Aryanaga mengubah dirinya menjadi wujud manusia setengah naga. Sang Pangeran melompat gedung untuk menyerah ke arah Alter Ego. Aryanaga terkejut saat Si Alter Ego juga bisa mengubah wujudnya, kini keduanya sama-sama menyerang. Dua Aryanaga bertemu dan saling melepaskan pukulan masing-masing. Dua pukulan berbenturan menghasilkan ledakan yang dahsyat. Dalam sekejap seluruh kaca gedung hancur karena getarannya. Keduanya sekali lagi saling menyerang, tetapi masing-masing serangan saling berbenturan. Tidak ada yang saling menjatuhkan, kekuatan mereka seimbang.
Aryanaga mendarat lagi di dinding gedung. Dia agak tidak biasa dengan gravitasi yang sangat aneh ini. Terasa lawan yang ada di hadapannya tidak biasa.
“
“Untuk berperang, kita harus memikirkan banyak hal, terutama mereka yang tidak bisa berperang seperti wanita dan anak-anak, serta mereka yang sudah tua. Harap Paduka mempertimbangkan ini,” ucap salah satu menteri. Ruangan hening sejenak. Raja Belzagum mengusap-usap janggutnya. Dia menoleh ke arah Aprilia yang masih terdiam. Dia lalu memajukan badannya untuk berbisik kepada putrinya. “Kau punya sesuatu yang ingin dibicarakan?”Aprilia menoleh ke ayahnya sambil mengernyit. “Apa memangnya?”“Ayolah, kau ini calon ratu di masa depan kelak
Aprilia berdiri di depan cermin. Ia memakai baju ksatria. Di bahunya ada pelindung, di pundak sebelah kanan ada tempat jubah yang akan ia kenakan nanti di sepanjang perjalanan. Ia merapikan pelindung lengan, lalu dia ikat tali sepatu botnya. Terakhir ia mengikat rambutnya. Terlihat sekarang Aprilia yang sangat berbeda. Diusap-usapnya pundak yang dekat dengan tanda calon ratu di punggungnya. Ia tadi melihat tanda itu masih ada di sana. Artinya, Pangeran Aryanaga masih hidup. Entah kenapa ia merindukan pemuda itu sekarang. “Pangeran, kuharap kau baik-baik saja. Ya Tuhan, apa yang aku pikirkan. Kenapa aku jadi merindukannya sekarang ini? Ah, sudahlah,” gumam Aprilia. Ia buru-buru menepis bayangan Aryanaga dari benaknya. Nyaris saja berhasil, tetapi wajah Aryanaga kembali mengg
Pati Walaka tampak sedang berada di depan rumahnya. Ia mendapati Aprilia dengan baju ksatrianya menghampirinya. Mereka memang berencana untuk bertemu sebelum Aprilia berangkat. “Y-Yang Mulia Putri Aprilia!?” sapa Pati Walaka. Aprilia tersenyum. “Bagaimana, sudah jadi?”“Oh itu, iya. M-mari masuk kalau Tuan Putri tak keberatan!” ajak Pati Walaka. Aprilia kemudian mengikuti Pati Walaka masuk ke rumahnya. Rumahnya sebenarnya sangat sede
Akhirnya dimulailah perjalanan keduanya. Bayungan milik Aprilia mulai memutar baling-baling penggerak. Disambung kemudian dengan layar yang terkembang. Kapal terbang itu pun mulai beroperasi. Tubuh kapal mulai melayang di udara, membawa beberapa kru dan Aprilia di dalamnya. Perempuan itu melihat istana Kerajaan Naga Laut Timur untuk terakhir kali. Perjalanan kali ini akan memakan waktu dan tenaga. Dia juga tak akan bisa berlama-lama, sebab ancaman dari seluruh lautan sudah di depan mata. Nasib rakyatnya hanya dalam hitungan hari.“Ghea, lihatlah sekarang putrimu sudah besar. Dia benar-benar mirip dengan dirimu. Aku harap kau juga melihatnya sekarang di sana,” ucap Raja Belzagum. Dia teringat dengan kekasihnya, Ghea Emerald Greis—Ibu dari Aprilia. Sebenarnya kalau dikat
50 tahun yang lalu“Orang India? Itu orang seperti apa memangnya?” tanya Belzagum. “Ras seperti apa?”“Ehm…,” Ghea menipiskan bibirnya mencoba mencerna pertanyaan dari Belzagum. “Hai, jangan hiraukan dia. Dia sedang linglung. Kau sendiri kenapa ada di tempat seperti ini,” sela Primadigda. “Oh, iya. Aku sedang mendaki, trus kehilangan kelompokku dan tersesat,” jelas Ghea. “Setelah i
Suatu hari Belzagum dan Ghea sedang berada di dapur mencuci piring setelah mereka makan malam. Primadigda dan yang lainnya sedang berada di halaman berceloteh sambil menikmati kopi panas mereka. Elyana lebih banyak menggerutu tentang peristiwa pembakaran hutan dan penebangan liar. Ia kasihan dengan nasib pohon-pohon itu. Wajar sebagai seorang peri yang bisa berbicara dengan tanaman, ia bisa memahami bahasa mereka dan rasa sakit yang dirasakan. Belzagum melihat teman-temannya dari jendela dapur sambil membersihkan piring dan gelas. Ghea kemudian membantunya. Perempuan itu memperhatikan Belzagum dan yang lainnya. Ada rasa penasaran di dalam diri Ghea selama bersama dengan mereka selama ini. “
“It’s OK. Just go. Kau nanti tidak akan bisa pulang kalau tetap di sini,” kata Ghea sambil menepuk-nepuk punggung tangan Belzagum. Belzagum kemudian memeluk Ghea sambil menciumnya dengan sangat dalam. Ghea tahu ini adalah ciuman perpisahan dari apa yang dia rasakan. Air matanya pun meleleh. Setelah ciuman itu Belzagum melepaskan pelukannya. “Aku akan kembali,” kata Belzagum. Ghea mengangguk sambil terisak. “Pergilah!”
Kedua manusia harimau tadi segera menyerang Belzagum. Serangan kedua manusia harimau tadi sangat cepat dan keras. Keduanya segera menggunakan cakar-cakarnya untuk mencabik-cabik Belzagum. Sang pangeran naga juga tak kalah cepat. Ia berusaha menghindarkan serangan manusia harimau dari Ghea. Belzagum memancing para manusia harimau menjauh. Cakar-cakar harimau yang disabetkan bukan cakar biasa. Cakar-cakar itu memiliki kekuatan magis yang tentunya bisa melukai dan menghancurkan apapun. Belzagum tak ingin berspekulasi apakah cakar-cakar itu bisa melukainya ataukah tidak. Sebagaimana yang ia tahu, tak ada yang bisa melukai kulit naganya, kecuali dengan senjata yang terbuat dari tubuh para naga. Namun, perlu juga diingat ia juga bisa terluka oleh benda-benda berkekuatan magis seperti pedang-