Home / Pernikahan / MADU DARI MERTUA / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of MADU DARI MERTUA : Chapter 31 - Chapter 40

50 Chapters

Nasib Rumah Tangga Doni dan Fani

Doni memutuskan mengajak Sabrina ke sebuah taman yang cukup jauh dari rumahnya. Di sanalah ia banyak menghabiskan waktu bersama Sabrina juga Fani semasa kuliah dulu."Yuk, kita jalan ke sana," ajak Doni menggandeng tangan Sabrina mesra.Tiba-tiba gawai Doni berbunyi. Terlihat nomor Fani memanggil. Doni pun gamang dibuatnya. Tidak mungkin baginya mengangkat telepon Fani itu."Fani telepon. Gimana ini? Aku nggak mungkin menjawab telepon Fani. Sedangkan aku belum bisa jujur pada Sabrina," gumam Doni dalam hatinya.Doni akhirnya mematikan panggilan Fani itu. Ia tidak ingin mengambil resiko dan membuat Sabrina curiga."Kok Mas Doni nggak bisa dihubungi ya? Kenapa dia nggak ngomong sama kita kalau mau pergi," pikir Fani yang bingung ke mana Doni pergi."Telepon dari siapa, Mas?" tanya Sabrina saat tahu Doni mematikan teleponnya."Oh, bukan siapa-siapa kok. Ini c
Read more

Ada Hati Yang Terluka

Hai, dukung author dengan subscribe dan rate 5 ya biar semangat updatenya. Terima kasih 🌹 ....... Aku pasrah untuk menerima Mas Doni sebagai suamiku. Berbakti pada-Nya dan patuh  pada perintah-Nya. Dan ajari aku ya Rabb, bagaimana cara mencintai laki-laki yang sudah menjadi suamiku ....""Sabrina," tegur Doni selepas Sabrina menyelesaikan doanya."Maaf ya, Mas, kamu jadi harus tunggu aku selesai salat dulu," jawab Sabrina."Nggak apa-apa,Sayang," timpal Doni.Doni terlihat kik-kuk hingga membuat Sabrina bertanya-tanya dalam hatinya."Ada apa, Mas?" tanya Sabrina yang duduk di tepian ranjang. Doni pun duduk di sebelahnya."Rasanya aneh, Mas. Kita
Read more

Dilema Di antara 2 Istri

"Kamu ini gimana sih? Maunya kamu tuh apa, Hah?!" pekik Aryo. "Prita, ayo kita keluar!" ajak Sania menarik paksa Prita keluar."Maaf Bapak hakim. Ayo!" Setelah Prita dibawa Dinda dan Bunda Sania, akhirnya Aryo pun keluar dari ruang persidangan dengan menahan kesalnya. Ia pun menghela napas panjang."Kenapa sih Kakak membatalkan cerai Kakak? Bukannya Kakak benci sama Kak Aryo?" gerutu Dinda pada sang Kakak yang berdiri di sampingnya.Prita hanya diam."Iya, Bunda juga jadi bingung kok kamu mau rujuk lagi sama si Aryo. Padahal kan kamu tadinya mau pisah. Bersikeras bercerai sama dia. Aduh, Prita, Prita," cecar Bunda SaniaPrita pun tersenyum sinis."Bunda mau tahu jawabannya?" celetuk Prita tersenyum sinis."Kamu tuh aneh deh. Bikin Bunda jadi nggak ngerti deh," sahut Sania."Bunda, ini hal yang Aryo
Read more

Ketika Cinta Harus Memilih

"Atau apa, Pa?" kata Doni memotong kata sang mertua."Melepaskan Sabrina agar Sabrina bisa menikah dengan laki-laki lain dan. hidup bahagia ...."Doni pun terperangah ..."Jadi Papa mau aku tinggal di apartemen bersama Sabrina?" tanya Doni."Ya.""Kalau bisa secepatnya. Kalau bisa besok," cecar Martin yang sengaja menekan Doni."Be-sok, Pa?" ucap Doni terbata............ Prita dan Aryo membuat janji untuk bertemu di sebuah cafe. Cafe Clarissa. Namun, sudah hampir satu jam menunggu, Aryo pun belum kunjung datang. Prita akhirnya mengambil gawainya dan menghubungi Aryo.[Assalamualaikum][Setiap kali kita janji ketemu, selalu aja telat datangnya.][Di mana sih kamu? Kamu sengaja ya nggak mau ketemu?]Prita
Read more

'Beri Aku Waktu'

"Bunda, Mang Tessi ...." teriak Dinda saat ia masuk ke dapur dan melihat Fani sudah tergeletak pingsan di lantai.Sania dan Mang Tessi pun berlari ke arah sumber suara di mana Dinda berada."Astaghfirullah ...."Sania pun membawa Fani ke rumah sakit bersama Dinda. Di dalam perjalanan, Sania pun menghubungi Doni.[Doni, kamu segera ke rumah sakit ya. Fani pingsan di dapur, ini Bunda lagi dalam perjalanan ke rumah sakit.[Iya, Bun. Aku segera ke rumah sakit.]Doni pun bergegas menuju rumah sakit. Namun, saat mengambil kunci mobil di dalam rumah, Sinta dan Martin datang menghampirinya yang sedang tergesa-gesa................. Mobil yang dikendarai Sania dan Dinda akhirnya sampai di rumah sakit. Fani pun segera dibawa menuju UGD oleh para perawat."Maaf, Ibu
Read more

Bercerai Atau Bertahan Dalam Luka

"Mas, kamu kenapa ada di sini? Kenapa kamu menengok Fani tanpa memberitahu aku?" cecar Sabrina. Doni pun syok. Ia tidak menyangka jika Sabrina akan datang dan menjenguk Fani di rumah sakit. Doni pun mulai bertanya, dari mana istri pertamanya itu tahu kondisi Fani yang belum juga sadarkan diri."Sayang, kok kamu ke sini? Kenapa nggak kasih tahu aku dulu?" tanya Doni dengan wajah tegangnya."Seharusnya aku yang tanya sama kamu, Mas. Kenapa kamu ke sini tanpa mengajak aku? Ada hal apa yang kamu sembunyikan dariku, Mas?" pekik Sabrina.Doni panik. Ia pun mulai berpikir jawaban apa yang paling tepat untuk Sabrina. Doni tahu, Sabrina adalah wanita yang pintar. Tidak mungkin dia percaya begitu saja dengan kata-kata Doni jika tak masuk di akalnya."Sayang, kamu tenang dulu ya. Kita lebih baik ke cafetaria aja. Aku juga belum makan daritadi," ajak Doni agar Sabrina tidak menaruh curiga lagi.
Read more

Luka Di atas Luka

Aryo akhirnya menemani Sisil yang sudah tertidur pulas. Malam ini, seperti janjinya, Aryo akan tidur menemani Sisil. Sampai dia sembuh. Saat sedang tertidur pulas, ponsel Aryo terjatuh tanpa sadar. Prita tertidur di sofa pun kaget mendengar suara benda jatuh. Setelah melihat ponsel Aryo yang jatuh, ia pun mengambilnya."Ini kesempatan aku buat mencari tahu siapa perempuan yang sudah merusak rumah tanggaku," gumamnya.Setelah mengambil ponsel Aryo, ia pun keluar dari kamar Sisil dan kembali ke kamarnya agar mudah mencari nomor wanita yang dicurigai sebagai wanita masa lalu Aryo.Setelah cukup lama membuka ponsel Aryo, akhirnya ia menemukan sebuah nama. Sisil. Prita pun langsung menyimpan nomor wanita yang ia curigai sebagai wanita masa lalu Aryo yang sudah menghancurkan rumah tangganya."Kurang ajar kamu, Aryo. Rupanya kamu sudah berencana untuk segera meresmikan hubungan kalian ya?Padahal
Read more

Berbohong Demi Kebaikan

Pagi itu, Aryo akhirnya datang ke rumah Bunda Sania, demi melepas rindu pada Sisil. Gadis cilik yang belum genap 8 tahun itu terpaksa mengalami perceraian.kedua orang tuanya. Karena Aryo tidak sanggup lagi hidup bersama istri yang arogan dan egois seperti Prita."Sisil ...." teriak Aryo yang langsung menghampiri Sisil di taman belakang rumah Sania yang luas itu.Kedatangan Papanya yang sudah lama dinanti itu sekaligus membawakan hadiah boneka kesukaannya membuat Sisil sangat bahagia sore itu."Makasih ya, Pa. Sisil suka banget sama hadiahnya," kata Sisil mencium pipi Aryo dan memeluknya erat.Prita hanya memperhatikan dari kejauhan. Ia duduk di sebuah kursi yang ada di sekitar taman. Tidak terlalu jauh dari tempat Aryo dan Sisil sedang bermanja."Pa, Papa kenapa sih jarang banget ke rumah Oma. Papa lagi berantem ya sama Mama," celetuk gadis cilik itu."Sil, maafin Papa ya.
Read more

Salahkah Jika Buah Hati Belum Juga Hadir?

Sabrina mulai merasakan kejenuhan karena hari-harinya hanya berada di dalam rumah. Papa dan Mamanya tidak mengijinkan Sabrina keluar rumah mengingat kondisi kesehatannya yang belum pulih.Sabrina pun mencoba menghubungi Fani dan berencana mengajaknya bertemu di sebuah cafe untuk membicarakan banyak hal. Terutama soal kegundahannya tentang Mas Doni dan tekanan Bunda Sania.[Hallo, Fan. Kamu lagi di mana?][Aku lagi di rumah sakit. Kamu gimana di sana. Baik-baik aja kan?][Fan, aku mau mengajak kamu ketemu siang ini. Aku jenuh, di rumah terus.]"Ya Allah, gimana ini?" gumam Fani dalam hatinya.[Maaf ya, Sabrina. Aku hari ini banyak praktek hari ini. Kamu juga kan baru sembuh, belum terlalu pulih, sebaiknya kamu istirahat di rumah aja dulu ya.]"Fani, Fani, kamu di mana, Sayang? Tolong bantu Bunda carikan vitaminnya ya. Bunda lupa taruh di mana," teriak Bunda
Read more

Hakku Sama Dengan Sabrina

Malam ini Doni kembali bermalam di rumah Bunda Sania.Doni sadar, istrinya saat ini bukanlah Sabrina sendiri, tapi juga Fani. Walau harus terus-menerus berbohong pada Sabrina, demi bersikap adil pada kedua istrinya.Sesampainya di rumah Sania yang mewah, Fani ternyata sudah menyiapkan makan malam untuk keluarga besarnya. Sania pun menyambut kedatangan Doni malam itu. Doni pun ikut makan malam bersama dengan keluarganya demi menyenangkan hati sang Bunda.Selepas makan malam, Doni masuk ke kamarnya. CEO muda berusia 28 tahun itu memilih beristirahat. Namun, sikap Fani yang memintanya ketegasan sebagai seorang suami, membuat Doni dibuat bingung."Mas, mau sampai kapan kita begini? Atau kamu ceraikan saja aku?" celetuk Fani yang berdiri menatap langit yang dipenuhi bintang."Kenapa kamu tiba-tiba bicara begitu?" sahut Doni."Bunda Sania memintaku bersikap tegas. Aku juga sekarang istri kamu kan
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status