ini Adriana meeting bersama anggota timnya untuk memulai pekerjaan dengan pertemuan rutin harian seperti biasanya. Ia akan mengevaluasi setiap laporan penyelidikan yang dikerjakan anak buahnya pada misi yang mereka tangani sebelumnya. "Bagaimana, Chief?" Karena tak juga mendapat respon seperti yang diinginkan, Max kembali bertanya pada Adriana. Para anggota tim saling bertatapan saat memperhatikan Chief mereka tak kunjung merespon. Adriana bahkan terlihat begitu jelas sedang menatap sudut berkas-berkas laporan yang sedang dipegangnya dengan tatapan yang menerawang. "Chief ...!" panggilan Max yang sedikit keras akhirnya membuyarkan lamunannya juga. Adriana yang sedikit tersentak, kemudian menghembuskan napasnya perlahan. "Aku akan mengevaluasi laporan kalian. Cukup sekian perte
Read more

74. Hasrat

Adriana keluar dari lift dan melenggang dengan percaya diri seperti biasanya. Tubuh ramping dan indahnya menarik banyak pasang mata pria yang lewat untuk sekadar memperhatikannya. Ia begitu bersinar dengan aura kuat seorang wanita dewasa. Walau ia mengenakan blazer dan setelan formal, semua tampak begitu mempesona di tubuhnya. Bahkan, setelan yang biasanya tampak membosankan itu, malah berefek sebaliknya. Ia tampak elegan dengan aura keseksiannya yang begitu memancar. Adriana melepas kacamata hitamnya saat ia sampai di ruangan kaca, persis di depan pintu masuk kantor Nick. Ia mengangkat sebelah alisnya saat menangkap sosok pria itu tengah mengobrol sembari tertawa ceria dikelilingi oleh beberapa pegawai wanita yang juga sedang tersenyum lebar padanya. "Ck, kau sedang bersenang-senang rupanya," gumamnya perlahan sambil melenggang masuk dengan santai. Kedatangan Adriana yang tampak mencolok itu tak ayal menarik perhatian Nick dan para pegawai wanitanya.
Read more

75. Manusia Barbar (21+)

Adriana dan Nick sedang menunggu detik-detik pintu lift apartemen terbuka dengan tak sabar saat mereka hendak menuju ke kediaman Nick. Mereka berdiri berjajar di belakang beberapa orang yang akan menggunakan lift yang sama juga. Mereka berdua saling bergandengan tangan dengan erat. Diam-diam mereka saling bergiliran meremas dan menekan jari masing-masing yang saling bertaut dengan lembut. Seperti layaknya remaja yang sedang kasmaran, mereka saling melirik dan melempar senyum setelah mencuri-curi pandang di dalam lift yang hampir penuh. Sesampainya mereka ke dalam apartemen Nick, seperti yang memang mereka inginkan, mereka segera saling memagut dengan panas dan melampiaskan hasrat yang belum tersalurkan dengan tidak sabaran. "Apa ... hh ... kau sudah berubah pikiran?" Adriana bertanya dan mendesah di sela-sela cumbuan Nick. "Menurutmu, Sayang?" Kali ini Nick menjelajahi leher Adriana dengan liar. Ia membimbing Adriana untuk menuju ke dalam kama
Read more

76. Kabar Pernikahan

"Syukurlah hasil pemeriksaanmu berangsur membaik, Dean," ucap Sherly sembari menuangkan teh hangat ke dalam cangkir teh miliknya. Dean dan Sherly saat ini sedang berada di halaman belakang dan sedang menikmati waktu luang sore hari mereka. Mereka duduk berjajar dalam satu kursi taman yang panjang di bawah pohon rindang sejuk dan pemandangan berbagai macam bunga, serta tanaman sebagai teman mereka. "Ya, Sayang, aku sudah semakin pulih," ucapnya bersemangat. Dean kemudian menatap Sherly sejenak dengan sedikit heran. "Bukankah, sepertinya hari ini kau sudah terlalu banyak memakan keju?" tanyanya. "Ya, kau benar," jawab Sherly sambil mengangguk mengiyakan. "Oh, ya ampun, Sayang." Dean sedikit tersenyum saat melihat Sherly menyantap lagi untuk kesekian kalinya biskuit asin kering dengan lembaran kecil keju di dalamnya. "Oh, ini sangat enak Dean, aku bahkan tidak bisa berhenti untuk terus mengunyahnya. Camilan ini juga dapat mengurangi rasa mualku."
Read more

77. Perusak Pesta

Sudah dua minggu yang lalu sejak Adriana dan Nick mengundang Dean dan Sherly ke acara pernikahan mereka. Sekarang, di sinilah mereka berada. Di tempat resepsi pernikahan dua sejoli instant tersebut berlangsung. "Ck, tak kusangka mereka mendahului kita," Dean bergumam seolah kesal. Sherly bersandar pada bahu Dean dan mengusap-usapnya perlahan. "Sudahlah, akan tiba giliran untuk kita nanti. Bersabarlah setelah semua keadaan membaik." "Ya, Sayang. Sebenarnya, aku tidak benar-benar merasa iri, karena kita sudah memiliki sesuatu yang lebih berharga dan besar jika dibandingkan dengan sekadar resepsi pernikahan, bukan?" ucap Dean lagi. Dean mengelus-elus dengan mesra perut membuncit Sherly yang ada di sampingnya. Tatapan Dean meneduh dan senyumnya mengembang setiap kali ia mengusap perut istri yang dicintainya, yang sedang mengandung buah hati mereka itu. Setiap hari Dean merasa takjub dengan perubahan perut Sherly yang semakin membuncit seiring dengan pertu
Read more

78. Penculikan Lagi!

"Bolehkah nanti aku makan siang dengan Adriana, Sayang?" tanya Sherly saat ia mengantar Dean ke kamarnya setelah mereka sarapan bersama. "Apa harus di Lovely Restaurant?" tanya Dean lagi untuk memastikan yang kesekian kalinya lagi. "Aku dapat meminta chef di tempat itu jika kau memang sedang menginginkan masakannya, Sayang," ucap Dean. "Aku hanya ingin berada di sana. Restoran itu terlihat sangat nyaman, feminin dan aku tertarik dengan salah satu menunya. Itu restoran yang imut yang pantas untuk dikunjungi para wanita. Bahkan sedang populer di media sosial sekarang." Sherly merajuk dengan memasang wajah cemberutnya. "Aku sendiri pun dapat membuatkan hidangan apa pun yang kau mau, kau tahu itu bukan, Sayang?" ucap Dean. "Ya, aku tahu kau adalah chef tertampan dan terbaik yang mampu membuat hidangan apa pun," balas Sherly lagi sambil memuji Dean. "Tapi ... Sayang, aku hanya ingin sesekali keluar dan mengobrol dengan teman wanitaku karena aku sedang mera
Read more

79. Surprise, Vivian ...

Para penculik membawa Sherly ke sebuah rumah sederhana di pinggiran kota. Setelah sampai ia keluar dengan tenang dan mengikuti para penculik itu tanpa ragu. Mereka membawa Sherly masuk ke dalam rumah dengan halaman yang sudah tak tertata. Seperti rumah lama yang sudah terbengkalai. Selama para penculik membawa dirinya, ia selalu melindungi perutnya dan mengusap-usap lembut seolah ingin menenangkan bayi yang dikandungnya maupun dirinya sendiri. Seperti dugaannya, Vivian telah duduk dan menunggu di dalam dengan wajah penuh kepuasan. Tampak tiga orang pria berjaga di samping kanan kirinya. "Ah, akhirnya kau datang juga!" Ia tersenyum melihat kedatangan Sherly yang diapit oleh anak buah suruhannya. Para pengawal dan penculik yang menguntit Sherly segera mengelilinginya. Dengan sekali tarikan, Sherly dipaksa duduk di sebuah kursi kayu yang telah disiapkan mereka. Dengan sigap mereka mulai mengikat tangan dan kaki Sherly. "Apa yang kau lakuk
Read more

80. Kilas Balik Rencana

Kilas balik setelah penculikan Sherly di dalam mobil... "Adriana disini, segera kirim bantuan, Sherly diculik! Bergerak tim! Sekarang juga!" Adriana menekan tombol lainnya setelah ia memerintahkan timnya untuk bergerak. Ia menelepon seseorang. "Dean! Maaf, aku harus memberimu kabar buruk. Sherly diculik! Aku rasa Vivian dalang dibalik semua ini. Tapi kau tak perlu khawatir, aku telah meminta bantuan tim! Dan Sherly membawa alat pelacak dan perekamku bersamanya! Seharusnya ia dapat ditemukan dengan mudah!" Adriana mulai berteriak karena panik. "Tenanglah Adriana, bernapaslah perlahan. Kau yang harus tenang, oke? Aku sudah tahu tentang penculikan Sherly." Suara Dean yang tak tampak terkejut di seberang sana membuat Adriana heran. "A ... apa? Apa maksudmu?" tanyanya. "Aku tahu ini akan terjadi lagi. Aku sudah memiliki rencanaku sendiri di belakang kalian, tanpa kalian sadari." "Maksudmu apa?!" tanya Adriana lagi karena frustas
Read more
PREV
1
...
456789
DMCA.com Protection Status