Home / Romansa / Everything Happens For A Reason / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Everything Happens For A Reason: Chapter 21 - Chapter 30

60 Chapters

21. Ramen

  Tinggal lima belas menit tersisa sebelum jam pergantian shift. Aku dan Andrew sudah selesai membersihkan meja dan menyediakan stok untuk shift kedua. Pak Daniel keluar dari ruangannya yang terletak di belakang lemari loker, sambil membawa secarik kertas kecil.     "Oke, tiga menit lagi semua berkumpul di depan loker. Kita akan segera memulai briefing!" ujarnya kepada bergiliran dari area dapur hingga ke area depan.     Kami pun langsung bergegas berkumpul di lorong loker yang bisa dibilang sedikit luas itu. Kebetulan suasana cafe sedang sepi, jadi waktu ini dimanfaatkan oleh pak Daniel untuk mengadakan briefing. Aku menatap Abby dari kejauhan, sepertinya aku harus memberitahunya dulu.     Sambil mengendap-endap aku berjalan ke arah Abby yang sedang mencari sesuatu dari dalam tas, berniat untuk mengagetkannya.     "Dorrr!" seruku tiba-
Read more

22. Stuck With You

  Kepala kami hampir berbenturan sesaat setelah secara bersamaan mencoba meraih ponsel yang jatuh tersebut. Karena sadar telah melakukan hal yang sama, kami pun menoleh, saling bertatapan. Wajah kami terlalu dekat sampai hidung kami bersentuhan. Terjadi keheningan selama beberapa saat. Keheningan yang terasa canggung sekaligus mendebarkan dada. Aku yang sudah menggenggam ponsel tersebut pun mencoba mencairkan suasana dengan langsung menyerahkannya kepada Abby.     Sambil merapikan rambutnya yang basah, Abby meraih ponselnya dari tanganku. Kebisuan masih menyelimuti kami berdua. Hanya terdengar suara gemuruh hujan yang terus menghantam atap mobil serta alunan melodi dari channel radio yang saat ini baru saja berganti lagu. Lagu yang sudah sering ku dengarkan karena akhir-akhir ini memang sering dimainkan di radio.     Samar-samar terdengar dari jok depan, sang sopir sedang bersenandung dengan penuh pengh
Read more

23. Janice's Break Up

  Kenapa bisa ada yang bilang 'Jatuh cinta dengan orang yang salah'? Menurutku bukan orangnya yang salah tapi keputusan untuk jatuh cinta dengan orang yang bersangkutanlah yang salah. Itu sebuah sindiran agar lebih selektif lagi untuk jatuh cinta dengan seseorang. Kurasa itu adalah pertanyaan bodoh yang terus menerus berputar di kepalaku sejak malam. Semacam sebuah masalah yang kuciptakan sendiri dan aku pulalah yang memecahkan masalah tersebut.   Aku baru bisa tidur kira-kira tiga jam sebelum alarm berbunyi. Mataku masih terasa berat walaupun sudah mandi. Aku bisa saja bolos kerja hari ini, tapi itu sudah di luar 'jatah' bolos yang hanya kusediakan sebulan sekali. Secangkir kopi pun memang tak bisa mendongkrak mataku.   Aku harus segera berangkat kerja!   *****   Sepuluh menit sebelum jam istirahat makan siang, tiba-tiba saja Andrew menyerangku dengan pertanyaan yang kudapati sangat sul
Read more

24. Mobil Mewah

 Setelah selesai dengan jam istirahat yang ku rasa sangat singkat itu, aku dan Janice pun kembali ke café untuk bergantian dengan karyawan yang lain. Saat tiba di ruangan loker, terlihat sosok Andrew sedang duduk sambil mengamati layar ponselnya dengan sangat serius. Andrew tidak biasa seperti ini. Biasanya dia selalu menyambutku dengan lemparan handuk basah ataupun pembungkus plastik yang dipungutnya dari tempat sampah. Karena merasa ada yang aneh, aku pun mencoba menggodanya dengan melemparkan kertas brosur bekas yang ku pungut dari samping lemari loker.  “Why so serious, bro!”  Andrew yang merasa terganggu dengan keusilanku membalas dengan tatapan tajam yang menurutku sedikit aneh. Bukan seperti seorang Andrew yang ku kenal. Janice balik menatap kami dengan pandangan skeptis.  “Kalian berdua aneh!” ujar Janice yang
Read more

25. Innocent

 Walaupun dia sedang membelakangiku dengan jarak sekitar sembilan meter, namun entah kenapa setiap gesturnya sangat mirip dengan seseorang.   Virgie? Katanya dia sedang sakit? Kenapa dia bisa ada disini?  Aku bergumam dalam hati.  Aku tidak berani menyapa wanita yang sangat mirip dengan sahabatku itu. Suaranya pun samar-samar terdengar sangat mirip. Dia sedang bergandengan dengan seorang lelaki berperawakan tinggi dan atletis. Namun aku tidak bisa melihat lebih jelas wajah lelaki itu, karena ia terlihat sibuk mengobrol dengan salah satu sales yang mungkin sedang menjelaskan soal rincian dari kendaraan yang ingin mereka beli.   Aku mencoba bergeser ke arah yang lain untuk memastikan benar tidaknya penglihatanku ini. Sekitar lima langkah aku berjalan ke arah kanan sambil mencoba mencari spot
Read more

26. Hazel Creek

  Hari sabtu pagi.  Rasanya aku masih malas beranjak dari tempat tidur. Gaya gravitasi di kasurku terasa cukup besar diatas rata-rata bila masih di bawah jam tujuh pagi. Padahal aku harus sudah mengemasi barang-barang untuk dibawa ke acara di Glamping Towns.  Dengan mata yang masih terasa berat, aku beranjak dari tempat tidur dan turun perlahan melewati tangga kecil yang ada di bawahnya. Biasanya kalau aku bangun dengan bersemangat, aku bisa langsung melompat dari anak tangga ke dua.  Ku raih tas ransel besar dari dalam lemari penyimpanan kemudian kuletakan di lantai. Aku mengambil beberapa pasang baju lantas meletakannya dengan rapi di dalam ransel tersebut. Aku juga butuh sweater dan jaket yang tebal, karena aku tidak mau mati kedinginan di sana. Cuaca di bulan ini sudah mulai terasa agak dingin dari biasanya.  Saat sedan
Read more

27. I Miss You Too

Setelah satu jam lebih perjalanan, akhirnya kami telah melewati Verdant Road. Itu tandanya sedikit lagi kami akan segera tiba di Hazel Creek. Aku sengaja menyetel ponselku dengan modus silent, agar aku bisa tenang mendengarkan musik.   Saat ingin mengganti playlist lagu. Aku melihat ada tanda satu pesan masuk. Aku hanya mengintip dari notifikasi panel agar pesannya tidak langsung terlihat telah dibaca. Ternyata itu pesan dari Virgie. Saking penasarannya, aku pun langsung saja membuka pesan tersebut.   Virgie: "Syd, aku sudah sembuh. Tapi, aku masih di rumah orang tuaku. Mereka belum mengijinkan aku kembali ke apartemen. Yang kemarin kau lihat di mall itu sepupuku. Aku kangen, aku ingin bertemu."   Ini diluar perkiraanku. Aku sempat berpikir bahwa Virgie tidak akan mengakui bahwa yang kulihat kemarin itu adalah dirinya. Tapi, yang menjadi pertan
Read more

28. New Faces

 Setelah selesai bersiap-siap, aku dan Andrew pun langsung menuju ke tanah lapang di samping sungai yang jaraknya sekitar tiga puluh meter dari tenda kami. Di sana sudah ada beberapa orang yang sedang duduk mengitari api unggun. Cuaca saat itu sangat dingin, Andrew terlihat menggigil walaupun sudah memakai dua lapis jaket tebal.  "Janice mana, ya? Apa dia belum selesai?" ujar Andrew yang terlihat sedikit cemas karena Janice belum juga tiba.  "Jangan terlalu mengkhawatirkan calon istrimu itu, dia sudah dewasa! Paling-paling dia sedang berdandan."  "Tanpa berdandan pun dia sudah sangat sempurna di mataku, Syd. Entah sampai kapan harus ku pendam perasaan ini."  "Dasar payah! Sekarang dia single, apalagi yang kau tunggu?" desakku.  "Nyaliku masih segini, Syd …," ujarnya dengan menunjukkan ujung kukun
Read more

29. Teman Dan Bunga

"Andrew, apa kau sudah gila? Kita sudah berteman sejak kecil! Bagaimana bisa kau menyukai sahabatmu sendiri? Kau tahu? Semua yang kau omongkan ini tidak lebih dari sekedar omong kosong! Kau punya Olivia dan sekarang kau menyatakan rasa cinta kepadaku!" pekik Janice yang terlihat begitu emosional.  Ditengah perdebatan, Andrew lantas tertawa terbahak-bahak seusai mendengar perkataan Janice. Katanya, " Olivia? Hahaha! Sydney, Olivia katanya! Hahaha!"  "Dasar keterlaluan kau! Jangan pernah dekati aku lagi!" geram Janice yang kemudian langsung masuk ke dalam tenda dan menutup tirai.  Aku dan Andrew hanya saling menatap heran tanpa berkata, lantas kemudian kami tertawa.  "Dasar keterlaluan kau. Kenapa tidak langsung kau jelaskan saja sih? Kau mau dia jadinya membencimu? Dasar bodoh!" ujarku sambil menepuk kepala Andrew.  
Read more

30. Puzzle

Senin: Chrysanthemum (bunga Krisan), kejujuran. Selasa: Carnation (Bunga Anyelir), aku tidak akan pernah melupakanmu. Rabu: White Lily (Lily Putih), simpatik, mulia, suci, murni, pengabdian, ketulusan. Kamis: Red Rose (Mawar Merah), kasih sayang. Jumat: Red Tulip (Tulip Merah), sebagai alat untuk mengungkapkan isi hati. Kecintaan yang mendalam serta kasih sayang yang sempurna. Sabtu: White Jasmine (Melati Putih), sweet love. Minggu: Baby Breath, cinta sejati yang tak pernah berakhir.  Ku baca berulang-ulang makna dari bunga-bunga tersebut. Sepertinya si mister X mencoba memberikan tanda disini, tapi apa? Sambil berpikir keras, kunyalakan sebatang rokok untuk kuhisap. Selain itu, aku mencoba membaca beberapa artikel di internet, siapa tahu ada sesuatu yang bisa melengkapi puzzle 'bunga-bungaan' si mister X itu. 
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status