Home / Pendekar / Putra Naga: Aliansi Mematikan / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Putra Naga: Aliansi Mematikan: Chapter 21 - Chapter 30

92 Chapters

Bab 7.2 | Melihat Memori

“Kebijaksanaan Tertinggi datang setelah ras naga dibantai habis-habisan oleh para manusia untuk diambil kekuatannya. Ras naga kemudian meminta agar mereka bisa diberikan tempat untuk tinggal, maka Kebijaksanaan Tertinggi memberikan anugerah berupa tubuh avatar. Setiap naga yang hidup di zaman itu mendapatkannya dan tubuh mereka seperti apa yang kita miliki sekarang. Namun, tidak setiap ras naga memiliki tubuh avatar. Mereka yang terkutuk, tidak pernah memiliki tubuh avatar,” terang Salamander.“Raja Azrael?” tanya Aryanaga. “Ya, dia satu-satunya naga yang tidak mendapatkan tubuh avatar. Dia akan tetap tinggal di bawah Menara Kebijaksanaan. Menara itu
Read more

Bab 7.3 | Melihat Memori

“Tak masalah kau mengajariku atau tidak, setidaknya tunjukkanlah jalan kepadaku agar aku bisa menemukan teknikku sendiri atau apapun itu. Sebagai gantinya, aku akan membantumu keluar dari tempat ini,” ucap Aryanaga. Raja Salamander mengernyit. “Keluar dari tempat ini?”“Ya, semuanya ada alasan. Kenapa kau ada di tempat ini dan juga aku. Aku mengerti semuanya. Penjara Tujuh Pintu adalah penjara untuk ras naga, tetapi bukan untuk manusia. Manusia punya keinginan kuat untuk bertaubat dan memperbaiki diri, tetapi tidak untuk ras naga. Mereka seperti yang kau bilang, makhluk yang buas, yang haus darah dan pertempuran. Tetapi, manusia tidak. Sedari lahir me
Read more

Bab 8.1 | Alter Ego

“Kau bisa saja mati menerima semua ingatan itu secara bersamaan,” ucap Raja Salamander. “Tapi aku hidup,” balas Aryanaga sambil terkekeh. “Kau melihat sesuatu sekarang?”“Banyak,” jawab Aryanaga. Tubuh Aryanaga serasa ringan sekarang setelah melihat api hitam tadi. Sekarang jiwa dan tubuhnya kembali sinkron. Bagian dari jiwanya yang hilang sekarang telah menyatu lagi. Setiap perasaan yang dan semua yang tidak dia mengerti
Read more

Bab 8.2 | Alter Ego

Aryanaga mengubah dirinya menjadi wujud manusia setengah naga. Sang Pangeran melompat gedung untuk menyerah ke arah Alter Ego. Aryanaga terkejut saat Si Alter Ego juga bisa mengubah wujudnya, kini keduanya sama-sama menyerang. Dua Aryanaga bertemu dan saling melepaskan pukulan masing-masing. Dua pukulan berbenturan menghasilkan ledakan yang dahsyat. Dalam sekejap seluruh kaca gedung hancur karena getarannya. Keduanya sekali lagi saling menyerang, tetapi masing-masing serangan saling berbenturan. Tidak ada yang saling menjatuhkan, kekuatan mereka seimbang. Aryanaga mendarat lagi di dinding gedung. Dia agak tidak biasa dengan gravitasi yang sangat aneh ini. Terasa lawan yang ada di hadapannya tidak biasa. “
Read more

Bab 8.3 | Alter Ego

“Untuk berperang, kita harus memikirkan banyak hal, terutama mereka yang tidak bisa berperang seperti wanita dan anak-anak, serta mereka yang sudah tua. Harap Paduka mempertimbangkan ini,” ucap salah satu menteri. Ruangan hening sejenak. Raja Belzagum mengusap-usap janggutnya. Dia menoleh ke arah Aprilia yang masih terdiam. Dia lalu memajukan badannya untuk berbisik kepada putrinya. “Kau punya sesuatu yang ingin dibicarakan?”Aprilia menoleh ke ayahnya sambil mengernyit. “Apa memangnya?”“Ayolah, kau ini calon ratu di masa depan kelak
Read more

Bab 9.1 | Pamit

Aprilia berdiri di depan cermin. Ia memakai baju ksatria. Di bahunya ada pelindung, di pundak sebelah kanan ada tempat jubah yang akan ia kenakan nanti di sepanjang perjalanan. Ia merapikan pelindung lengan, lalu dia ikat tali sepatu botnya. Terakhir ia mengikat rambutnya. Terlihat sekarang Aprilia yang sangat berbeda. Diusap-usapnya pundak yang dekat dengan tanda calon ratu di punggungnya. Ia tadi melihat tanda itu masih ada di sana. Artinya, Pangeran Aryanaga masih hidup. Entah kenapa ia merindukan pemuda itu sekarang. “Pangeran, kuharap kau baik-baik saja. Ya Tuhan, apa yang aku pikirkan. Kenapa aku jadi merindukannya sekarang ini? Ah, sudahlah,” gumam Aprilia. Ia buru-buru menepis bayangan Aryanaga dari benaknya. Nyaris saja berhasil, tetapi wajah Aryanaga kembali mengg
Read more

Bab 9.2 | Pamit

Pati Walaka tampak sedang berada di depan rumahnya. Ia mendapati Aprilia dengan baju ksatrianya menghampirinya. Mereka memang berencana untuk bertemu sebelum Aprilia berangkat. “Y-Yang Mulia Putri Aprilia!?” sapa Pati Walaka. Aprilia tersenyum. “Bagaimana, sudah jadi?”“Oh itu, iya. M-mari masuk kalau Tuan Putri tak keberatan!” ajak Pati Walaka. Aprilia kemudian mengikuti Pati Walaka masuk ke rumahnya. Rumahnya sebenarnya sangat sede
Read more

Bab 9.3 | Pamit

Akhirnya dimulailah perjalanan keduanya. Bayungan milik Aprilia mulai memutar baling-baling penggerak. Disambung kemudian dengan layar yang terkembang. Kapal terbang itu pun mulai beroperasi. Tubuh kapal mulai melayang di udara, membawa beberapa kru dan Aprilia di dalamnya. Perempuan itu melihat istana Kerajaan Naga Laut Timur untuk terakhir kali. Perjalanan kali ini akan memakan waktu dan tenaga. Dia juga tak akan bisa berlama-lama, sebab ancaman dari seluruh lautan sudah di depan mata. Nasib rakyatnya hanya dalam hitungan hari.“Ghea, lihatlah sekarang putrimu sudah besar. Dia benar-benar mirip dengan dirimu. Aku harap kau juga melihatnya sekarang di sana,” ucap Raja Belzagum. Dia teringat dengan kekasihnya, Ghea Emerald Greis—Ibu dari Aprilia. Sebenarnya kalau dikat
Read more

Bab 10.1 | Aku Ingin Di sini Dulu

50 tahun yang lalu“Orang India? Itu orang seperti apa memangnya?” tanya Belzagum. “Ras seperti apa?”“Ehm…,” Ghea menipiskan bibirnya mencoba mencerna pertanyaan dari Belzagum. “Hai, jangan hiraukan dia. Dia sedang linglung. Kau sendiri kenapa ada di tempat seperti ini,” sela Primadigda. “Oh, iya. Aku sedang mendaki, trus kehilangan kelompokku dan tersesat,” jelas Ghea. “Setelah i
Read more

Bab 10.2 | Aku Ingin Di sini Dulu

Suatu hari Belzagum dan Ghea sedang berada di dapur mencuci piring setelah mereka makan malam. Primadigda dan yang lainnya sedang berada di halaman berceloteh sambil menikmati kopi panas mereka. Elyana lebih banyak menggerutu tentang peristiwa pembakaran hutan dan penebangan liar. Ia kasihan dengan nasib pohon-pohon itu. Wajar sebagai seorang peri yang bisa berbicara dengan tanaman, ia bisa memahami bahasa mereka dan rasa sakit yang dirasakan. Belzagum melihat teman-temannya dari jendela dapur sambil membersihkan piring dan gelas. Ghea kemudian membantunya. Perempuan itu memperhatikan Belzagum dan yang lainnya. Ada rasa penasaran di dalam diri Ghea selama bersama dengan mereka selama ini. “
Read more
PREV
123456
...
10
DMCA.com Protection Status