Menurut Sharon, perilaku pria tadi itu tidak masuk akal. Ia duduk di sisi tempat tidur dan berkata, “Oke, oke. Kamu kan masih sakit, jadi tenang aja ya. Kalau marah marah terus nggak akan bikin pulih.”"Shar, aku ngak mau tinggal di rumah sakit," kata Riley, menarik tangannya dengan menyedihkan."Kalo lukanya begini, mau ga mau sih.""Kalau begitu, bisa nggak kamu jenguk aku tiap hari?" Riley menatapnya dengan sedih.Sharon memikirkannya. Lagi pula, tidak ada yang lebih baik untuk ia lakukan di kantor dan Riley terluka parah. Ia tidak bisa memaksa dirinya untuk mengatakan tidak. “Ok, aku bakal datang jenguk kapanpun aku punya waktu.”Ekspresi Riley berubah dalam sekejap. "Betul? Janji ya? Jangan lupa bawa putra baptisku kalau jenguk ke sini.”Sharon tahu ekspresi sedih Riley tadi cuma akting, tapi... Ia tenggelam dalam pikirannya sejenak. Ia bahkan tidak bisa bertemu putranya sekarang, apalagi membawanya ke sini.Ia tidak kasih tahu Riley bahwa ia telah diusir oleh keluarga Zachary, j
Read more