“Keberanianmu memberi kepastian adalah tanda keseriusanmu untukku, juga penghilang kebimbanganku apakah aku harus bertahan atau meninggalkan.”
Semenjak kepergian Dave, Qila menjadi gadis yang pemurung. Dia lebih sering terdiam dan melamun, tidak seperti biasanya yang periang dan bawel tidak ketulungan. Sudah beberapa sahabat Qila mencoba menghibur Qila, namun Qila tetap murung. Sebelum Dave pergi, Qila memutuskan untuk LDR dengan Dave, Qila tidak ingin putus meski kini Dave jauh dari pandangan matanya. Qila yakin bahwa Dave bisa menjaga hatinya dan menjaga cinta mereka. Sudah satu minggu Dave belum sedikitpun mengabari Qila, Qila cemas dan berpiiran macam-macam. Hingga ada sebuah notif WA yang membuat Qila bahagia.
Setelah mendapat kabar dari Dave, senyum Qila kembali terbit. Qila menjadi kembali periang. Bahkan hingga membuat mamahnya aneh kenapa putrinya senyum-senyum sendiri.
“Ada apa Qila, kok kamu terlihat sangat senang?”
Qila tersenyum dan berkata, “Dave sudah mengabari Qila mah.”
“oh jadi karena itu anak mamah senyum-senyum sendiri.”
“Hehe iya mah, Qila ke kamar dulu ya mah, mau bersih-bersih.”
Di kamar.
Qila senyum-senyum sendiri sambil memandang foto dirinya dan Dave yang terpajang di atas nakas kamar Qila, Qila menjatuhkan dirinya pada kasur empuk kesayangannya, Qila memandangi langit-langit dan tersenyum.
“Terima kasih Tuhan karena Engkau telah menghadirkannya dalam hidupku, jagalah dirinya selalu. Aku memang tidak berada disampingnya dan tidak mampu menjaganya namun aku yakin kau akan menjagakannya untukku.”
Qila beranjak dari tidurnya dan memasuki kamar mandi karena dari tadi badannya sudah sangat lengket karena di sekolah ada mata pelajaran olahraga. Setelah selesai, Qila mengambil buku diary miliknya dan duduk menghadap ke luar jendela. Suasama sore ini sangat cerah sehingga membuat Qila terpesona akan lembayung senja yang hadir dengan rona jingganya. Qila menuliskan satu quotes dalam diarynya.
Senja
Aku tau, kehadiranmu untuk pergi namun
Aku juga tau, kepergianmu untuk kembali.
Qila menutup bukunya dan beranjak keluar kamar untuk menemui mamahnya. Di belahan bumi yang berbeda, Dave termenung sendiri di dalam kamarnya, memandang foto dirinya dan Qila yang sempat mereka ambil ketika mereka berada di pantai memandang senja yang sebentar lagi tenggelam.
“Maafkan aku Qila, karena aku berbohong padamu, namun ketahuilah sampai kapanpun aku tetap mencintaimu. Aku akan kembali padamu dan menemanimu disisa hidupku”.
Dave terus memandangi foto kebersamaannya namun tiba-tiba kepala Dave sakit kembali, Dave menyimpan foto kebersamaannya dan berlari mencari obat penahan rasa sakit namun tidak ada. Dave menarik-narik rambutnya sangat kencang namun rasa sakitnya tidaklah hilang malah semakin sakit, sebelah mata Dave mengeluarkan cairan, Dave sudah tidak tahan dengan rasa sakitnya sehingga Dave membenturkan kepalanya ke dinding.
“AKHHH . . . SAKIT . .”
“Tuhan . . . ini sangat sakit tuhan, sa. . ki. .t.” Dave terkulai lemas dengan darah yang mengalir dari pelipis sebelah kanannya. Namun rasa sakitnya itu belum juga berkurang dan lagi-lagi Dave membenturkan kepalanya pada dinding dan berharap sakitnya akan berhenti. Selama setengah jam lebih, akhirnya rasa sakitnya hilang dan Dave terduduk lemas di depan jendela kamarnya menatap sang langit yang bersinar terang dengan bintang-bintang yang menemaninya. Dave berkata pada langit dengan sendunya.
“ Aku Merindu”
Rindu,,,
Apa yang mampu kulakukan untuk bertemu
Jika jarak dan waktu tak mampu untuk menyatu
Kini,,,
Nabastalapun sendu, melihat deru anila yang memburu
Rindu,,,
Jarak itu menghalangiku untuk bertemu
Tembok itu mencegahku untuk saling menatap
Dan atma membelengguku akan akara dirinya
Aku rindu semua tentangnya.
***
Beberapa tahun berlalu, hubungan Qila dan Dave berjalan baik-baik saja meski sedikit ada konflik karena hampir satu tahun Dave hilang tanpa sedikitpun kabar. Qila berpikir bahwa Dave sudah menemukan wanita baru dan melupakannya, namun disaat Qila benar-benar prustasi akan kerinduannya pada Dave yang semakin membeludak, tiba-tiba handphone Qila berbunyi dan menandakan ada notifikasi WA. Dengan cepat Qila membukannya dan isinya :
“Aku akan pulang minggu depan dan aku akan langsung melamarmu, dengan izin dariNya dan ridho orang tua kita.”
“Aku akan menjelaskan semuanya padamu nanti, maafkan aku karena tak menghubungimu, bukan aku ingin menyiksamu dengan rindu, namun ada beberapa hal yang perlu aku selesaikan disini dan kamu harus tau atmaku terus memanggilmu dan aku sangat merindukanmu, jangan cemberut dan hapus air matamu, kamu jelek kalau nangis kayak gitu. Eitts jangan bilang kalau kamu gak nangis, aku tau kok kamu nangis namun saat kamu baca ini kamu tersenyum tapi air matamu tak juga berhenti kan? Karena aku tau saat ini rasamu campur aduk ya kan? gak usah ngelak aku tau kok. Nah gitu senyum kalau gitu kan keliatan cantiknya. Eeh pipimu merah tuh kayak kepiting rebus haha. Tunggu aku pulang sayang. Jaga dirimu baik-baik ya.”
DAVE.
Setelah mendengar perkataan dokter kemarin bahwa Dave di prediksi sembuh meski belum total, Dave langsung mengatakan berita bahagia itu pada orangtuanya dan orangtuanyapun sangat bahagia mendengar berita itu. Dave meminta pada orangtuanya untuk pulang minggu depan dan berniat untuk melamar Qila sang pujaan hatinya.
Waktu berlalu begitu cepat, akhirnya besok Dave pulang dan Dave sangat bahagia hari ini, Dave menyiapkan semua hal yang dia butuhkan untuk melamar Qila, semua telah selesai. Namun Dave kelelahan sehingga tiba-tiba kepala Dave terasa nyeri kembali. Setelah satu minggu ini tidak pernah kambuh sakit kepalanya kembali kambuh, Dave berlari menuju laci dan mengacak-ngacaknya semoga saja ada obat penahan rasa sakit yang masih tersisa, namun semua nihil tak ada satupun obat yang tersisa. Dave menarik-narik rambutnya karena kepalanya begitu sakit bahkan sakitnya melebihi yang biasa dia rasakan, Dave membenturkan kepalanya terus menerus pada tembok yang berada di kamarnya, darah Dave bercucuran membasahi lantai namun tak sedikitpun rasa sakit itu hilang malah semakin mejadi, Dave mengerang kesakitan dan berteriak dengan sangat kencang sebelum akhirnya suara Dave menghilang bersama dengan kesadarannya.
***
Qila sudah siap dengan gaun putih panjang tanpa lengan, riasan make up natural menambah kecantikan dirinya. Qila beberapa kali menatap pantulan dirinya di cermin dan tersenyum. Qila begitu bahagia hari ini menanti kehadiran Dave. Semua persiapan telah selesai, Qila dari semalam menanti kabar dari Dave namun tak ada, Qila hanya berpikiran positif bahwa Dave akan memberinya kejutan dan tak mau dirinya tau.
15:00 WIB
Dave tak kunjung datang, Qila mulai cemas karena tak ada satupun notifikasi dari Dave, hingga lima menit kemudian ada sebuah notifikasi dari nomor tidak di kenal.
“Aku tunggu kamu di dekat pantai.”
Qila tersenyum dan segera berangkat ke pantai, tanpa berpikir panjang dan tanpa menanyakan siapa yang mengirim pesan. Sesampainya di pantai tak ada siapapun disana hanya ada seorang wanita berambut pirang sedang berdiri membelakangi dirinya. Qila diam dan tetap menunggu Dave, hingga wanita berambut pirang itu berbalik dan melihat Qila yang sedang berbaring menikmati semilir angin yang sejuk, wanita berambut pirang itu menghampiri Qila yang sedang memejamkan matanya, wanita itu duduk tepat di samping Qila dan ikut berbaring disebelahnya. Tanpa bersuara wanita itu ikut terhanyut dengan suasana pantai yang sejuk. Tanpa dia sadari air matanya jatuh di atas pasir, semuanya begitu menyesakkan. Qila membuka matanya dan baru sadar bahwa wanita yang dia lihat tadi sudah berada di sampingnya, Qila dengan keberaniannya mencoba mengeluarkan suara dan bertanya
“Maaf anda siapa ya?” wanita berambut pirang itu hanya terdiam dan hanyut dengan lamunannya. Setelah beberapa saat akhirnya wanita itu membuka matanya dan duduk menatap langit.
“Kakak tidak kenal sama saya?” tanya wanita berambut pirang itu.
“Tidak, memangnya kamu siapa?” tanya Qila balik.
“Kakak benar-benar tidak kenal atau lupa?” Wanita itu berkata sambil tersenyum.
“Saya benar-benar tidak mengenal kamu, memangnya kamu kenal saya?”
“Oh my God, saya Salsa kak sepupunya bang Dave.”
“Sepupu Dave, setahuku Dave tidak mempunyai sepupu wanita yang rambutnya pirang kayak kamu deh,” sahut Qila dengan raut wajah yang berkerut karena mengingat-ngingat sepupu Dave yang satu ini. Salsa tertawa melihat kebingungan Qila.
“Yaudah tidak apa-apa jika kakak tidak ingat sama Salsa, asal jangan tidak ingat sama kak Dave aja.” cengir Salsa
“Ya gak mungkinlah aku lupa sama Dave.”
Salsa mengatur degup jantungnya dan berusaha untuk membicarakan dengan baik-baik masalah abang sepupunya itu. Salsa terus menerus menarik napas dan menghembuskannya. Karena tingkahnya yang terus seperti itu Qila menjadi bingung dan aneh mengapa adik sepupunya Dave begitu tegang, Qila mencoba bertanya namun ia urungkan dan mulai sibuk dengan suasana pantai yang memberikan pemandangan yang indah dengan senja yang memesona akan rona jingga yang dimilikinya. Setelah hampir 10 menit terjadi keheningan diantara keduanya akhirnya Salsa mengeluarkan suara.
“Kak, sebenarnya yang mengirim pesan kepada kakak untuk bertemu disini adalah aku bukan bang Dave, aku baru saja pulang dari Ausie dan langsung menemui kakak karena ada hal yang perlu aku sampaikan kepada kakak.”
“Aku kira yang mengirim pesan itu Dave, mana Dave? Bukankah sekarang dia pulang?” heran Qila
“Bang Dave ada kok kak, tapi sebelumnya bang Dave minta maaf karena tidak bisa ke rumah kakak terlebih dahulu.” jelas Salsa
“Kenapa? Dave jadi pulangkan? Bukankah hari ini akan jadi hari bahagiaku dan dirinya mengapa dia tidak menemuiku langsung ataukah dia akan memberikanku kejutan?”
“Sebelumnya ada hal yang ingin aku sampaikan pada kakak ini pesan dari bang Dave agar Salsa menemui kakak, dan bang Dave bilang bahwa abang ingin bertemu kakak tapi tidak disini ataupun di rumah kakak.”
“Mengapa tidak di rumahku bukankah Dave akan melamarku?”
Salsa hanya terdiam tak mampu menjawab pertanyaan Qila, dari mulai pembicaraan Salsa sudah tidak sanggup menahan air matanya namun Salsa takut jika air matanya jatuh akan membuat Qila khawatir dan bertanya-tanya. Salsa mencoba tenang dan kembali menatap Qila.
“Kak, jika kakak ingin menemui Bang Dave maukah kakak ikut Salsa ke Ausie?” tanya Salsa ragu-ragu
“Mengapa harus Ausie? Apakah Dave tidak jadi pulang ?”
“Aku akan menjelaskannya nanti,” sahut Salsa
Qilapun mencoba berpikir “apakah ia Salsa sepupunya Dave sedangkan dia tidak kenal dengan Salsa bagaimana jika Salsa penculik”. Qila meminta bukti foto yang mengatakan bahwa Salsa benar-benar sepupunya Dave dan Salsa memberikannya. Sebuah foto keluarga besar yang sangat harmonis yang di dalamnya ada Salsa dan Dave dengan pose Dave mengacak rambut Salsa dan Salsa memasang muka cemberut. Qila percaya dan akhirnya memutuskan untuk pergi bersama dengan Salsa namun sebelumnya Qila meminta izin kepada kedua orangtuanya apakah boleh ia pergi ke Ausie untuk menemui Dave atau tidak. Salsa mengantar Qila pulang terlebih dahulu.
Sesampainya di rumah Qila
“Kak, aku pulang dulu jika kakak mau ikut aku kita berangkat besok pukul 10:00 wib.”
“Kamu tidak mau mampir dulu, besok aku kabari ya.”
Salsa bergegas pulang dan Qila memasuki rumahnya, ketika sampai di rumah mamah Qila bertanya,
“Kamu dari mana sayang, kok jam segini baru pulang?” Tanpa menjawab pertanyaan mamahnya, Qila berkata,
“Mah, Qila boleh tidak jika menyusul Dave ke Ausie?” tanya Qila ragu sambil menundukan pandangannya.
“Mengapa harus ke Ausie sayang, bukankah hari ini Dave akan pulang untuk melamarmu?” Heran mamah Qila.
“Qila juga sebenarnya tidak tau, tapi kata adik sepupu Dave, bahwa Dave tidak bisa pulang hari ini dan adik sepupu Dave bilang jika Qila ingin menemui Dave, Qila harus ikut dia kesana.” jelas Qila.
“Adik sepupu Dave siapa?”
“Salsa Mah.”
“Oh Salsa yang sekolah di Ausie itu, mana dia? mengapa tidak kamu ajak mampir?”
“Mamah kenal?”
“Tentu saja, kan dia sering main kesini dulu, memangnya kamu tidak ingat?”
“Qila tidak ingat Mah, jadi gimana Qila boleh berangkat kesana? Qila sangat ingin bertemu Dave mah, boleh ya?” Bujuk Qila dengan memasang wajah memelas.
“Dave nanti juga pulang sayang jadi kamu tunggu aja disini.”
“Tapi mah, Qila sudah tidak sabar, Qila bolehkan pergi kesana? kalau papah sama mamah mau ikut juga tidak apa-apa, yang penting Qila bisa ke Ausie nemenuin Dave.”
Mamah Qila berpikir keras hingga akhirnya mengizinkan Qila untuk pergi. Dengan syarat Qila harus bisa jaga diri dan jangan lost contek. Qila begitu senang, akhirnya setelah beberapa tahun tidak bertemu, besok Qila bisa bertemu dengan Dave. Qila menyiapkan semua keperluannya dan mengabari Salsa bahwa mamahnya mengizinkannya untuk pergi. Semalaman Qila tidak tidur saking bahagianya.
At AusieSetelah sampai di bandara, Salsa menghubungi tantenya dan memberitahukan bahwa Salsa dan Qila sudah sampai di Ausie.“Tante, aku sudah sampai di Bandara.”“Kamu langsung ke Apartemen aja Sal, ajak Qila kesana kasian dia kecapean. Tante dan Om belum bisa pulang karena keadaan abangmu kritis.”“Iya tante, tapi setelah mengantar kak Qila ke Apart aku ingin melihat abang ke rumah sakit ya.”“Jangan Sal, kamu harus menemani Qila dan biarkanlah Qila istirahat jangan sampai dia tahu dulu bahwa Dave ada di Rumah sakit.”“Iya tan.”Wajah Salsa murung, Qila heran mengapa wajah adik sepupu Dave terlihat sangat sedih. Ada apa ? batin Qila terus meronta untuk bertanya namun dirinya tidak berani hingga akhirnya suara Salsa membuyarkan lamunan Qila.“Kak, kita ke Apart dulu ya untuk istirahat.”Qila hanya mengangguk dan menarik kopernya ke bagasi taksi, se
“Kepergian menimbulkan kehilangan dan kehilangan membawa kerinduan. Namun, rindu pada seseorang yang suda tidak ada adalah hal yang paling menyakitkan.”Semenjak kejadian itu Qila menjadi gadis yang benar-benar pemurung, Qila menjadi gadis yang dingin dan tidak pernah tersenyum, kepergian Dave seakan membawa separuh jiwa Qila. Tidak ada lagi Qila yang cerewet, periang dan murah senyum seperti dulu. Semua hilang, pergi bersama dengan kepergian Dave. Sudah satu tahun kepergian Dave, namun Qila masih merasa bahwa Dave hanya pergi ke Ausie, dan akan kembali ketika penyakitnya sudah sembuh. Qila selalu menyakinkan dirinya bahwa Dave akan pulang. Qila tidak pernah menerima siapapun yang datang karena Qila selalu berpikir bahwa dia harus menjaga hatinya untuk Dave yang sedang berjuang untuk melawan penyakitnya. Orang tua Qila sangat sedih melihat keadaan Qila yang sudah 1 tahun ini tidak pernah berubah, selalu menunggu Dave dan menantikan kehadiran Dave. Orangtu
“Memang susah untuk memulai semuanya dari awal lagi, namun tidak akan ada usaha yang mengkhianati hasil. Kau boleh terpuruk namun jangan lupa untuk bangkit.” Qila memulai kembali semuanya dari awal, Qila tidak mau melihat orang-orang yang disayanginya tersakiti karena kesedihan dirinya. Qila melanjutkan pendidikannya di Universitas UIN BANDUNG. Qila mengambil jurusan psikologi. Qila berharap dengan jurusan yang di ambilnya, Qila mampu lebih mengenali semua yang terjadi pada dirinya. Qila juga ingin lebih memahami orang lain, oleh karena itulah Qila mengambil jurusan psikologi. Seminggu kemudian, Qila sudah mulai bisa bersosialisasi dengan lingkungan barunya. Qila mulai bisa sedikit demi sedikit melupakan kesedihannya. “Aqila, nanti malem ada pesta topeng, lo ikut kan?” “Kayaknya nggak deh, gue juga nggak terlalu suka sama keramaian.” “Lo ikut ya, mungkin aja dengan ikutan itu lo bisa melupakan kesedihan lo dan
“Tatapanmu membuatku terpaku dan garis lurus wajahmu mengingatkanku akan dia yang telah tiada” “Elo....” “Elo...” “Ngapain lo disini?” tanya Qila yang kaget melihat orang yang ada di hadapannya. “Harusnya gue yang nanya, lo ngapain disini?” “Kok lo malah balik nanya sih.” “Emang harusnya pertanyaannya gitu, lo ngapain disini? Kalau gue, iya karena ini memang acara angkatan gue.” Seru Devan dengan senyum sinis. Aqila bingung harus menjawab apa, karna memang iya Qila harusnya tidak datang ke pesta ini. Pesta yang tisak diperuntukan untuknya ataupun angkatannya. Qila bingung dan terus mencari alasan yang pas. “Kenapa lo, kok malah diem, nggak bisa jawab kan.” “Apa sih lo, nyebelin tau.” “Kok nyebelin, kenapa?” “Lo tuh tadi ajak-ajak gue dansa, padahal ya kalau gue tau yang ada di balik topeng itu lo. Nggak bakal mau tuh gue dansa sama lo.” “Emang kenapa sih lo itu sinis banget sama
“Langit mendung ketika sang mentari terhalang oleh kabut juga awan yang menggumpal.”Devan menggerak-gerakan tubuh Qila, dan menepuk-nepuk lembut pipi Qila. Devan seamkin bingung harus bagaimana. Devan merasakan tangan Qila dingin dan wajah Qila juga dingin. Devan melepaskan jaket yang dikenakannya dan memakaikannya pada Qila yang kini tidak sadarkan diri.Waktu sudah sangat malam, suasana di jalan buah batu semakin sepi dan udara kian dingin. Angin berhembus dengan lembut mencoba memeluk tubuh Devan dalam dinginnya udara malam. Devan sudah berulangkali mencoba menelepon taksi, namun sudah 30 menit dia menunggu, taksi tak kunjung datang.Melihat wajah Qila yang masih tidak sadarkan diri di atas kursi, membuatnya semakin khawatir akan keadaan Qila. Wajahnya yang pucat dan bibirnya membiru. Tangan dan wajah Qila semakin dingin karena angin yang terus menerus berembus.Dengan berat hati, Devan memutuskan untuk meng
“Setelah sekian lama mencari tanpa titik temu, akhirnya titik terang itu datang.”“Kak, punggung kakak sakit ya karena gendong Qila.”“Sedikit, tapi nggak papa kok.” Devan tersenyum dan berlaga seolah punggungnya tidak sakit.Qila mendekati Devan dan berjalan kebelakang tubuh Devan, Qila menempelkan tangannya ke pundak Devan dan memijitnya pelan.“Lo ngapain, nggak usah. Kondisi lo juga lagi nggak baik-baik aja.”“Gue nggak papa.”Devan tersenyum dan merasakan sentuhan demi sentuhan tangan Qila yang memijat pundaknya dengan lembut. Waktu sudah sangat malam namun Devan dan Qila belum ada niat untuk beranjak. Melihat keindahan langit yang begitu cerah malam ini membuat mereka betah untuk berlama-lama.Reihan terus mencari Qila namun sudah hampir 30 menit, Reihan tidak menemukan Qila. Reihan bingung harus mencari Qila kemana, Reihan juga khawatir aka
“Kata sederhana namun memiliki banyak makna.”“Kak...”Devan menenggok dan melihat siapa yang memanggilnya. Dalam hati Devan sudah senang karena yang memanggilnya pasti Qila.“Cie, yang baper. Lo kira Qila ya?” Reihan tertawa terbahak-bahak karena melihat wajah Devan yang sumringah namun berubah menjadi kesal.Devan tidak menghiraukan ejekan Reihan dan kembali melanjutkan langkahnya. Namun, lagi-lagi ada yang memanggilnya.“Kak Devan..”Devan terus melangkah tanpa menghiraukan yang memanggilnya. Devan yakin pikiran Devan sekarang sedang tidak fokus karena mengira suara Reihan sebagai suara Qila.“Kak Devan.” Teriak suara itu sekali lagi dan lebih kencang.Devan yang kesal memutar tubuhnya dan menghadap yang memanggilnya.“Apa sih Han?” teriak Devan marah.Qila yang sudah berdiri di hadapan Devan dengan secangkir cokelat panas, kaget d
“Mentari sudah bangun dari tidurnya, burung sudah bernyanyi dengan riangnya dan angin juga sudah berlomba dengan hembusan lembutnya, lalu mengapa bidadariku masih terdiam dan menutup diri dari dunia yang mulai ramai.”“Devan Triyansyah”Devan yang akan memetik senar gitar, menghentikan aksinya ketika melihat Reihan yang mulai berjalan mendekat kearahnya. Sebelum Reihan benar-benar mengganggu aksinya. Devan berkata,“Lo di luar aja oke, biar gue yang bangunin Qila.”“Lo nggak bisa bangunin Qila dengan suara gitar itu Devan Triyansyah, yang ada Qila bukan bangun tapi malam makin nyenyak.’“Udahlah Han, lo percaya sama gue.”Reihan yang sebal dengan tingkah Devan, membalikan tubuhnya dan keluar dari kamar Qila.Devan yang melihat Reihan sudah keluar, langsung melakukan aksinya. Devan memetik senar demi senar gitar yang kini ada di pangkuannya. Devan mengalunkan
Mentari menyapa bumi dengan cahaya indahnya, langit berbisik pada awan dengan biru warnanya. Burung-burung bernyanyi bak musik yang tenang menyambut macam-macam orang yang kini memiliki berbagai kesibukan.Devan sudah sejak pagi tadi menghidupkan motornya dan menyiapkan dirinya untuk kembali mencari Qila. Devan berjalan dan menghampiri Reihan yang kini sedang menyiapkan barang-barangnya.“berangkat sekarang? Kita mau kemana?”“gue juga nggak tahu mau kemana Van, yang penting hari ini gue harus bisa nemuin Qila”“oke kita cari dia ke kampusnya dulu, mungkin aja bener kan dia nginep di rumah temennya”“lo ini gimana sih Van, bukannya lo bilang Madya ngasih info sama lo kalau Qila di culik” Devan menepuk jidatnya dan baru ingat bahwa semalam Madya mengabarinya tentang penculikan Qila.Sudah dari pagi sekali Meli bangun dan menyiapkan sarapan untuk mereka, Meli menyiapkan nasi goreng spesial untuk Qila sebagai permintaan maafnya.“kak”, Qila datang dan menyapa Meli yang kini sedang sibuk
Setelah Meli memikirkan semuanya, Meli akhirnya memutuskan untuk kembali ke gudang kosong itu di temani dengan Madya dan Cinta.“Lo yakin malem ini kita kesana?” ragu Madya“Iya Mel ini udah malem, mana lokasinya lumayan jauh lagi”“Iya guys, gue nggak mungkin biarin dia sendiri disana ditambah dia juga tidak memiliki salah apapun, gue ngerasa bersalah banget karena udah lakuin itu”“kalau lo kekeh dengan pendirian lo, kita akan nemenin lo kesana.”Meli, Madya dan Cinta akhirnya pergi dengan mobil yang dibawa Meli tadi pagi dari rumahnya. Sebenarnya Meli orang yang berada dan rumahnya tidak terlalu jauh dari tempat kerjanya, namun karena ingin hidup mandiri dan hidup bersama sahabat-sahabatnya, Meli memutuskan untuk ngekos bareng dengan Madya dan Cinta.Meli memasuki mobil dan di ikuti oleh kedua sahabatnya, Meli melajukan mobilnya sedikit kencang hingga membuat kedua sahabatnya berteriak histeris.“Biasa aja kali lo bawa mobilnya, lo nggak akan bawa kita mati bareng kan Mel” u
Meli sampai di kos an nya cukup malam sehingga menbuat kedua sahabatnya khawatir.“Mel, gue minta lo nggak usah kayak gini” ucap Madya yang membukakan pintu untuk Meli“Gue emang ngedukung lo buat deketin Devan dan dapetin Devan Mel tapi nggak gini juga caranya, lo bisa nyakitin orang lain.”“Terus gue harus gimana agar Devan mau nerima gue?”“Lo belum pernah ungkapin perasaan lo sama dia Mel, gimana dia akan tahu kalau lo suka sama dia?”“Tapi dya, Devan udah jadian sama cewek itu dan gue nggak bisa terima hal itu.”“Tapi...” cinta mencoba untuk kembali berbicara namun di potong dengan perkataan Meli“Udah, gue cape, gue mau tidur.”Meli meninggalkan kedua sahabatnya dan berjalan ke kamar untuk bersih-bersih dan istirahat.Setelah selesai bersih-bersih, Meli membaringkan tubuhnya di kasur kecil yang tersedia di kamar kos itu. Meli menatap langit-langit dan berpikir “apa gue salah?” Meli mengacak rambutnya dan berteriak prustasi. Meli adalah gadis baik yang terbutakan oleh rasa cintan
Devan dan Reihan terus mencari keberadaan Qila. Hingga akhirnya ponsel mereka berdua bergetar menandakan ada notifikasi. Reihan dan Devan membuka ponsel mereka masing-masing dan melihat pesan yang ternyata dari Qila.Devan dan Reihan yang mendapat pesan itu langsung lega ketika tahu bahwa Qila ternyata ada di rumah temannya. Namun, sepersekian detik kemudian mereka saling tatap “Siapa teman Aqila?” Devan yang mendapat pertanyaan itu dari Reihan menggeleng karena memang tidak tahu siapa teman Aqila yang bisa membuat Aqila berani untuk menginap di rumahnya. Reihan sangat tahu bahwa Aqila tidak akan menginap di rumah orang lain meskipun ada kerja kelompok yang di kerjakan sampai malam. Qila akan berusaha pulang dan menyuruhnya untuk menjemput.Devan yang memang belum terlalu lama mengenal Qila, namun Devan tahu bahwa Qila sungkan sekali berada di rumah orang lain apalagi orang itu belum terlalu dekat dengan Qila, dan yang Devan ketahui, Qila tidak memiliki teman dekat di kampusnya selain
Setelah mereka selesai sarapan, mereka langsung bergegas untuk ke kampus. Devan mengantarkan Qila ke kampus dengan menggunakan taksi yang tadi di sewanya.Sesampainya di kampus, Devan pamit pada Qila dan berpesan untuk menghubunginya jika akan pulang.Setelah Devan hilang dengan mobilnya yang di telan tikungan, Qila berjalan gontai memasuki kampus. Qila sudah menyiapkan semua pembelajaraan untuk hari ini.1 jam berlaluQila sudah selesai belajar dan berniat untuk pulang. Qila mengabari Devan dan memberitahukan Devan bahwa dia akan mampir ke toko buku biasanya. Qila menunggu balasan pesan dari Devan namun tidak ada.Qila mencoba menelpon Devan dan ternyata ponsel Devan tidak aktif, tanpa menunggu lama, Qila langsung ke halte bus dan menunggu bus yang akan di tumpanginya. Saat bus datang, Qila langsung naik dan memasangkan earphone ke telinganya.Qila duduk dan menyandarkan badannya pada badan kursi. Qila menatap pepohonan yang bergerak karena mengikuti gerakan bus yang di tumpanginya.
1 minggu berlalu hubungan Qila dan Devan semakin harmonis. Perlakuan-perlakuan kecil yang Devan berikan kepada Qila membuat Qila sangat bahagia. Qila merasakan seperti ratu jika sedang bersama dengan Devan.Memang benar adanya “Seorang wanita akan dijadikan ratu oleh laki-laki yang tepat”Pagi ini Qila sudah siap untuk pergi ke kampus dengan di antar Devan. Qila menunggu Devan dengan bekal yang sudah disiapkannya untuk mereka sarapan bersama. Qila menunggu di depan rumah sambil memainkan ponselnya.“Lama banget kemana sih tuh anak, tumben telat”, gerutu Qila Setelah hampir 30 menit Qila menunggu Devan di depan akhirnya ponsel Qila berdering dan Devan mengabarinya bahwa dia tidak bisa mengantarkan Qila ke kampus karena ban motor Devan bocor dan kemungkinan akan lama untuk memperbaikinya. Devan berkata bahwa dia sudah menyiapkan taksi untuk menggantikannya.Jahilnya aku· Aku gak bisa nganterin kamu ban motor aku bocor, kamu naik taksi aja ya.· Bentar lagi taksinya nyampe ke depan ruma
1 jam di perjalanan akhirnya Devan dan Qila sampai di rumah Qila. Reihan yang khawatir pada adik semata wayangnya menunggu Qila di luar sambil memainkan gitar.“Maaf kemaleman bro, tadi macet”, Ucap Devan pada Reihan“Qila masuk ya bang.”Qila masuk ke dalam rumah dan meninggalkan Reihan juga Devan di depan rumah.“it’s okay, selama lo bisa menjaga dia dan bahagiain dia gue nggak akan marah apalagi bunuh lo.” Ucap Reihan tanpa melihan DevanDevan yang mendengar ucapan Reihan kaget.“Emang lo berani bunuh gue?”“Beranilah masa nggak”, Ucap Reihan yang langsung menyimpan gitarnya dan menghadap ke arah DevanDevan dengan sigap menerima tatapan Reihan yang kini seakan mengintimidasinya. Reihan menyingkirkan kursi yang di dudukinya dengan kakinya sehingga menimbulkan suara “BRAK” Qila yang baru saja sampai ke kamarnya dan membaringkan tubuhnya kaget mendengar suara itu.“Ada apa ya, kok seperti ada ribut-ribut gitu.”Qila memastikan suara ribut itu dan mengeceknya keluar. Qila melihat tida
Waktu sudah mulai sore dan awan mulai terlihat mendung. Gumpalan hitam mulai terlihat menggulung di langit, kilatan-kilatan cahaya menambah keanggunan langit yang terlihat akan turun hujan. Suara petir mulai menggelegar menembus cakrawala.Qila mengeratkan pelukannya pada Devan. Qila takut dengan suara petir yang menggelegar apalagi kini dia sedang berada di luar tepatnya di tengah perjalanan menuju lembang. Jalanan menuju lembang macet karena biasanya memang banyak sekali wisatawan yang mengunjunginya. Apalagi kini ada tempata wisata yang baru yaitu ASIA AFRIKA bukan KAA tapi ASIA AFRIKA yang mana di dalamnya terdapat banyak monumen mengenai negara lain. Dimana di tempat itu kita bisa menikmati suasana 7 negara tanpa harus mendatangi negaranya langsung.Qila sempat membacanya di internet saat Devan memutuskan untuk mengajaknya ke daerah Lembang. Dulu semasa Qila masih di Jakarta, Qila selalu berharap bisa tinggal di Bandung dan berjalan-jalan mengelilingi kota Ban
Qila dan Devan menghabiskan waktu beberapa jam di Gramedia, mereka membaca-baca buku dan juga membeli beberapa buku. Karena waktu yang sudah siang, Devan mengajak Qila untuk melanjutkan perjalanan. Masih banyak tempat yang ingin Devan tunjukan pada Qila. Devan yang merupakan orang Bandung asli begitu mengetahui tempat-tempat wisata di daerah Bandung. Bandung adalah kota yang terkenal sebagai paris Van java, kota yang menyimpan banyak kenangan dan juga kota dengan seribu keindahan. Banyak wisatawan yang berburu untuk mengunjunginya. Suasana alam yang masih asri dan juga sejuknya udara yang masih murni membuat banyaknya wisata yang menginginkan tinggal di daerah Bandung. Namun kini sudah banyak sekali bangunan menjulang tinggi yang memenuhi kota Bandung sehingga membuat banyak sekali polusi yang tercipta tapi mau bagaimanapun Bandung tetaplah kota sejuta keindahan. Jika kalian tidak percaya datanglah kesini agar kalian bisa menikmati bagaimana indahnya kotaku. Hhe