Beranda / Romansa / Mr.Parasite / Bab 11 - Bab 20

Semua Bab Mr.Parasite: Bab 11 - Bab 20

90 Bab

11. Sexy Payback

Benar, mereka memang mengincar Sherly! Dean kembali bernapas lega setelah berhasil membawa Sherly dan dirinya keluar dari sana. Tapi kelegaannya tak berlangsung lama, pasalnya ketika ia menoleh ke arah Sherly, gadis itu sedang melipat kedua tangannya dan menatapnya dengan tajam. Dean sedikit kikuk dan mengerjap. Ia tahu dari cara Sherly menatapnya, ia pasti dalam masalah sekarang. Bagus..!! Habislah aku!! Batinnya. "Bisakah kau jelaskan semua sikapmu ini, Tuan Dean?" tanya Sherly dengan dingin. Dean menarik napasnya, mempererat kemudi sembari berpikir alasan apa yang akan ia lontarkan pada gadis itu. "Ehm ... jelaskan apa?" Dean berdehem untuk menutupi kegugupannya. Sherly memicingkan kedua matanya, lalu menghembuskan napasnya dengan kesal. "Sejak dari rumah sakit kau terus diam dan mengabaikanku. Bahkan di restoran kau tidak mempedulikanku. Hanya menjawabku sekenanya saja. Jika kau memang tidak suka dengan makanannya lebih baik kau bilang saja padaku. Ka ... kau bahkan tidak mau
Baca selengkapnya

12. Penasaran

  Sherly menutup pintu kamarnya perlahan. Debaran di dalam dadanya saat ini sangat kencang, sehingga dirasa jantungnya seolah akan meledak. Sungguh gilaa!! Apa yang sudah kulakukan?!!  Sherly menghempaskan dirinya di atas ranjangnya. Memukul-mukul bantalnya dengan frustasi. Akan menanyakan perasaan apa? Mendapat kepastian apa? Omong kosong! Kau malah menciumnya Sher...!! Baguss!! Bagaimana kau akan menghadapinya besok?! Hanya karena dadanya terlihat seksi, bukan berarti kau bisa terlena kan! Sungguh gila ... benar-benar gila!  Benar-benar hal yang paling gila yang pernah kulakukan!! Sher bodoh! bodoh! bodoh! Perang batin yang menyiksa Sherly membuatnya semakin frustasi. Ia menyesal karena telah melakukan tindakan bodohnya lagi! Tapi semua telah terjadi, ia hanya harus memikirkan bagaimana akan menghadapi Dean besok. ___esoknya___ Pagi ini Sherly sudah menyisir rambutnya untuk yang kesekian
Baca selengkapnya

13. Kembali Bekerja

Bagaimana hariku bisa menyenangkan? Jika sepagi ini saja aku sudah dihantui rasa ingin tahu tentang pertemuan Dean nanti malam. Apa benar ia akan pergi menemui Adriana? Aakh ...!! Kesal! Sherly tanpa sadar menggigiti ujung pulpennya "Sher ... Sherly...!!" Panggilan Nick seketika memecah lamunannya. "Apa kau lapar? Kau belum sarapan?" tanyanya ketika melihat Sherly melamun sambil menggigiti ujung pulpennya. "Ah ... ya Nick? Ti ... tidak ... aku sudah sarapan kok tadi" sanggah Sherly gugup. Sherly sedikit merona begitu tersadar dari lamunannya. Terlebih karena reaksi teman-temannya yang lain yang menahan tawanya karena pertanyaan yang Nick lontarkan kepadanya itu. "Fokuslah!" Nick menggelengkan kepalanya, seolah hal itu adalah hal yang biasa, yang memang "khas" gadis itu, dimana ia bisa sering tidak fokus bekerja jika belum makan. Sherly sedikit cemberut, karena Nick sering memperlakukannya selayaknya seorang anak kecil di depan teman-teman kerjanya yang lain. Dan perlakuannya itu
Baca selengkapnya

14. I Love You

Nick membuka pintu mobilnya untuk mempersilakan Sherly masuk. Nick sangat bersemangat dengan makan malam yang akan dilakukannya dengan Sherly sebentar lagi. Gadis itu tampak cantik dengan mini dress hitamnya yang berlengan panjang. Kaki mungil Sherly tampak terlihat indah dengan paduan high heels yang senada dengan gaunnya malam ini. Rapi, formal dan sekaligus cantik. Tidak terlalu berlebihan, tetapi terlihat manis. Seperti itulah Sherly di mata Nick. Restoran tempat mereka makan malam terbilang cukup romantis. Dengan pemandangan yang kental dengan nuansa alam dan lampu yang berkelap-kelip membuat suasana malam menjadi begitu hangat. Tempat makan mereka dikelilingi oleh tanaman-tanaman yang berjajar rapi dan tertata begitu indah. Pencahayaan yang remang-remang memberikan kesan yang lebih privasi. "Wow ..." Sherly berdecak kagum dengan nuansa restoran yang begitu indah. "Silakan, indah bukan?" Nick menarik kursi untuk Sherly. Kemudian mengambil tempat tepat di depan gadis tersebut. N
Baca selengkapnya

15. Pembohong

Nick sadar ungkapan perasaannya pada Sherly pasti telah membuat gadis itu begitu terkejut. Tak banyak obrolan atau pembicaraan yang mereka lakukan saat dirinya mengantarkan gadis itu kembali ke apartemennya. Nick tidak meminta jawaban. Nick juga tak akan memaksa Sherly untuk menerima perasaannya. Nick hanya ingin mengungkapkan apa yang sudah semestinya ia lakukan bertahun-tahun yang lalu. Walau sudah terlambat, Nick hanya ingin Sherly tahu tentang perasaannya kepadanya selama ini. Dan sejujurnya dirinya masih berharap untuk dapat memiliki Sherly. Nick bersumpah, sedikit saja pria manipulatif itu membuat celah, ia tak akan segan-segan untuk merebut Sherly darinya. Dan begitu dirinya mendapat kesempatan itu, ia berjanji tak akan pernah melepaskan Sherly selamanya. **** Masih dalam keadaan linglung, Sherly masuk ke dalam kamarnya. Setelah meletakkan semua barang bawaannya, ia merebahkan diri di kasurnya. Sherly mengingat-ingat kem
Baca selengkapnya

16. Perasaan Sherly

Dean menatap telapak tangannya. Tangan yang tadi ia ulurkan dan kemudian ditepis Sherly dengan keras. Dean mengerutkan keningnya. Ia merasa Sherly tampak sedikit aneh. Dan lagi, saat sekilas kulitnya bersentuhan dengan Sherly, ia merasa tangan gadis itu begitu panas. Apa Sherly sedang demam? Karena tadi tampaknya wajahnya juga sedikit pucat. Batinnya bertanya-tanya. Seolah tak ingin membuang waktu lagi, Dean mulai menyiapkan hidangan untuk Sherly dan berencana mengantarkannya ke kamar gadis itu. Ia tak lagi mempedulikan fakta bahwa Sherly sedikit bersikap aneh padanya tadi. Dean hanya mencemaskannya saja. Setelahnya .... Dean perlahan memutar pintu kamar Sherly. Ternyata tak terkunci, sehingga dirinya dapat masuk tanpa harus mengetuk lagi. Dilihatnya gadis itu sedang berbaring dengan selimut yang menyelubunginya. Sherly tampak gelisah di dalam tidurnya. Terlihat dari kerutan garis yang dalam di antara kedua alisnya, menandakan gadis itu sedang berpikir keras atau kemungkinan sedang
Baca selengkapnya

17. Malu

Sherly mengerjap, mengamati sekitarnya saat dirinya terbangun dari tidurnya. Tubuhnya sudah terasa jauh lebih ringan. Kepalanya juga terasa lebih baik. Sherly menilik jam di dinding kamarnya. Waktu sudah menujukkan pukul sembilan malam. Ia kemudian memutuskan untuk bangkit dan segera turun dari ranjangnya. Keadaan apartemen tampak sepi saat dirinya melangkah keluar untuk menuju ke dapur. Tenggorokannya terasa begitu kering. Mungkin karena efek obat yang dikonsumsinya tadi. Sherly mengisi dan meneguk segelas air untuk meredakan rasa hausnya. Dilihatnya lampu kamar Dean masih menyala saat ia meletakkan gelas di atas meja. Agar menghindari kemungkinan dirinya bertemu dengan Dean, Sherly memutuskan untuk cepat-cepat kembali ke kamarnya sendiri. Tepat setelahnya, pintu kamar Dean tiba-tiba terbuka dan Dean keluar begitu saja. Ah... aku terlambat! Batinnya. "Kau terbangun? Apa kau sudah baik-baik saja?" Dean mendekati Sherly, meraba
Baca selengkapnya

18. Menguntit Dean

Sherly segera mengakhiri dan mengirim pesan singkat kepada Nick sesaat sebelum dirinya keluar dari kamar, karena Dean telah menunggunya di luar. Siang ini ia dan Dean akan berbelanja kebutuhan makanan yang sudah mulai menipis. Dean pagi tadi sempat memberikan kunci mobilnya dan mengatakan jika Nick lah yang telah mengantarkan mobilnya kembali. Maka dari itu, Sherly mengirimkan pesan singkat pada Nick agar ia tidak salah paham tentang ketidakhadirannya kemarin di tempat kerja. "Aku yang akan menyetir," ucap Dean sembari membuka pintu keluar. "Oke." jawab Sherly. Perjalanan mereka menuju pasar swalayan terbesar yang berada di kota lumayan memakan waktu. Pasalnya jalanan perkotaan Portland begitu padat saat akhir minggu seperti sekarang. "Apa rencanamu hari ini Dean?" tanya Sherly membuka percakapan ditengah-tengah kemacetan jalan. "Hm ... biar kupikirkan. Sepertinya tak ada yang begitu mendesak" jawabnya. Sherly teringat
Baca selengkapnya

19. Romeo, Number One Host

Sherly tidak begitu tergesa-gesa mengendarai mobilnya, karena ia tahu betul kemana Dean akan pergi. Ya. Ia memutuskan akan menguntit Dean malam ini. Sherly yakin malam ini setidaknya ia akan mengetahui sesuatu tentang Dean. Dan apa pun itu, Sherly merasa sudah siap. Setelah masuk ke dalam kamarnya tadi, Sherly bersiap-siap di dalam untuk melakukan rencananya malam ini. Sherly memakai jeans hitam dan kaus tanpa lengan berbalut jaket kulit feminin yang tampak modis. Untuk memudahkannya bergerak, Sherly memilih menggunakan sepatu sneaker yang ringan. Dan kini, fakta pertama yang ditemukannya tentang Dean adalah, mobil sport hitam yang selalu terparkir di ujung basemen apartemen mereka, ternyata sesungguhnya adalah milik Dean! Bagus Dean ... kau yang berlagak seolah tak memiliki apa-apa, ternyata hanyalah sebuah kebohongan lain. Sherly begitu kesal dengan fakta pertama yang ia temukan. Sherly memarkir mobilnya dengan yakin saat dirinya sam
Baca selengkapnya

20. Rencana Serangan

Lucy menatap Sherly dengan seksama sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dadanya. Sudah sejak satu jam yang lalu gadis di depannya itu menangis dan terisak. Meracau dan meratapi nasibnya. Lucy menghela napas untuk kesekian kalinya. Kedatangan Sherly tengah malam ke apartemennya dan mengganggu istirahatnya, adalah suatu hal yang tak pernah ia alami sebelumnya. Sekarang gadis yang kedua matanya bengkak tersebut tengah mencurahkan semua isi hatinya dan menangis hanya karena seorang pria. Lucy baru kali ini melihat Sherly si ceria begitu kalut dan kacau. "Lucy ... apa yang harus aku lakukan?" tanya Sherly. Sudah kesekian kalinya Sherly menanyakan hal yang sama padanya. Tatapan Sherly yang begitu memelas sungguh membuatnya terlihat menyedihkan. "Oke ... pertama, kau harus menghentikan tangisanmu. Karena ini sudah larut malam Sher. Cucilah wajahmu, aku akan mengambil es atau sesuatu untuk kedua matamu yang membengkak." Kali ini Sherly dan Lucy duduk saling bersebelahan. Sherly se
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
9
DMCA.com Protection Status