Suatu hari Belzagum dan Ghea sedang berada di dapur mencuci piring setelah mereka makan malam. Primadigda dan yang lainnya sedang berada di halaman berceloteh sambil menikmati kopi panas mereka. Elyana lebih banyak menggerutu tentang peristiwa pembakaran hutan dan penebangan liar. Ia kasihan dengan nasib pohon-pohon itu. Wajar sebagai seorang peri yang bisa berbicara dengan tanaman, ia bisa memahami bahasa mereka dan rasa sakit yang dirasakan.
Belzagum melihat teman-temannya dari jendela dapur sambil membersihkan piring dan gelas. Ghea kemudian membantunya. Perempuan itu memperhatikan Belzagum dan yang lainnya. Ada rasa penasaran di dalam diri Ghea selama bersama dengan mereka selama ini.
“
“It’s OK. Just go. Kau nanti tidak akan bisa pulang kalau tetap di sini,” kata Ghea sambil menepuk-nepuk punggung tangan Belzagum. Belzagum kemudian memeluk Ghea sambil menciumnya dengan sangat dalam. Ghea tahu ini adalah ciuman perpisahan dari apa yang dia rasakan. Air matanya pun meleleh. Setelah ciuman itu Belzagum melepaskan pelukannya. “Aku akan kembali,” kata Belzagum. Ghea mengangguk sambil terisak. “Pergilah!”
Kedua manusia harimau tadi segera menyerang Belzagum. Serangan kedua manusia harimau tadi sangat cepat dan keras. Keduanya segera menggunakan cakar-cakarnya untuk mencabik-cabik Belzagum. Sang pangeran naga juga tak kalah cepat. Ia berusaha menghindarkan serangan manusia harimau dari Ghea. Belzagum memancing para manusia harimau menjauh. Cakar-cakar harimau yang disabetkan bukan cakar biasa. Cakar-cakar itu memiliki kekuatan magis yang tentunya bisa melukai dan menghancurkan apapun. Belzagum tak ingin berspekulasi apakah cakar-cakar itu bisa melukainya ataukah tidak. Sebagaimana yang ia tahu, tak ada yang bisa melukai kulit naganya, kecuali dengan senjata yang terbuat dari tubuh para naga. Namun, perlu juga diingat ia juga bisa terluka oleh benda-benda berkekuatan magis seperti pedang-
Setelah peristiwa itu, Belzagum tinggal cukup lama bersama Ghea. Bertahun-tahun lamanya Belzagum berusaha untuk menunggu dan menunggu kedatangan teman-temannya. Namun, tidak pernah ada kabar baik. Selama di bumi Belzagum belajar menjadi manusia, hidup seperti manusia dan bekerja seperti manusia. Dia juga akhirnya diterima dengan baik oleh keluarga Ghea, hingga akhirnya mereka pun menikah. Pernikahan yang sangat sederhana dengan dihadiri keluarga dekat dan kawan-kawan. Belzagum merasa bagian jiwanya ada yang mengisi. Mereka kemudian mendirikan pondok di atas Gunung Semeru. Pondok ini nantinya akan menjadi tempat tinggal Primadigda, juga akan menjadi tempat latihan bagi Aryanaga kelak. Kenapa Belzagum memilih tempat ini, karena tempatnya sangat tenang dan nyaman. Tidak ada kericuhan, tak
Hari-hari kelahiran pun hampir tiba. Masih ingat di dalam benak Belzagum, saat itu adalah hujan terakhir di musim penghujan. Kandungan Ghea sudah makin membesar saja, pergerakan janin yang ada di dalam perutnya juga sangat aktif. Primadigda memutuskan untuk tinggal bersama Belzagum hingga anaknya lahir. Keputusan ada di tangan Belzagum apakah dia harus tinggal di Dunia Atas atau di Dunia Bawah.Ketiganya sekarang berada di bandara udara. Primadigda tentu saja bersemangat, karena ini adalah pertama kalinya dia akan naik pesawat. Ghea dan Belzagum geli melihat tingkah polah Primadigda. Jatuhlah martabat seorang raja di mata Belzagum. Mereka berencana untuk pergi ke Jakarta menjenguk orang tua Ghea yang katanya sedang sakit.&ldquo
Tiba-tiba pesawat bergoyang. Ada turbulensi yang membuat Ghea berpegangan pada dinding pesawat. Agni menolongnya agar tidak kehilangan keseimbangan. “Terima kasih,” ucap Ghea. “Aku awalnya tak pernah percaya dengan hal-hal mistis sampai aku mengenal suamiku, namun kalau memang aku mendapatkan kekuatan seperti yang kau maksudkan itu, aku tak mau menerimanya.”Agni mengangguk. “Aku tahu. Kau sangat menyayangi anakmu. Namun, aku tak akan memberikan kekuatan kepada mereka yang belum lahir ke dunia.”“Jadi?”
Angin berhembus masuk dengan kencang saat Primadigda membuka pintu pesawat. Hal itu membuat semua penumpang panik, pilot pun mulai kehilangan keseimbangan, terlebih lagi satu mesin di sayap pesawat terbakar akibat ulah salah satu Wyvern. Primadigda tak terpengaruh dengan kencangnya angin, karena dia bukan manusia. Dia ras naga dengan tubuh avatar, segera setelah ia membuka pintu pesawat ia tutup kembali pintu tersebut. “May Day! May Day! Menara kontrol, terjadi gangguan di pesawat, satu mesin rusak dan satu mesin lagi sedang diserang. May day! May Day! Mesin mati! Mesin mati!” ucap pilot. Ia berusaha menyeimbangkan pesawat agar tidak jatuh menukik. Primadigda bergerak
“Kau melihatnya?” tanya Primadigda. Ghea mengangguk. Primadigda memukul bahu Belzagum. “Bel, ini seperti yang dibicarakan Elyana. Kau masih ingat ramalan kakeknya? Kakeknya yang bisa melihat masa depan itu bilang kalau Ibu Para Naga tidak akan terbakar oleh api apapun?”“Kau masih percaya dengan ramalan itu?”“Tapi itu beneran, Bel. Tuh buktinya. Anakmu! Udah deh, kita jadi besan saja kalau gitu,” ucap Primadigda sambil be
Primadigda bersiaga sambil bersiap-siap kalau sewaktu-waktu ada kejutan. Tak lama kemudian Belzagum sudah berada di sampingnya, sedangkan Vincard ada di sebelah Primadigda. Tangan Belzagum menangkap tombak Vincard agar tak mengenai kepala Primadigda. Primadigda terkejut melihatnya. “Kau cukup cepat, Pangeran Belzagum,” puji Vincard. Darah menetes dari telapak tangan Belzagum. Dia menahan tombak Vincard dengan telapak tangannya. Segera Primadigda menyingkir. Dia nyaris tewas di tangan Vincard kalau tidak dilindungi oleh Belzagum. “Lepaskan tanganmu!”
Upacara pernikahan Kerajaan Naga Laut Timur diadakan seminggu setelah pertempuran hebat tersebut. Selain untuk mengobati kesedihan setelah pertempuran, pesta juga diadakan untuk suka cita kemenangan melawan pasukan aliansi. Aryanaga dan Aprilia mengikuti upacara pernikahan yang cukup berbeda dengan apa yang biasanya dilakukan di Dunia Atas.Pengantin perempuan dipingit selama tiga hari. Tidak boleh kemana-mana. Ratu Danaharing Lintang Wungu membantu Aprilia, serta memberikan wejangan-wejangan layaknya seorang ibu. Terus terang Aprilia seperti bermimpi. Tak pernah ia diperlakukan spesial seperti itu sebelumnya. Berbagai perawatan dari luluran yang dipersiapkan sebelum upacara pernikahan benar-benar ia rasakan. Dia sudah seperti ratu.Aryanaga juga demikian. Meskipun ia tak bisa pulang ke Kerajaan Naga Laut Selatan, karena wilayah tersebu
Pertempuran berakhir. Itulah yang sudah terjadi. Pasukan aliansi telah berhasil dipukul mundur. Kerajaan Naga Laut Timur telah diselamatkan. Aprilia kehabisan tenaga setelah menyembuhkan Aryanaga. Luka-luka yang diderita Aryanaga ternyata lebih parah dari perkiraannya, sehingga energi yang dia dapat dari batu kekuatan mampu memulihkan tubuh Aryanaga. Tubuhnya sendiri yang terluka tak mampu ia obati, akhirnya Aryanaga berjalan sambil menggendong Aprilia di punggungnya. Sayangnya ia tak punya tenaga lagi untuk bisa berubah wujud menjadi naga, padahal dengan cara itu ia bisa membawa Aprilia pergi langsung menuju Kerajaan Naga Laut Timur.“Apa yang akan terjadi setelah ini?” tanya Aprilia.“Hmm?” gumam Aryanaga.“Raja Antabogo berkata kalau Dunia Bawah tidak a
Aryanaga berdiri. Dia mengangguk. “Aku menahan kekuatanku karena lawanku adalah pamanku sendiri. Sama seperti ketika aku melawan ayahku. Aku menahan kekuatanku. Seharusnya tidak seperti ini.”“Di dalam peperangan, mau tak mau kau akan menghadapi orang-orang yang kau sayangi. Tidak akan ada yang tahu siapa lawanmu di medan pertempuran. Sekarang, kau mengerti apa yang harus kau lakukan? Inilah bagaimana cara kita bertarung. Kau boleh menjadi manusia, namun dalam pertempuran kau harus menjadi naga.”Aryanga mengangguk. “Menjadi naga.”“Sekarang, tunjukkan kepada mereka bagaimana kau bisa mengalahkan Raja Antabogo, bahkan Raja Azrael!”Aryanaga memejamkan matanya. Raja Lelouch kemudian mengh
Raja Antabogo melipat tangannya. Mulutnya mulai berkomat-kamit merapal mantra. Tubuh Raja Antabogo mulai diselimuti oleh sulur-sulur. Rajutan-rajutan benang terbentuk menyelimuti tubuhnya. Makin lama benang-benang tersebut makin membesar membentuk tubuh Antabogo yang lebih baru. Kini Sang Raja telah berubah menjadi ke wujud naganya. Tidak sebagaimana ras naga yang memiliki tubuh avatar pada umumnya, wujud naganya kali ini mirip seperti wujud hybridnya, lengkap dengan baju zirah. Raja Antabogo membaca mantra. Mantra tersebut membantu agar tubuh dan baju zirah ikut menyatu bersama tubuhnya.Kabut tiba-tiba muncul menyelimuti permukaan padang pasir. Angin berhenti, memberikan rasa ketakutan ke dalam diri setiap makhluk yang berada di tempat tersebut. Aryanaga mampu merasakan ketakutan tersebut. Pengaruh rasa takut ini tidak lain adalah dari baju zirah yang terbentuk dari emas-emas milik Raj
Alter Ego perlahan mendatangi Raja Antabogo. Raja Antabogo menyadari ada sesuatu yang berbeda dari Aryanaga. Iris mata sang Pangeran menyipit, sangat berbeda dengan sebelumnya. Lebih mengerikan lagi matanya menyala merah. Udara masih dikelilingi oleh api akibat dari kekuatan Aprilia tadi, namun tak membuat Alter Ego Aryanaga gentar. Api tersebut seolah-olah memberi jalan kepadanya, menyingkir, takluk dan tunduk kepada Aryanaga.“Kau bukan Aryanaga,” ucap Raja Antabogo.“Tebak siapa aku,” sahut Aryanaga.“Suaramu seperti suara lebih dari satu orang berbicara serempak. Tatapan matamu juga berbeda. Aku bisa merasakan kekuatanmu berbeda dari Aryanaga. Kau lebih gelap,” ujar Raja Antabogo.“Dan jug
“Aku tahu kalian putus asa. Namun, percuma saja. Kalian tetap tak akan bisa melukaiku,” ujar Raja Antabogo.Aryanaga mengibaskan sayapnya. Kibasan sayapnya membelah angin membuat potongan pisau raksasa tak terlihat menghantam Raja Antabogo beserta perisainya. Terdengar suara nyaring seperti pedang membentur perisai besi. Tetap saja, tebasan itu tidak membuat Raja Antabogo terluka sedikit pun. Aryanaga mengubah serangan untuk menyerangnya dengan menggunakan kekuatan apinya. Dia menghirup napas dalam-dalam setelah itu menyemburkan api dari mulutnya. Raja Antabogo melompat menghindar.Aryanaga tahu kalau dengan tubuh naganya ia akan kesulitan mengejar Raja Antabogo, jadi mau tak mau dia hanya akan mengandalkan kekuatan apinya saja. Sepasang sayap Aprilia bercahaya, kemudian dikibaskannya. Ada yang berbeda dari kibasan sayap ter
“Sekarang giliranku,” ucap Raja Antabogo. Raja Antabogo bergerak sangat cepat untuk menyerang Aprilia. Aprilia berusaha menghindari terjangan Raja Antabogo. Namun, Aprilia kalah dalam hal kecepatan. Raja Antabogo sudah menjerat leher Aprilia dengan ekornya. Mengetahui Aprilia diserang, Aryanaga berusaha menolong Aprilia. Raja Antabogo sepertinya tahu Aryanaga akan menyerangnya, ia berbalik menuju ke pedang besarnya yang tadi ditinggalkannya. Pedang besar tersebut langsung diayunkan ke arah Aryanaga. Terkejut, Aryanaga menghindari dari sebetan pedang tersebut. “Kau kira pedang ini menebas? Kau salah, pedang ini mengejar mangsanya,” ucap Raja Antabogo. Pedang Berbaris memisahkan diri. Potongan-potongannya terhubung oleh benang-benang energi yang terkoneksi satu sama lain. Potongan-pot
“Pangeran tidak bertarung seorang diri. Ada aku, ada Asri,” jawab Aprilia. Ia menunjukkan telapak tangan kirinya. Ada tanda penyembuh di sana.“Asri...”“Aku tahu Pangeran yang sekarang mungkin tidak mencintainya, tetapi aku ingat bagaimana dulu Pangeran sangat tergila-gila kepadanya. Asri juga adalah calon ratu. Ia tak bisa bertempur bersama Pangeran, namun sekarang ia bertempur bersama Pangeran. Ini adalah perasaan cinta Asri untuk Pangeran.”Hati Aryanaga serasa tercubit. Dia memang pernah merasakan perasaan cinta yang mendalam kepada Asri. Perasaan bersalahnya membawa Asri ke Dunia Bawah kembali menyelimuti benaknya. Asri sudah berkorban untuknya dan ia tak ingin pengorbanan Asri sia-sia. Aryanaga menggenggam tangan Aprilia.
Raja Antabogo sama sekali tidak berubah dalam wujud hybrid. Dia masih dalam wujud manusianya. Sementara kedua lawannya sudah berubah wujud. Pertempuran ini akan benar-benar menjadi pertempuran yang tidak akan terlupakan. Akan tercatat dalam sejarah Dunia Bawah.“Majulah!” ucap Raja Antabogo.Aryanaga segera melesat ke arah Raja Antabogo. Begitu cepatnya hingga yang tersisa dari tempatnya berdiri hanyalah debu yang berterbangan. Aprilia juga mengikutinya. Dia menghunus pedangnya yang sudah menyala merah. Raja Antabogo sama sekali tidak bergerak dari tempatnya berdiri, ataupun berusaha untuk menahan serangan. Pukulan Aryanaga tepat mengenai wajah Raja Antabogo, tebasan pedang Aprilia juga merobek perut Antabogo. Namun, keduanya alangkah terkejut saat mendapati pukulan Aryanaga seperti terhalang oleh dinding tipis yang menyelim