Share

Pergi

Author: Alya suMyati79
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

“Jika dengan kepergianmu akan membuatmu bahagia,

Maka aku rela kamu pergi.”

Qila terus berlari tanpa arah, Qila sampai lupa dirinya tidak membawa dompet ataupun handphone. Disaat Qila terus berlari menuju rumah sakit, tiba-tiba Qila melihat ada abangnya yang sedang nongkrong bersama teman-temannya. Tanpa pikir lama, Qila menghampiri abangnya dan menarik tangannya.

“Loh dek, lo ngapain disini? Nggak pake sendal lagi. Mana handphone lo, mana tas lo? Lo di rampok dek? Bilang sama gue mana rampoknya biar gue kejar dia dan gue habisin dia. Dia gak tau kalau gadis cantik ini ade gua.”

Qila malah menangis mendengar serentetan pertanyaan dari abangnya. Qila sedih karena baru sadar bahwa dirinya tidak memakai sendal.

“Loh kok nangis jangan nangis dek, tangan gue kotor abis benerin motor. Gue gak bisa hapus air mata lo.”

“Abaang, jangan banyak nanya, sekarang abang anterin Qila ke rumah sakit!”

“Lo ada yang luka sampe harus ke rumah sakit dek?”

Tanpa menjawab pertanyaan Reihan, Qila langsung menarik Reihan agar segera naik ke motornya.

“Banyak nanya lo bang, sekarang berangkat ke rumah sakit Cahaya Hati.”

“Tapi dek,,,,,”

“syutt bang.” Sambil menyimpan telunjuk pada bibir Reihan.

Reihan mengemudikan motornya dengan pelan, namun karena Qila terus memprotesnya, Reihan mengemudikan motornya dengan mengebut. Setelah sampai di parkiran, Qila tidak menghiraukan abangnya dan berlari masuk ke dalam rumah sakit. Reihan yang tidak tau ada apa sebenarnya, langsung berlari menyusul adiknya.

“Ada apa sih dek? Kok lo panik kayak gitu.”

Qila tidak menjawab pertanyaan Reihan. Qila terus berjalan dan mencari kamar mawar nomor 307. Saat ketemu, Qila melihat tante Dinda bunda Dave yang sedang duduk sambil menangis. Qila menghampiri bunda Dave dan memeluknya. Qila ingin segera bertanya namun Qila tau bahwa saat ini bukan saatnya dia bertanya. Qila hanya diam dan terus memeluk bunda Dave. Dokter keluar dan berkata bahwa Dave tidak apa-apa hanya sakit kepala. Padahal kenyataannya Dave menyuruh dokter untuk berbohong karena tidak mau membuat bunda dan juga Qila khawatir akan keadaannya. Dave keluar dari ruang rawat dan menghampiri kedua wanita yang amat dicintainya.

“Kamu kok keluar Dave, kamu nggak apa-apa?”

“Aku nggak apa-apa, aku hanya sakit kepala saja ia,” jawab Dave lembut.

Dave menghampiri bundanya dan berlutut di hadapan bundanya, Dave menghapus air mata yang mengalir di pipi bundanya dan berkata, “Bunda jangan nangis, Dave baik-baik saja kok.” Dave memegang tangan bundanya dengan lembut dan mengusapkan pada kepalanya “Dave hanya kecapean bunda, bunda jangan khawatir. Sekarang aja dengan tangan bunda ada di kepala Dave, Dave sudah sembuh.” Dengan disertai senyuman, Dave mencoba menenangkan bundanya.

“Tapi bunda takut kamu kenapa-napa Dave, apalagi tadi di rumah, bunda melihatmu seperti sangat kesakitan.” Dave mencium tangan bundanya dan tersenyum “Dave baik-baik aja bunda.”

Qila dan Reihan hanya melihat dan tidak berbicara apa-apa. Dave menghampiri Qila yang terlihat dari sorot matanya bahwa Qila sangat khawatir.

“Kamu nggak perlu khawatirin aku ia, aku baik-baik aja. Nih liat aku bisa lari, bisa loncat bisa apalagi ya?” sambil berlaga sok mikir “bisa menyayangimu juga.” Cengir Dave. Qila yang melihat Dave hanya tersenyum, meski Dave berkata bahwa dirinya baik-baik saja, Qila masih tidak bisa menghilangkan rasa khawatirnya pada Dave. Karena Dave tidak ingin kembali kedalam dan di rawat, akhirnya mereka meminta pada dokter untuk pulang. Dokter membolehkan Dave pulang dengan syarat Dave jangan terlalu cape dan juga harus menghabiskan obat yang sudah diberikan dokter.

Sesampainya di rumah, Dave langsung memasuki kamarnya dan istirahat. Dave menyandarkan kepalanya pada bantal, Dave tidak menyangka bahwa dia memiliki penyakit yang begitu serius. Dave memejamkan matanya dan mencoba berpikir positif. Dave tidak ingin karena cobaan ini, Dave menyalahkan takdir dan berkata bahwa Tuhan tidak adil. Dave merenung dan berpikir bahwa mungkin Tuhan memberikannya sakit seperti ini agar dirinya lebih sabar dan lebih bersyukur akan nikmat sehat. Dave mencoba mengambil hikmah dari sakit yang kini dia alami. Karena lelah terlalu banyak berpikir, Dave memutuskan dirinya untuk tidur.

Pukul 03 dini hari Dave kembali terjaga, Dave merasakan kepala sebelah kirinya sakit dan air matanya berair. Dave tidak mampu menahan sakit itu. Dave mencoba mencari obat namun tidak ada. Karena sakitnya begitu menguasai, Dave akhirnya membenturkan kepalanya pada tembok, karena sakit belum juga berlalu Dave terus membenturkan kepalanya pada tembok hingga di tembok terdapat bercak darah yang keluar dari dahi Dave. Dave menarik rambutnya dan memukul-mukul kepalanya. 15 menit berlalu, sakit yang Dave rasakan akhirnya berangsur hilang. Dave terduduk di balkon kamarnya dan menikmati udara malam. Dave menyentuh dahinya yang yang masih mengeluarkan darah. Dave mengambil sapu tangan dan mengusapkan pada dahinya. Dave diam dan berpikir mengapa rasanya begitu sakit? Mengapa rasa sakitnya semakin lama semakin menyakitkan dan tidak tertahankan. Apa penyakitnya semakin parah?

___

“Selamat pagi bunda,” sapa Dave pada bundanya

“Pagi Dave, bagaimana keadaanmu? Sudah baikan?”

“Dari semalem aku baik-baik saja kok bun,” cengir Dave

“Oh iya Dave, jika kamu tidak sibuk, kamu temani Tobi ya, ajak dia main. Tadi Tante Salsa nitipin Tobi disini, katanya Tobi tidak ada teman di rumah jadi dititipin disini.”

“Oh iya bun, nanti Dave ajak Tobi main, Dave ke rumah Qila dulu, ngajak Qila buat temenin Dave dan Tobi juga chaca.”

“Yaudah sana.”

Dave pergi setelah mengucapkan salam pada bundanya. Dave berjalan karena jarak antara rumahnya dan Qila hanya beberapa meter saja. Saat sampai, Dave langsung izin pada tante Risma, mamah Qila untuk mengajak Qila keluar. Qila dan Dave bergegas ke rumah Dave untuk mengambil mobil dan juga mengajak Tobi dan chaca, chaca adalah adik perempuan Dave yang kini menginjak kelas 1 sekolah dasar. Qila sangat senang karena hari ini bisa menghabiskan waktu bersama Dave, meski harus ada dua bocah kecil yang membuntutinya.

Qila dan Dave mengajak chaca dan Tobi pergi ke taman bermain. Mereka bermain hingga pukul 2 siang. Karena cape mengelilingi taman bermain dan mencoba semua wahana yang ada disana, mereka akhirnya memutuskan untuk pulang dan beristirahat. Dave mengantarkan Qila tepat di depan rumah dan setelah itu pamit untuk pulang. Sesampainnya di rumah, Dave langsung ke kamar karena badannya lelah dan kepalanya mulai terasa pusing. Setelah membersihkan badannya, Dave langsung memakai baju dan tidur. Pukul 3.15 disaat Dave sedang tidur, tiba-tiba Dave merasakan kepalanya sakit dan sangat sakit. Dave segera bangun dari tidurnya dan mencoba mencari obat di dalam laci. Dave menemukan obatnya namun tidak keburu meminumnya karena sakit kepalanya sudah tidak tertahankan. Obat yang dipegang Dave jatuh dan Dave menarik-narik rambutnya karena rasa sakit yang tak tertahankan.

“AKKKKKH, sakit,” Dave berteriak karena sudah tidak sanggup menahan rasa sakitnya. Dave mencoba berdiri dan membenturkan kepalanya pada tembok. Bunda Dave yang mendengarkan kegaduhan di kamar Dave, segera masuk ke kamar Dave. Bunda Dave sangat terkejut ketika melihat Dave yang sedang membenturkan kepalanya pada tembok. Banyak bercak darah yang terdapat pada tembok karena benturan kepala Dave. Bunda Dave menangis melihat keadaan Dave saat ini.

“Hentikan Dave, sudah, jangan terus menyakiti dirimu sendiri.” Dave tidak menghiraukan ucapan Bundanya. Kepala Dave sangat sakit dan Dave tidak mampu mengontrol dirinya, Dave tidak mampu mendengarkan bundanya. Dave hanya ingin rasa sakitnya cepat hilang.

“HENTIKAN SAYANG,” Sentak bunda Dave sambil menarik Dave dan memeluknya, “jangan lakukan itu lagi, bunda tidak sanggup melihatmu seperti tadi,” Ucap bunda Dave di iringi tangisan kesakitan melihat putranya menyakiti dirinya sendiri. Bunda Dave tidak tahu mengapa Dave seperti sekarang. 30 menit berlalu rasa sakit Dave sudah mereda, Dave menangis memeluk bundanya, bunda Dave membalas pelukan itu dengan sangat erat dan mencoba bertanya ada apa sebenarnya? Mengapa Dave tidak memberitahunya. Bunda Dave mencoba mengajak Dave ke rumah sakit untuk di periksa, namun Dave menolak karena Dave takut bundanya tau bahwa Dave sakit. Bunda Dave terus memaksa Dave hingga akhirnya Dave pasrah dan mengikuti keinginan bundanya. Bunda Dave membawa Dave ke rumah sakit dan menemui adik dari bundanya yang bekerja di rumah sakit itu.

***

“Keluhan kamu apa Dave ?” Tanya doktor Ridwan pada Dave. Doktor Ridwan adalah doktor spesialis saraf, Doktor Ridwan juga merupakan adik kandung bundanya Dave.

“Aku tidak apa-apa om, aku hanya merasa sakit kepala,” Jawab Dave atas pertanyaan Dr. Ridwan.

“Sakit kepala bagaimana maksud kamu, bisa kamu jelaskan lebih detail Dave” tanya Omnya lagi.

“Gini Om, sebenarnya sudah hampir satu bulan aku mengalami sakit kepala, anehnya sakit ini selalu datang di jam yang sama,” Cerita Dave pada Ridwan.

“Maksud kamu datang di jam yang sama?”

“jadi gini om, sakit ini selalu aku rasakan ketika jam 3 sore dan pada jam 3 dini hari.”

“Kepala yang terasa sakitnya yang mana Dave? Dan biasanya berapa lama sakit itu mendera kamu?”

“Kepala yang sakitnya hanya sebelah Om, seperti migran lagi tapi anehnya ketika sakit ini melandaku, mataku yang bertepatan dengan kepala yang sakit selalu berair,” Jelas Dave pada Ridwan.

“Mari Om periksa dulu Dave, kamu tiduran disana” kata Ridwan sambil menunjuk blangkar yang berada di ruangan itu.

Dimulai dari Dave berbicara dengan Ridwan, sampai sekarang Ridwan menyuruh Dave berbaring di belangkar, tak sedikitpun terdengar suara bunda Dave berbicara. Bunda Dave hanya diam sambil menangis menunggu hasil pemeriksaan.

“Kamu bisa duduk disana lagi Dave,” kata Ridwan setelah selesai memeriksa.

Dave menganggukan kepalanya dan mulai berjalan menghampiri bundanya yang berada tak jauh dari tempat Dave berdiri sekarang. Ridwan mengambil hasil tes dan langsung duduk menghadap kakaknya.

“Bagaimana wan? Dave tidak apa-apa kan? Dia sakit apa? Sakitnya parah tidak?”

“Tenanglah kak, bagaimana aku bisa berbicara jika kakak nyerocos begitu” kata Ridwan pada kakaknya.

“Kamu tidak mengerti sih Wan kalau kakak takut terjadi apa-apa sama Dave,” jawab bunda Dave dengan air mata yang kembali mengalir.

“Iya aku tahu, tapi setidaknya kakak tenang, OK.”

“Bunda jangan nangis dong, Dave baik-baik aja kok, Dave hanya kecapean,” Dave mencoba menenangkan bundanya yang lagi-lagi mengucurkan air mata.

“Jadi, dari hasil pemeriksaan, Dave menderita penyakit . . .” Ridwan menggantungkan kalimatnya.

“Apa Wan? Dave mempunyai penyakit apa? kamu jangan mempermainkan kakak cepat katakan!” gertak bunda Dave yang sudah tidak sabar untuk mengetahui Dave sakit apa. dave hanya diam dan menghela napasnya berat.

“Dave . . . .”Ridwan menjeda ucapannya dan menarik nafas dalam-dalam dari raut wajahnya dapat terlihat bahwa Ridwan sedikit kesusahan untuk menyampaikannya “mempunyai penyakit CLUSTER “ ucap Ridwan yang langsung menundukan kepalanya dan matanya tertuju pada lantai.

“Cluster? Penyakit apa itu Wan? Apakah itu berbahaya? Apakah itu akan membahayakan Dave? Cepat katakan!”

“Cluster adalah sejenis penyakit yang menyerang kepala, penderita biasanya selalu merasakan sakit dikepala secara tiba-tiba dan penyakit Cluster biasanya lebih rentan menyerang remaja. Penyakit ini bisa terbilang sangat jarang bahkan 1% di dunia. Penyakit Cluster tidak bisa dideteksi sejak dini karena pada awalnya rasa sakit kepala yang dirasakan oleh penderita biasanya hanya sakit kepala biasa saja dan terkadang rasa nyeri hanya dapat dirasakan pada sebagian kepala atau lebih dikenal dengan istilah migrain. Penyakit Cluster bisa bertahan sampai bertahun tahun atau bisa juga hanya beberapa bulan, tapi jika penyakit Cluster sudah semakin parah, maka penyakit ini bisa datang lebih sering dari biasanya dan bisa juga pada sehari penyakit ini bisa datang lebih dari sekali dan nyatanya penyakit yang menyerang Dave sudah akut dan kemungkinan besar sakit kepala itu akan datang lebih sering dan mungkin Dave akan merasakan sakit yang sangat parah sehingga Dave bisa sampai melukai dirinya sendiri.” Papar Ridwan panjang lebar.

“la. . .lu apa yang harus kita lakukan Wan?” tanya bunda Dave dengan tangisan yang semakin deras. “apakah Dave akan baik-baik saja Wan? Dave akan sembuhkan Wan? Aku mohon sembuhkan Dave Wan.” Lanjut bunda Dave dengan sesenggukan.

“Penyakit ini sangat langka kak, dan disini peralatan belum lengkap jadi aku sarankan kakak untuk berobat ke luar negeri. Aku memiliki seorang teman, namanya William dia adalah doktor terkenal yang sudah beberapa kali berhasil dalam menangani penyakit saraf. Dan aku bisa menghubunginya untuk kalian jika kakak bersedia.” Bunda Dave diam dan melirik Dave hingga akhirnya berkata, “Apapun itu, kakak akan melakukannya untuk Dave.”

“Tapi bun, Dave tidak ingin ke luar negeri.”

“Ini demi kebaikanmu Dave, dan agar kamu sembuh dari penyakitmu.”

Dave hanya pasrah dengan keputusan bundanya, bagaimanapun Dave tidak bisa menentang keinginan bundanya, Dave tidak ingin melihat bundanya terus-menerus bersedih.

***

“Tumben kamu ngajak aku kesini Dave, ada apa?”

Dave diam dan tidak menjawab pertanyaan Qila, Dave menyandarkan tubuhnya pada kayu yang terdapat di pinggir pantai. Dave memejamkan matanya dan merasakan semilir angin membelai lembut pori-pori kulitnya. Qila yang tidak mengerti akan tingkah Dave ikut terdiam dan menyandarkan bahunya pada kayu yang disandari Dave. Qila menunggu apa yang akan dikatakan Dave padanya hingga Qila merasa bahwa Dave akan memberitahunya hal yang penting. Qila berusaha tenang meski kini perasaannya terasa sangat gelisah.

“Iaa, aku mau bicara sesuatu sama kamu,” ucap Dave, sambil berdiri. Dave berjalan mendekati air laut yang ombaknya tidak terlalu tinggi. Dave menghela napasnya berat, Dave tidak sanggup untuk meninggalkan Qila apalagi untuk waktu yang tidak ditentukan.

“Ada apa Dave, sepertinya masalahnya setius.” Qila berjalan mengikuti arah langkah Dave.

“Sebelumnya aku minta maaf sama kamu, karena tidak memberitahumu sejak awal.” Qila diam dan mendengarkan ucapan Dave dengan serius.

“Bunda memintaku untuk ikut mereka pergi ke Ausie, mereka memintaku untuk melanjutkan sekolahku disana, tadinya aku tidak mau, tapi bagaimana lagi ayah memaksaku untuk tetap pergi. Kau tau sendiri bahwa aku tidak bisa menolak permintaan mereka.”

“Tapi Dave,,,”

“Aku harap kamu baik-baik saja disini Aqila Lusyara Dewi. Jika kamu tidak mau hubungan kita LDR, sebaiknya kita pisah.”

“Dave,, mengapa semuanya sangat tiba-tiba? Ada apa sebenarnya?”

“Semuanya baik-baik saja ia, besok aku pergi dan aku harap kamu menjaga dirimu baik-baik disini.”

Dave berjalan meninggalkan Qila yang masih diam di tempat. Dave dapat dengan jelas mendengar isak tangis Qila, Dave ingin kembali dan memeluk Qila lalu menenangkannya, namun Dave tau hal itu akan semakin membuat Qila tidak bisa melepaskannya pergi. Dave berjalan terus tanpa berbalik, Qila menatap punggung Dave yang semakin lama kian menghilang, Qila terus menangis dan merasakan dadanya terasa sangat sesak.

Ada apa sebenarnya Tuhan? Mengapa semua begitu mendadak? Mengapa dia pergi disaat hati ini begitu sangat mencintainya dan membutuhkannya.”

Related chapters

  • Takdirku Bersamamu   Lamaran

    “Keberanianmu memberi kepastian adalah tanda keseriusanmu untukku, juga penghilang kebimbanganku apakah aku harus bertahan atau meninggalkan.” Semenjak kepergian Dave, Qila menjadi gadis yang pemurung. Dia lebih sering terdiam dan melamun, tidak seperti biasanya yang periang dan bawel tidak ketulungan. Sudah beberapa sahabat Qila mencoba menghibur Qila, namun Qila tetap murung. Sebelum Dave pergi, Qila memutuskan untuk LDR dengan Dave, Qila tidak ingin putus meski kini Dave jauh dari pandangan matanya. Qila yakin bahwa Dave bisa menjaga hatinya dan menjaga cinta mereka. Sudah satu minggu Dave belum sedikitpun mengabari Qila, Qila cemas dan berpiiran macam-macam. Hingga ada sebuah notif WA yang membuat Qila bahagia. Maaf aku baru bisa hubungi kamu, 1 minggu ini bunda ngelarang aku buat pegang hp. Maafin aku ya. Kamu jangan nakal disana, aku bakal jaga hati aku buat kamu. Aku kepikiran kam

  • Takdirku Bersamamu   Apakah Ini Mimpi?

    At AusieSetelah sampai di bandara, Salsa menghubungi tantenya dan memberitahukan bahwa Salsa dan Qila sudah sampai di Ausie.“Tante, aku sudah sampai di Bandara.”“Kamu langsung ke Apartemen aja Sal, ajak Qila kesana kasian dia kecapean. Tante dan Om belum bisa pulang karena keadaan abangmu kritis.”“Iya tante, tapi setelah mengantar kak Qila ke Apart aku ingin melihat abang ke rumah sakit ya.”“Jangan Sal, kamu harus menemani Qila dan biarkanlah Qila istirahat jangan sampai dia tahu dulu bahwa Dave ada di Rumah sakit.”“Iya tan.”Wajah Salsa murung, Qila heran mengapa wajah adik sepupu Dave terlihat sangat sedih. Ada apa ? batin Qila terus meronta untuk bertanya namun dirinya tidak berani hingga akhirnya suara Salsa membuyarkan lamunan Qila.“Kak, kita ke Apart dulu ya untuk istirahat.”Qila hanya mengangguk dan menarik kopernya ke bagasi taksi, se

  • Takdirku Bersamamu   Bayangnya Masih Ada

    “Kepergian menimbulkan kehilangan dan kehilangan membawa kerinduan. Namun, rindu pada seseorang yang suda tidak ada adalah hal yang paling menyakitkan.”Semenjak kejadian itu Qila menjadi gadis yang benar-benar pemurung, Qila menjadi gadis yang dingin dan tidak pernah tersenyum, kepergian Dave seakan membawa separuh jiwa Qila. Tidak ada lagi Qila yang cerewet, periang dan murah senyum seperti dulu. Semua hilang, pergi bersama dengan kepergian Dave. Sudah satu tahun kepergian Dave, namun Qila masih merasa bahwa Dave hanya pergi ke Ausie, dan akan kembali ketika penyakitnya sudah sembuh. Qila selalu menyakinkan dirinya bahwa Dave akan pulang. Qila tidak pernah menerima siapapun yang datang karena Qila selalu berpikir bahwa dia harus menjaga hatinya untuk Dave yang sedang berjuang untuk melawan penyakitnya. Orang tua Qila sangat sedih melihat keadaan Qila yang sudah 1 tahun ini tidak pernah berubah, selalu menunggu Dave dan menantikan kehadiran Dave. Orangtu

  • Takdirku Bersamamu   Bangkit

    “Memang susah untuk memulai semuanya dari awal lagi, namun tidak akan ada usaha yang mengkhianati hasil. Kau boleh terpuruk namun jangan lupa untuk bangkit.” Qila memulai kembali semuanya dari awal, Qila tidak mau melihat orang-orang yang disayanginya tersakiti karena kesedihan dirinya. Qila melanjutkan pendidikannya di Universitas UIN BANDUNG. Qila mengambil jurusan psikologi. Qila berharap dengan jurusan yang di ambilnya, Qila mampu lebih mengenali semua yang terjadi pada dirinya. Qila juga ingin lebih memahami orang lain, oleh karena itulah Qila mengambil jurusan psikologi. Seminggu kemudian, Qila sudah mulai bisa bersosialisasi dengan lingkungan barunya. Qila mulai bisa sedikit demi sedikit melupakan kesedihannya. “Aqila, nanti malem ada pesta topeng, lo ikut kan?” “Kayaknya nggak deh, gue juga nggak terlalu suka sama keramaian.” “Lo ikut ya, mungkin aja dengan ikutan itu lo bisa melupakan kesedihan lo dan

  • Takdirku Bersamamu   Devan Triyansyah

    “Tatapanmu membuatku terpaku dan garis lurus wajahmu mengingatkanku akan dia yang telah tiada” “Elo....” “Elo...” “Ngapain lo disini?” tanya Qila yang kaget melihat orang yang ada di hadapannya. “Harusnya gue yang nanya, lo ngapain disini?” “Kok lo malah balik nanya sih.” “Emang harusnya pertanyaannya gitu, lo ngapain disini? Kalau gue, iya karena ini memang acara angkatan gue.” Seru Devan dengan senyum sinis. Aqila bingung harus menjawab apa, karna memang iya Qila harusnya tidak datang ke pesta ini. Pesta yang tisak diperuntukan untuknya ataupun angkatannya. Qila bingung dan terus mencari alasan yang pas. “Kenapa lo, kok malah diem, nggak bisa jawab kan.” “Apa sih lo, nyebelin tau.” “Kok nyebelin, kenapa?” “Lo tuh tadi ajak-ajak gue dansa, padahal ya kalau gue tau yang ada di balik topeng itu lo. Nggak bakal mau tuh gue dansa sama lo.” “Emang kenapa sih lo itu sinis banget sama

  • Takdirku Bersamamu   Khawatir

    “Langit mendung ketika sang mentari terhalang oleh kabut juga awan yang menggumpal.”Devan menggerak-gerakan tubuh Qila, dan menepuk-nepuk lembut pipi Qila. Devan seamkin bingung harus bagaimana. Devan merasakan tangan Qila dingin dan wajah Qila juga dingin. Devan melepaskan jaket yang dikenakannya dan memakaikannya pada Qila yang kini tidak sadarkan diri.Waktu sudah sangat malam, suasana di jalan buah batu semakin sepi dan udara kian dingin. Angin berhembus dengan lembut mencoba memeluk tubuh Devan dalam dinginnya udara malam. Devan sudah berulangkali mencoba menelepon taksi, namun sudah 30 menit dia menunggu, taksi tak kunjung datang.Melihat wajah Qila yang masih tidak sadarkan diri di atas kursi, membuatnya semakin khawatir akan keadaan Qila. Wajahnya yang pucat dan bibirnya membiru. Tangan dan wajah Qila semakin dingin karena angin yang terus menerus berembus.Dengan berat hati, Devan memutuskan untuk meng

  • Takdirku Bersamamu   Titik Terang

    “Setelah sekian lama mencari tanpa titik temu, akhirnya titik terang itu datang.”“Kak, punggung kakak sakit ya karena gendong Qila.”“Sedikit, tapi nggak papa kok.” Devan tersenyum dan berlaga seolah punggungnya tidak sakit.Qila mendekati Devan dan berjalan kebelakang tubuh Devan, Qila menempelkan tangannya ke pundak Devan dan memijitnya pelan.“Lo ngapain, nggak usah. Kondisi lo juga lagi nggak baik-baik aja.”“Gue nggak papa.”Devan tersenyum dan merasakan sentuhan demi sentuhan tangan Qila yang memijat pundaknya dengan lembut. Waktu sudah sangat malam namun Devan dan Qila belum ada niat untuk beranjak. Melihat keindahan langit yang begitu cerah malam ini membuat mereka betah untuk berlama-lama.Reihan terus mencari Qila namun sudah hampir 30 menit, Reihan tidak menemukan Qila. Reihan bingung harus mencari Qila kemana, Reihan juga khawatir aka

  • Takdirku Bersamamu   Terima Kasih

    “Kata sederhana namun memiliki banyak makna.”“Kak...”Devan menenggok dan melihat siapa yang memanggilnya. Dalam hati Devan sudah senang karena yang memanggilnya pasti Qila.“Cie, yang baper. Lo kira Qila ya?” Reihan tertawa terbahak-bahak karena melihat wajah Devan yang sumringah namun berubah menjadi kesal.Devan tidak menghiraukan ejekan Reihan dan kembali melanjutkan langkahnya. Namun, lagi-lagi ada yang memanggilnya.“Kak Devan..”Devan terus melangkah tanpa menghiraukan yang memanggilnya. Devan yakin pikiran Devan sekarang sedang tidak fokus karena mengira suara Reihan sebagai suara Qila.“Kak Devan.” Teriak suara itu sekali lagi dan lebih kencang.Devan yang kesal memutar tubuhnya dan menghadap yang memanggilnya.“Apa sih Han?” teriak Devan marah.Qila yang sudah berdiri di hadapan Devan dengan secangkir cokelat panas, kaget d

Latest chapter

  • Takdirku Bersamamu   Devan Marah

    Mentari menyapa bumi dengan cahaya indahnya, langit berbisik pada awan dengan biru warnanya. Burung-burung bernyanyi bak musik yang tenang menyambut macam-macam orang yang kini memiliki berbagai kesibukan.Devan sudah sejak pagi tadi menghidupkan motornya dan menyiapkan dirinya untuk kembali mencari Qila. Devan berjalan dan menghampiri Reihan yang kini sedang menyiapkan barang-barangnya.“berangkat sekarang? Kita mau kemana?”“gue juga nggak tahu mau kemana Van, yang penting hari ini gue harus bisa nemuin Qila”“oke kita cari dia ke kampusnya dulu, mungkin aja bener kan dia nginep di rumah temennya”“lo ini gimana sih Van, bukannya lo bilang Madya ngasih info sama lo kalau Qila di culik” Devan menepuk jidatnya dan baru ingat bahwa semalam Madya mengabarinya tentang penculikan Qila.Sudah dari pagi sekali Meli bangun dan menyiapkan sarapan untuk mereka, Meli menyiapkan nasi goreng spesial untuk Qila sebagai permintaan maafnya.“kak”, Qila datang dan menyapa Meli yang kini sedang sibuk

  • Takdirku Bersamamu   Gedung kosong

    Setelah Meli memikirkan semuanya, Meli akhirnya memutuskan untuk kembali ke gudang kosong itu di temani dengan Madya dan Cinta.“Lo yakin malem ini kita kesana?” ragu Madya“Iya Mel ini udah malem, mana lokasinya lumayan jauh lagi”“Iya guys, gue nggak mungkin biarin dia sendiri disana ditambah dia juga tidak memiliki salah apapun, gue ngerasa bersalah banget karena udah lakuin itu”“kalau lo kekeh dengan pendirian lo, kita akan nemenin lo kesana.”Meli, Madya dan Cinta akhirnya pergi dengan mobil yang dibawa Meli tadi pagi dari rumahnya. Sebenarnya Meli orang yang berada dan rumahnya tidak terlalu jauh dari tempat kerjanya, namun karena ingin hidup mandiri dan hidup bersama sahabat-sahabatnya, Meli memutuskan untuk ngekos bareng dengan Madya dan Cinta.Meli memasuki mobil dan di ikuti oleh kedua sahabatnya, Meli melajukan mobilnya sedikit kencang hingga membuat kedua sahabatnya berteriak histeris.“Biasa aja kali lo bawa mobilnya, lo nggak akan bawa kita mati bareng kan Mel” u

  • Takdirku Bersamamu   Kita Pasti Bahagia

    Meli sampai di kos an nya cukup malam sehingga menbuat kedua sahabatnya khawatir.“Mel, gue minta lo nggak usah kayak gini” ucap Madya yang membukakan pintu untuk Meli“Gue emang ngedukung lo buat deketin Devan dan dapetin Devan Mel tapi nggak gini juga caranya, lo bisa nyakitin orang lain.”“Terus gue harus gimana agar Devan mau nerima gue?”“Lo belum pernah ungkapin perasaan lo sama dia Mel, gimana dia akan tahu kalau lo suka sama dia?”“Tapi dya, Devan udah jadian sama cewek itu dan gue nggak bisa terima hal itu.”“Tapi...” cinta mencoba untuk kembali berbicara namun di potong dengan perkataan Meli“Udah, gue cape, gue mau tidur.”Meli meninggalkan kedua sahabatnya dan berjalan ke kamar untuk bersih-bersih dan istirahat.Setelah selesai bersih-bersih, Meli membaringkan tubuhnya di kasur kecil yang tersedia di kamar kos itu. Meli menatap langit-langit dan berpikir “apa gue salah?” Meli mengacak rambutnya dan berteriak prustasi. Meli adalah gadis baik yang terbutakan oleh rasa cintan

  • Takdirku Bersamamu   Aqila Hilang

    Devan dan Reihan terus mencari keberadaan Qila. Hingga akhirnya ponsel mereka berdua bergetar menandakan ada notifikasi. Reihan dan Devan membuka ponsel mereka masing-masing dan melihat pesan yang ternyata dari Qila.Devan dan Reihan yang mendapat pesan itu langsung lega ketika tahu bahwa Qila ternyata ada di rumah temannya. Namun, sepersekian detik kemudian mereka saling tatap “Siapa teman Aqila?” Devan yang mendapat pertanyaan itu dari Reihan menggeleng karena memang tidak tahu siapa teman Aqila yang bisa membuat Aqila berani untuk menginap di rumahnya. Reihan sangat tahu bahwa Aqila tidak akan menginap di rumah orang lain meskipun ada kerja kelompok yang di kerjakan sampai malam. Qila akan berusaha pulang dan menyuruhnya untuk menjemput.Devan yang memang belum terlalu lama mengenal Qila, namun Devan tahu bahwa Qila sungkan sekali berada di rumah orang lain apalagi orang itu belum terlalu dekat dengan Qila, dan yang Devan ketahui, Qila tidak memiliki teman dekat di kampusnya selain

  • Takdirku Bersamamu   Tragedi Toko Buku

    Setelah mereka selesai sarapan, mereka langsung bergegas untuk ke kampus. Devan mengantarkan Qila ke kampus dengan menggunakan taksi yang tadi di sewanya.Sesampainya di kampus, Devan pamit pada Qila dan berpesan untuk menghubunginya jika akan pulang.Setelah Devan hilang dengan mobilnya yang di telan tikungan, Qila berjalan gontai memasuki kampus. Qila sudah menyiapkan semua pembelajaraan untuk hari ini.1 jam berlaluQila sudah selesai belajar dan berniat untuk pulang. Qila mengabari Devan dan memberitahukan Devan bahwa dia akan mampir ke toko buku biasanya. Qila menunggu balasan pesan dari Devan namun tidak ada.Qila mencoba menelpon Devan dan ternyata ponsel Devan tidak aktif, tanpa menunggu lama, Qila langsung ke halte bus dan menunggu bus yang akan di tumpanginya. Saat bus datang, Qila langsung naik dan memasangkan earphone ke telinganya.Qila duduk dan menyandarkan badannya pada badan kursi. Qila menatap pepohonan yang bergerak karena mengikuti gerakan bus yang di tumpanginya.

  • Takdirku Bersamamu   Cintai aku dengan sederhana

    1 minggu berlalu hubungan Qila dan Devan semakin harmonis. Perlakuan-perlakuan kecil yang Devan berikan kepada Qila membuat Qila sangat bahagia. Qila merasakan seperti ratu jika sedang bersama dengan Devan.Memang benar adanya “Seorang wanita akan dijadikan ratu oleh laki-laki yang tepat”Pagi ini Qila sudah siap untuk pergi ke kampus dengan di antar Devan. Qila menunggu Devan dengan bekal yang sudah disiapkannya untuk mereka sarapan bersama. Qila menunggu di depan rumah sambil memainkan ponselnya.“Lama banget kemana sih tuh anak, tumben telat”, gerutu Qila Setelah hampir 30 menit Qila menunggu Devan di depan akhirnya ponsel Qila berdering dan Devan mengabarinya bahwa dia tidak bisa mengantarkan Qila ke kampus karena ban motor Devan bocor dan kemungkinan akan lama untuk memperbaikinya. Devan berkata bahwa dia sudah menyiapkan taksi untuk menggantikannya.Jahilnya aku· Aku gak bisa nganterin kamu ban motor aku bocor, kamu naik taksi aja ya.· Bentar lagi taksinya nyampe ke depan ruma

  • Takdirku Bersamamu   Gagal Deh

    1 jam di perjalanan akhirnya Devan dan Qila sampai di rumah Qila. Reihan yang khawatir pada adik semata wayangnya menunggu Qila di luar sambil memainkan gitar.“Maaf kemaleman bro, tadi macet”, Ucap Devan pada Reihan“Qila masuk ya bang.”Qila masuk ke dalam rumah dan meninggalkan Reihan juga Devan di depan rumah.“it’s okay, selama lo bisa menjaga dia dan bahagiain dia gue nggak akan marah apalagi bunuh lo.” Ucap Reihan tanpa melihan DevanDevan yang mendengar ucapan Reihan kaget.“Emang lo berani bunuh gue?”“Beranilah masa nggak”, Ucap Reihan yang langsung menyimpan gitarnya dan menghadap ke arah DevanDevan dengan sigap menerima tatapan Reihan yang kini seakan mengintimidasinya. Reihan menyingkirkan kursi yang di dudukinya dengan kakinya sehingga menimbulkan suara “BRAK” Qila yang baru saja sampai ke kamarnya dan membaringkan tubuhnya kaget mendengar suara itu.“Ada apa ya, kok seperti ada ribut-ribut gitu.”Qila memastikan suara ribut itu dan mengeceknya keluar. Qila melihat tida

  • Takdirku Bersamamu   Bakso Mang Darno

    Waktu sudah mulai sore dan awan mulai terlihat mendung. Gumpalan hitam mulai terlihat menggulung di langit, kilatan-kilatan cahaya menambah keanggunan langit yang terlihat akan turun hujan. Suara petir mulai menggelegar menembus cakrawala.Qila mengeratkan pelukannya pada Devan. Qila takut dengan suara petir yang menggelegar apalagi kini dia sedang berada di luar tepatnya di tengah perjalanan menuju lembang. Jalanan menuju lembang macet karena biasanya memang banyak sekali wisatawan yang mengunjunginya. Apalagi kini ada tempata wisata yang baru yaitu ASIA AFRIKA bukan KAA tapi ASIA AFRIKA yang mana di dalamnya terdapat banyak monumen mengenai negara lain. Dimana di tempat itu kita bisa menikmati suasana 7 negara tanpa harus mendatangi negaranya langsung.Qila sempat membacanya di internet saat Devan memutuskan untuk mengajaknya ke daerah Lembang. Dulu semasa Qila masih di Jakarta, Qila selalu berharap bisa tinggal di Bandung dan berjalan-jalan mengelilingi kota Ban

  • Takdirku Bersamamu   Akhirnya Hari itu Tiba

    Qila dan Devan menghabiskan waktu beberapa jam di Gramedia, mereka membaca-baca buku dan juga membeli beberapa buku. Karena waktu yang sudah siang, Devan mengajak Qila untuk melanjutkan perjalanan. Masih banyak tempat yang ingin Devan tunjukan pada Qila. Devan yang merupakan orang Bandung asli begitu mengetahui tempat-tempat wisata di daerah Bandung. Bandung adalah kota yang terkenal sebagai paris Van java, kota yang menyimpan banyak kenangan dan juga kota dengan seribu keindahan. Banyak wisatawan yang berburu untuk mengunjunginya. Suasana alam yang masih asri dan juga sejuknya udara yang masih murni membuat banyaknya wisata yang menginginkan tinggal di daerah Bandung. Namun kini sudah banyak sekali bangunan menjulang tinggi yang memenuhi kota Bandung sehingga membuat banyak sekali polusi yang tercipta tapi mau bagaimanapun Bandung tetaplah kota sejuta keindahan. Jika kalian tidak percaya datanglah kesini agar kalian bisa menikmati bagaimana indahnya kotaku. Hhe

DMCA.com Protection Status