Home / Romansa / Takdirku Bersamamu / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of Takdirku Bersamamu: Chapter 1 - Chapter 10

27 Chapters

Kejutan

“Kusiapkan kejutan ini untukmu, namun ternyata kau memberikanku kejutan lebih dulu sebelum kau melihat kejutanku.” Sudah dari tadi Qila menunggu Dave di ruang tamu, namun Dave tidak muncul-muncul. Entah mengapa sudah beberapa kali Qila mengajak Dave lari pagi, namun Dave selalu terlambat. Sudah hampir 30 menit Qila berada di rumah Dave namun masih tidak ada tanda-tanda kemunculan Dave. Karena kesal menunggu Dave di ruang tamu, akhirnya Qila memutuskan untuk ke kamar Dave yang berada di lantai dua. Qila mengetuk kamar Dave berkali-kali namun tidak ada sahutan. Hingga akhirnya Qila menggunakan suara cemprengnya untuk membangunkan Dave. “Dave...Dave...Daveeee, banguuuun,” panggl Qila sembari mengetuk-ngetuk pintu kamar Dave dengan keras. Tanpa menghiraukan kebisingan yang terjadi di luar, Dave kembali tidur dan Dave menutup telinganya dengan bantal. Dalam tidurnya, Dave senyum-senyum sendiri. Ternyata Dave sedang bermimpi bahwa dirinya sedang bersama Qi
Read more

Pergi

“Jika dengan kepergianmu akan membuatmu bahagia, Maka aku rela kamu pergi.” Qila terus berlari tanpa arah, Qila sampai lupa dirinya tidak membawa dompet ataupun handphone. Disaat Qila terus berlari menuju rumah sakit, tiba-tiba Qila melihat ada abangnya yang sedang nongkrong bersama teman-temannya. Tanpa pikir lama, Qila menghampiri abangnya dan menarik tangannya. “Loh dek, lo ngapain disini? Nggak pake sendal lagi. Mana handphone lo, mana tas lo? Lo di rampok dek? Bilang sama gue mana rampoknya biar gue kejar dia dan gue habisin dia. Dia gak tau kalau gadis cantik ini ade gua.” Qila malah menangis mendengar serentetan pertanyaan dari abangnya. Qila sedih karena baru sadar bahwa dirinya tidak memakai sendal. “Loh kok nangis jangan nangis dek, tangan gue kotor abis benerin motor. Gue gak bisa hapus air mata lo.” “Abaang, jangan banyak nanya, sekarang abang anterin Qila ke rumah sakit!” “Lo ada yang luka sampe h
Read more

Lamaran

“Keberanianmu memberi kepastian adalah tanda keseriusanmu untukku, juga penghilang kebimbanganku apakah aku harus bertahan atau meninggalkan.” Semenjak kepergian Dave, Qila menjadi gadis yang pemurung. Dia lebih sering terdiam dan melamun, tidak seperti biasanya yang periang dan bawel tidak ketulungan. Sudah beberapa sahabat Qila mencoba menghibur Qila, namun Qila tetap murung. Sebelum Dave pergi, Qila memutuskan untuk LDR dengan Dave, Qila tidak ingin putus meski kini Dave jauh dari pandangan matanya. Qila yakin bahwa Dave bisa menjaga hatinya dan menjaga cinta mereka. Sudah satu minggu Dave belum sedikitpun mengabari Qila, Qila cemas dan berpiiran macam-macam. Hingga ada sebuah notif WA yang membuat Qila bahagia. Maaf aku baru bisa hubungi kamu, 1 minggu ini bunda ngelarang aku buat pegang hp. Maafin aku ya. Kamu jangan nakal disana, aku bakal jaga hati aku buat kamu. Aku kepikiran kam
Read more

Apakah Ini Mimpi?

At AusieSetelah sampai di bandara, Salsa menghubungi tantenya dan memberitahukan bahwa Salsa dan Qila sudah sampai di Ausie.“Tante, aku sudah sampai di Bandara.”“Kamu langsung ke Apartemen aja Sal, ajak Qila kesana kasian dia kecapean. Tante dan Om belum bisa pulang karena keadaan abangmu kritis.”“Iya tante, tapi setelah mengantar kak Qila ke Apart aku ingin melihat abang ke rumah sakit ya.”“Jangan Sal, kamu harus menemani Qila dan biarkanlah Qila istirahat jangan sampai dia tahu dulu bahwa Dave ada di Rumah sakit.”“Iya tan.”Wajah Salsa murung, Qila heran mengapa wajah adik sepupu Dave terlihat sangat sedih. Ada apa ? batin Qila terus meronta untuk bertanya namun dirinya tidak berani hingga akhirnya suara Salsa membuyarkan lamunan Qila.“Kak, kita ke Apart dulu ya untuk istirahat.”Qila hanya mengangguk dan menarik kopernya ke bagasi taksi, se
Read more

Bayangnya Masih Ada

“Kepergian menimbulkan kehilangan dan kehilangan membawa kerinduan. Namun, rindu pada seseorang yang suda tidak ada adalah hal yang paling menyakitkan.”Semenjak kejadian itu Qila menjadi gadis yang benar-benar pemurung, Qila menjadi gadis yang dingin dan tidak pernah tersenyum, kepergian Dave seakan membawa separuh jiwa Qila. Tidak ada lagi Qila yang cerewet, periang dan murah senyum seperti dulu. Semua hilang, pergi bersama dengan kepergian Dave. Sudah satu tahun kepergian Dave, namun Qila masih merasa bahwa Dave hanya pergi ke Ausie, dan akan kembali ketika penyakitnya sudah sembuh. Qila selalu menyakinkan dirinya bahwa Dave akan pulang. Qila tidak pernah menerima siapapun yang datang karena Qila selalu berpikir bahwa dia harus menjaga hatinya untuk Dave yang sedang berjuang untuk melawan penyakitnya. Orang tua Qila sangat sedih melihat keadaan Qila yang sudah 1 tahun ini tidak pernah berubah, selalu menunggu Dave dan menantikan kehadiran Dave. Orangtu
Read more

Bangkit

“Memang susah untuk memulai semuanya dari awal lagi, namun tidak akan ada usaha yang mengkhianati hasil. Kau boleh terpuruk namun jangan lupa untuk bangkit.”   Qila memulai kembali semuanya dari awal, Qila tidak mau melihat orang-orang yang disayanginya tersakiti karena kesedihan dirinya. Qila melanjutkan pendidikannya di Universitas UIN BANDUNG. Qila mengambil jurusan psikologi. Qila berharap dengan jurusan yang di ambilnya, Qila mampu lebih mengenali semua yang terjadi pada dirinya. Qila juga ingin lebih memahami orang lain, oleh karena itulah Qila mengambil jurusan psikologi. Seminggu kemudian, Qila sudah mulai bisa bersosialisasi dengan lingkungan barunya. Qila mulai bisa sedikit demi sedikit melupakan kesedihannya. “Aqila, nanti malem ada pesta topeng, lo ikut kan?” “Kayaknya nggak deh, gue juga nggak terlalu suka sama keramaian.” “Lo ikut ya, mungkin aja dengan ikutan itu lo bisa melupakan kesedihan lo dan
Read more

Devan Triyansyah

“Tatapanmu membuatku terpaku dan garis lurus wajahmu mengingatkanku akan dia yang telah tiada” “Elo....” “Elo...” “Ngapain lo disini?” tanya Qila yang kaget melihat orang yang ada di hadapannya. “Harusnya gue yang nanya, lo ngapain disini?” “Kok lo malah balik nanya sih.” “Emang harusnya pertanyaannya gitu, lo ngapain disini? Kalau gue, iya karena ini memang acara angkatan gue.” Seru Devan dengan senyum sinis. Aqila bingung harus menjawab apa, karna memang iya Qila harusnya tidak datang ke pesta ini. Pesta yang tisak diperuntukan untuknya ataupun angkatannya. Qila bingung dan terus mencari alasan yang pas. “Kenapa lo, kok malah diem, nggak bisa jawab kan.” “Apa sih lo, nyebelin tau.” “Kok nyebelin, kenapa?” “Lo tuh tadi ajak-ajak gue dansa, padahal ya kalau gue tau yang ada di balik topeng itu lo. Nggak bakal mau tuh gue dansa sama lo.” “Emang kenapa sih lo itu sinis banget sama
Read more

Khawatir

“Langit mendung ketika sang mentari terhalang oleh kabut juga awan yang menggumpal.” Devan menggerak-gerakan tubuh Qila, dan menepuk-nepuk lembut pipi Qila. Devan seamkin bingung harus bagaimana. Devan merasakan tangan Qila dingin dan wajah Qila juga dingin. Devan melepaskan jaket yang dikenakannya dan memakaikannya pada Qila yang kini tidak sadarkan diri.Waktu sudah sangat malam, suasana di jalan buah batu semakin sepi dan udara kian dingin. Angin berhembus dengan lembut mencoba memeluk tubuh Devan dalam dinginnya udara malam. Devan sudah berulangkali mencoba menelepon taksi, namun sudah 30 menit dia menunggu, taksi tak kunjung datang.Melihat wajah Qila yang masih tidak sadarkan diri di atas kursi, membuatnya semakin khawatir akan keadaan Qila. Wajahnya yang pucat dan bibirnya membiru. Tangan dan wajah Qila semakin dingin karena angin yang terus menerus berembus.Dengan berat hati, Devan memutuskan untuk meng
Read more

Titik Terang

“Setelah sekian lama mencari tanpa titik temu, akhirnya titik terang itu datang.”  “Kak, punggung kakak sakit ya karena gendong Qila.”“Sedikit, tapi nggak papa kok.” Devan tersenyum dan berlaga seolah punggungnya tidak sakit.Qila mendekati Devan dan berjalan kebelakang tubuh Devan, Qila menempelkan tangannya ke pundak Devan dan memijitnya pelan.“Lo ngapain, nggak usah. Kondisi lo juga lagi nggak baik-baik aja.”“Gue nggak papa.”Devan tersenyum dan merasakan sentuhan demi sentuhan tangan Qila yang memijat pundaknya dengan lembut. Waktu sudah sangat malam namun Devan dan Qila belum ada niat untuk beranjak. Melihat keindahan langit yang begitu cerah malam ini membuat mereka betah untuk berlama-lama.Reihan terus mencari Qila namun sudah hampir 30 menit, Reihan tidak menemukan Qila. Reihan bingung harus mencari Qila kemana, Reihan juga khawatir aka
Read more

Terima Kasih

“Kata sederhana namun memiliki banyak makna.”“Kak...”Devan menenggok dan melihat siapa yang memanggilnya. Dalam hati Devan sudah senang karena yang memanggilnya pasti Qila.“Cie, yang baper. Lo kira Qila ya?” Reihan tertawa terbahak-bahak karena melihat wajah Devan yang sumringah namun berubah menjadi kesal.Devan tidak menghiraukan ejekan Reihan dan kembali melanjutkan langkahnya. Namun, lagi-lagi ada yang memanggilnya.“Kak Devan..”Devan terus melangkah tanpa menghiraukan yang memanggilnya. Devan yakin pikiran Devan sekarang sedang tidak fokus karena mengira suara Reihan sebagai suara Qila.“Kak Devan.” Teriak suara itu sekali lagi dan lebih kencang.Devan yang kesal memutar tubuhnya dan menghadap yang memanggilnya.“Apa sih Han?” teriak Devan marah.Qila yang sudah berdiri di hadapan Devan dengan secangkir cokelat panas, kaget d
Read more
PREV
123
DMCA.com Protection Status