Semua Bab MADU DARI MERTUA : Bab 1 - Bab 10

50 Bab

Takdir Allah

Pagi itu degup jantung Sabrina berdetak sangat kencang. Tubuhnya lemah. Kakinya seperti tak menapak lagi ke lantai. Sabrina akhirnya memaksakan dirinya untuk ke kamar mandi dan membawa testpack itu. Doni bersama Nyonya Sania dan kakak Doni, Prita menunggu di depan kamar mandi utama. "Bun, kenapa ya lama sekali nggak keluar dari kamar mandi hampir sejam?" Doni pun mulai mengkhawatirkan keadaan Sabrina di dalam kamar mandi mewahnya itu. "Ah, paling seperti biasa hasilnya tidak sesuai harapan," timpal Prita ketus. .Erick pun menatap sinis ke arah Prita. Andai saja tidak memandang Bundanya, mungkin ia sudah menampar kakaknya itu. "Kak, bisa diam nggak!" bentak Doni. "Doni, ada benarnya apa kata kakakmu. Kita sebaiknya cari second opinion. Jadi kalau ada masalah kita bisa tangani segera," ucap Bunda Sania menenangkan dua anaknya yang sedang bertikai itu. Doni pun diam. Di dalam kamar mandi, tu
Baca selengkapnya

Penantian Buah Hati

Prita kembali menghubungi Aryo. Pasangan suami istri ini memang sudah tidak tinggal serumah lagi. Pertengkaran demi pertengkaran membuat Aryo memilih kembali ke rumah pribadinya di sebuah perumahan elite. Yang juga tidak kalah mewah dengan rumah megah sang mertua, Bunda Sabrina. Prita akhirnya berhasil menghubungi suaminya yang sudah beberapa hari ini sulit dihubungi. Bahkan saat Prita meminta Sisil, putri tunggalnya bersama Aryo menghubungi Papanya tetap saja tidak ada jawaban. [Aryo, kamu ini gimana sih? Nggak ada tanggung jawabnya sama anak dan istri kamu. Bahkan dihubungi pun sulit. Dari semalam kuhubungi nggak juga diangkat. Kamu sengaja mau menghindar dari aku kan?] Prita adalah istri yang sangat arogan. Tidak mau mengalah dan sering memancing pertengkaran karena kecemburuannya pada masa lalu Aryo. Wanita yang dianggap Prita menjadi duri dalam rumah tangganya. Aryo pun sudah muak dengan kecemburuan Prita. Itu sebabnya ia jarang pulang ke rum
Baca selengkapnya

Pisah Ranjang

Tiba-tiba, penyakit jantung Nyonya Sania kambuh. Ia merasakan sakit yang luar biasa. Sania pun tidak dapat menahannya lagi dan nyaris tumbang jika saja Doni tidak sigap. "Bunda, Bunda ...." Doni pun sigap membawa Bundanya itu ke dalam kamarnya. Prita pun langsung menghubungi Fani yang sudah menjadi dokter pribadi sang Bunda sejak lama. Beberapa saat kemudian Fani pun akhirnya sampai di rumah mewah keluarga Sania itu. Ia pun langsung memeriksa kondisi kesehatan sang pasien. "Tekanannya normal 120. Coba Bunda tarik napas yang panjang ya," pinta Fani. "Oh, tolong semuanya keluar dulu. Biar Dokter Fani bisa memeriksa kondisi Bunda," pinta Prita. "Kamu juga Sabrina. Ngapain kamu masih di sini? Bunda sakit itu juga gara-gara kamu," sindir Prita ketus. Sabrina pun menahan air matanya agar tidak jatuh. Netranya pun berkaca-kaca. Ia tahu, Prita memang sangat membencinya. Bukan soal ia yang tidak kunjung hamil, tetapi juga karena
Baca selengkapnya

Tekanan Untuk Berpoligami

"Aku nggak akan kayak begini kalau kamu bersikap jujur sama aku, Mas! Katakan, siapa perempuan yang sudah merusak rumah tangga kita, Mas," bentak Prita.Aryo tetap diam"Jawab, Aryo!" teriak Prita.Aryo yang sedang menyetir justru tangannya ditarik-tarik oleh Prita hingga mobilnya pun mulai oleng."Eh, Prita! Kamu tenang dong. Aku ini lagi bawa kendaraan," sergah Aryo."Aku nggak perduli. Ayo tabrak, tabrak, Aryo!" pekiknya.Terjadi tarik-menarik hingga Aryo mulai hilang kendali. Mobil yang sedang berjalan di jalanan ibukota yang sedang sepi itu nyaris menabrak beberapa kendaraan, pengguna jalan hingga para pedagang kaki lima disekitar. Hingga akhirnya Aryo berhasil menahan mobilnya dan berhenti di sebuah sudut ibukota.Aryo dan Prita akhirnya menarik napas panjang setelah mobilnya oleng dan nyaris menabrak banyak orang jika saja Aryo tidak bisa mengendalikannya."Astaghfirullah," ucap Aryo."Kamu gila yah?! Apa yang kam
Baca selengkapnya

Sabrina Koma

Suara dering telepon rumah Bunda Sania malam itu membuat Doni keluar dari kamarnya. Doni pun mengangkat telepon yang ada di ruang tengah rumah sang Bunda.[Hallo. Iya, betul, saya suaminya][Apa? Istri saya kecelakaan?][Baik, saya segera ke sana]Doni pun langsung mematikan teleponnya.Saat hendak bergegas pergi, Bunda Sania dan kedua saudaranya itu menanyakan apa yang terjadi sebenarnya."Doni, ada apa?" teriak Bunda Sania dari lantai 2 rumahnya."Sabrina kecelakaan, Bun," jawabnya dengan wajah kecemasan.Doni pun langsung pergi begitu saja tanpa mengindahkan panggilan sang Bunda.20 menit berlaluDoni sudah sampai di lokasi kecelakaan. Terlihat sebuah ambulance sudah berada di lokasi dan tubuh wanita yang sangat dicintainya itu sedang dibawa ke dalam ambulance."Sabrina, kamu kenapa, Sayang?" jerit Doni saat melihat Sabrina yang dalam keadaan tidak sadarkan diri."Pak, cepat bawa sekarang. Ayo, ce
Baca selengkapnya

Pertemuan Aryo dan Fani

"Fani ...." Fani pun menoleh saat ada yang menepuk pundaknya dari belakang. Fani pun terperanjat saat membalikkan badannya, ternyata sosok laki-laki yang selama ini dihindarinya kini sudah berada dihadapannya. "Aryo ...." Dua sepasang sejoli yang pernah begitu sangat mencintai itu kini saling bertatapan. Wajah Aryo begitu sumringah saat akhirnya ia bisa kembali bertemu dengan wanita yang masih sangat dicintainya itu. "Ya Allah, Aryo,ini kamu?" kata Fani mencoba meyakinkan hatinya jika ini bukan sebuah mimpi. Mimpi yang akhirnya menjadi nyata. "Iya, ini aku Aryo," jawab Aryo tersenyum bahagia. Fani tersenyum menahan tangisnya. Aryo pun mengenggam tangan Fani. 
Baca selengkapnya

Dendam Masa Lalu

"Mereka nggak boleh bicara empat mata?Ini bisa gawat!" batin Martin. "Jika Sinta sampai bicara dengan Sania, ini bisa gawat. Ini bisa merusak rumah tanggaku dengan Sinta," gumam Martin dalam hatinya.Sinta pun bangkit dan mendekati Martin yang berdiri di depan jendela."Mama ragu mereka akan mempertahankan rumah tangga. Apalagi Sabrina sedang sakit parah," ujar Sinta."Ya, siapa yang mau sakit, Ma," timpal Martin."Papa nggak aneh? Melihat tingkahnya Sania yang selalu menekan Sabrina. Mama nggak ngerti, seolah dia punya sentimen pribadi terhadap keluarga kita," pikir Sinta."Maksud Mama?" tanya Martin."Kenapa sih, Pa? Jadi aneh, bingung ...." cecar Sinta."Ah, Papa jalan dulu," dalih Martin yang ingin menghindar dan tidak mau Sinta mengetahui lebih soal hubungannya dengan Sania di masa lalu."Papa takut sama Sania?" ucap Sinta membuat langkah Martin terhenti. Martin pun sedikit membalikkan badannya da
Baca selengkapnya

Sabrina, Bangunlah ....

"Saya sudah membuat keputusan. Setelah Sabrina sembuh, saya akan meminta anak saya untuk menceraikan anak kamu," pekik Sania menunjuk-nunjuk ke arah Martin yang berdiri dihadapannya. Martin terperangah Sania pun kembali duduk ke kursi kebanggaannya itu. Martin hanya menggelengkan kepalanya tidak percaya dengan sikap Sania yang .... "Kamu kok begitu ekstrim. Apa salah Sabrina?" tanya Martin pada mantan istrinya itu. "Apa salahnya?" cecar Martin. "Anak itu memang tidak pernah punya salah. Tetapi, kesalahan dia satu-satunya adalah dia tidak bisa memberikan keturunan pada anak saya." "Sania, kamu sadar. Kamu nggak berhak menentukan seseorang bisa mempunyai keturunan atau tidak punya keturunan," sergah Martin. Doni pun datang dan mencoba mendengarkan pembicaraan Bunda Sania dan Papa Martin. "Hanya Allah. Hanya Allah pemilik kehidupan ini," ucap Martin tegas. "Sudah. Cukup, cukup!" bentak Sania. Ia pun menutup kedua t
Baca selengkapnya

Fani Didesak Menikah Dengan Doni

"Sampai aku tua dan mati!" pekik Doni."Selama Sabrina masih bernyawa, aku nggak akan menyerah kecuali Allah berkehendak lain," sahut Doni tegas.Prita dan Dinda tersenyum sinis. Begitupun Bunda Sania yang tidak tahu lagi bagaimana menasihati Doni.Bunda Sania menatap Sabrina yang masih tertidur dengan pandangan nanar."Sabrina, saya nggak tahu apa kamu itu menjadi karunia atau sebaliknya menjadi malapetaka untuk Doni, anakku ...." gumam Sania dalam hatinya.Doni pun tidak mampu menahan tangisnya melihat wajah sendu Bunda Sania.****Sania mengundang Fani untuk datang ke kantornya. Demi menghormati undangan Bunda Sania, Fani pun datang ke kantornya."Assalamualaikum," sapa Fani saat memasuki ruangan mewah Bunda Sania.Wa'alaikumsalam," jawab Sania mempersilakan fani duduk."Bunda ingin membicarakan sesuatu, Fani," kata Sania tersenyum.Tidak lama, Renny, Mama Fani pun datang. Fani dibuat terkejut dengan ked
Baca selengkapnya

Sebuah Kejujuran

Bunda Sania mengajak Dinda serta Prita untuk menemui Doni di rumah sakit. Bunda Sania ingin segera menikahkan Doni dan Fani, di saat Sabrina masih terbaring koma.Sesampainya di ruangan Sabrina"Don, mau sampai kapan kamu menunggu Sabrina seperti ini?" tanya BUnda Sania dengan tatapan nanar.Doni hanya terdiam memandangi istri yang sangat dicintainya itu. Pandangannya nanar. Bulir bening itu terasa mulai jatuh."Don, Fani itu wanita yang baik. Dia pintar dan pastinya akan memberikan kamu keturunan. Cucu yang selama ini diharapkan Bunda," tutur Prita membuat Doni seketika memandanginya dengan sorot mata tajam."Nggak kak, Fani hanya kuanggap sebatas sahabat.Bagaimana mungkin ...." ucap Doni terbata.Tiba-tiba ...Bunda Sania mengalami serangan jantung lagi saat Doni menolak permintaannya menikahi Fani."Don, menikahlah. lihat tuh, Bunda, gara-gara memikirkan kamu, sampai sakit dan ....""Iya, Kak, apa Kakak nggak kasihan
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status