Pati Walaka tampak sedang berada di depan rumahnya. Ia mendapati Aprilia dengan baju ksatrianya menghampirinya. Mereka memang berencana untuk bertemu sebelum Aprilia berangkat.
“Y-Yang Mulia Putri Aprilia!?” sapa Pati Walaka.
Aprilia tersenyum. “Bagaimana, sudah jadi?”
“Oh itu, iya. M-mari masuk kalau Tuan Putri tak keberatan!” ajak Pati Walaka.
Aprilia kemudian mengikuti Pati Walaka masuk ke rumahnya. Rumahnya sebenarnya sangat sede
Akhirnya dimulailah perjalanan keduanya. Bayungan milik Aprilia mulai memutar baling-baling penggerak. Disambung kemudian dengan layar yang terkembang. Kapal terbang itu pun mulai beroperasi. Tubuh kapal mulai melayang di udara, membawa beberapa kru dan Aprilia di dalamnya. Perempuan itu melihat istana Kerajaan Naga Laut Timur untuk terakhir kali. Perjalanan kali ini akan memakan waktu dan tenaga. Dia juga tak akan bisa berlama-lama, sebab ancaman dari seluruh lautan sudah di depan mata. Nasib rakyatnya hanya dalam hitungan hari.“Ghea, lihatlah sekarang putrimu sudah besar. Dia benar-benar mirip dengan dirimu. Aku harap kau juga melihatnya sekarang di sana,” ucap Raja Belzagum. Dia teringat dengan kekasihnya, Ghea Emerald Greis—Ibu dari Aprilia. Sebenarnya kalau dikat
50 tahun yang lalu“Orang India? Itu orang seperti apa memangnya?” tanya Belzagum. “Ras seperti apa?”“Ehm…,” Ghea menipiskan bibirnya mencoba mencerna pertanyaan dari Belzagum. “Hai, jangan hiraukan dia. Dia sedang linglung. Kau sendiri kenapa ada di tempat seperti ini,” sela Primadigda. “Oh, iya. Aku sedang mendaki, trus kehilangan kelompokku dan tersesat,” jelas Ghea. “Setelah i
Suatu hari Belzagum dan Ghea sedang berada di dapur mencuci piring setelah mereka makan malam. Primadigda dan yang lainnya sedang berada di halaman berceloteh sambil menikmati kopi panas mereka. Elyana lebih banyak menggerutu tentang peristiwa pembakaran hutan dan penebangan liar. Ia kasihan dengan nasib pohon-pohon itu. Wajar sebagai seorang peri yang bisa berbicara dengan tanaman, ia bisa memahami bahasa mereka dan rasa sakit yang dirasakan. Belzagum melihat teman-temannya dari jendela dapur sambil membersihkan piring dan gelas. Ghea kemudian membantunya. Perempuan itu memperhatikan Belzagum dan yang lainnya. Ada rasa penasaran di dalam diri Ghea selama bersama dengan mereka selama ini. “
“It’s OK. Just go. Kau nanti tidak akan bisa pulang kalau tetap di sini,” kata Ghea sambil menepuk-nepuk punggung tangan Belzagum. Belzagum kemudian memeluk Ghea sambil menciumnya dengan sangat dalam. Ghea tahu ini adalah ciuman perpisahan dari apa yang dia rasakan. Air matanya pun meleleh. Setelah ciuman itu Belzagum melepaskan pelukannya. “Aku akan kembali,” kata Belzagum. Ghea mengangguk sambil terisak. “Pergilah!”
Kedua manusia harimau tadi segera menyerang Belzagum. Serangan kedua manusia harimau tadi sangat cepat dan keras. Keduanya segera menggunakan cakar-cakarnya untuk mencabik-cabik Belzagum. Sang pangeran naga juga tak kalah cepat. Ia berusaha menghindarkan serangan manusia harimau dari Ghea. Belzagum memancing para manusia harimau menjauh. Cakar-cakar harimau yang disabetkan bukan cakar biasa. Cakar-cakar itu memiliki kekuatan magis yang tentunya bisa melukai dan menghancurkan apapun. Belzagum tak ingin berspekulasi apakah cakar-cakar itu bisa melukainya ataukah tidak. Sebagaimana yang ia tahu, tak ada yang bisa melukai kulit naganya, kecuali dengan senjata yang terbuat dari tubuh para naga. Namun, perlu juga diingat ia juga bisa terluka oleh benda-benda berkekuatan magis seperti pedang-
Setelah peristiwa itu, Belzagum tinggal cukup lama bersama Ghea. Bertahun-tahun lamanya Belzagum berusaha untuk menunggu dan menunggu kedatangan teman-temannya. Namun, tidak pernah ada kabar baik. Selama di bumi Belzagum belajar menjadi manusia, hidup seperti manusia dan bekerja seperti manusia. Dia juga akhirnya diterima dengan baik oleh keluarga Ghea, hingga akhirnya mereka pun menikah. Pernikahan yang sangat sederhana dengan dihadiri keluarga dekat dan kawan-kawan. Belzagum merasa bagian jiwanya ada yang mengisi. Mereka kemudian mendirikan pondok di atas Gunung Semeru. Pondok ini nantinya akan menjadi tempat tinggal Primadigda, juga akan menjadi tempat latihan bagi Aryanaga kelak. Kenapa Belzagum memilih tempat ini, karena tempatnya sangat tenang dan nyaman. Tidak ada kericuhan, tak
Hari-hari kelahiran pun hampir tiba. Masih ingat di dalam benak Belzagum, saat itu adalah hujan terakhir di musim penghujan. Kandungan Ghea sudah makin membesar saja, pergerakan janin yang ada di dalam perutnya juga sangat aktif. Primadigda memutuskan untuk tinggal bersama Belzagum hingga anaknya lahir. Keputusan ada di tangan Belzagum apakah dia harus tinggal di Dunia Atas atau di Dunia Bawah.Ketiganya sekarang berada di bandara udara. Primadigda tentu saja bersemangat, karena ini adalah pertama kalinya dia akan naik pesawat. Ghea dan Belzagum geli melihat tingkah polah Primadigda. Jatuhlah martabat seorang raja di mata Belzagum. Mereka berencana untuk pergi ke Jakarta menjenguk orang tua Ghea yang katanya sedang sakit.&ldquo
Tiba-tiba pesawat bergoyang. Ada turbulensi yang membuat Ghea berpegangan pada dinding pesawat. Agni menolongnya agar tidak kehilangan keseimbangan. “Terima kasih,” ucap Ghea. “Aku awalnya tak pernah percaya dengan hal-hal mistis sampai aku mengenal suamiku, namun kalau memang aku mendapatkan kekuatan seperti yang kau maksudkan itu, aku tak mau menerimanya.”Agni mengangguk. “Aku tahu. Kau sangat menyayangi anakmu. Namun, aku tak akan memberikan kekuatan kepada mereka yang belum lahir ke dunia.”“Jadi?”