Share

Pisah Ranjang

Author: Seccomander
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Tiba-tiba, penyakit jantung Nyonya Sania kambuh. Ia merasakan sakit yang luar biasa. Sania pun tidak dapat menahannya lagi dan nyaris tumbang jika saja Doni tidak sigap.

"Bunda, Bunda ...."

Doni pun sigap membawa Bundanya itu ke dalam kamarnya. Prita pun langsung menghubungi Fani yang sudah menjadi dokter pribadi sang Bunda sejak lama.

Beberapa saat kemudian

Fani pun akhirnya sampai di rumah mewah keluarga Sania itu. Ia pun langsung memeriksa kondisi kesehatan sang pasien.

"Tekanannya normal 120. Coba Bunda tarik napas yang panjang ya," pinta Fani.

"Oh, tolong semuanya keluar dulu. Biar Dokter Fani bisa memeriksa kondisi Bunda," pinta Prita.

"Kamu juga Sabrina. Ngapain kamu masih di sini? Bunda sakit itu juga gara-gara kamu," sindir Prita ketus.

Sabrina pun menahan air matanya agar tidak jatuh. Netranya pun berkaca-kaca. Ia tahu, Prita memang sangat membencinya. Bukan soal ia yang tidak kunjung hamil, tetapi juga karena masa lalunya dengan Prita saat masih duduk di bangku SMA. Prita adalah kakak kelasnya dulu.

"Udah, Kak. Sekarang bukan waktunya untuk kita bertengkar," ujar Doni membela isterinya.

"Aku tahu kamu sayang sama Bunda. Tetapi, kali ini kita mengalah ya," ujar Doni. Doni pun membawa istrinya itu ke luar dari kamar sang Bunda.

****

Beberapa waktu berlalu

Azan subuh pun berkumandang. Fani  yang malam itu menginap untuk memantau kondisi Nyonya Sania pun ke luar dari kamarnya untuk menunaikan salat subuh di mushalla kecil di lantai 2 rumah Sania itu.

Setelah salat, Fani pun kembali ke kamar Nyonya Sania. Saat melihat Bunda Sania tertidur, Fani pun memilih keluar. Namun, saat bersamaan tangan Fani ditarik. Fani pun duduk ditepian ranjang.

"Fani, dokter kesayangan Bunda," puji Sania.

"Bunda, alhamdulilah Bunda udah bangun. Insya Allah, sekarang Bunda udah baik-baik saja," ujar Fani tersenyum.

"Bunda banyak berutang budi sama kamu. Terimakasih ya, kamu selalu bisa menenangkan Bunda," ujar Nyonya Sania memuji dokter pribadinya itu.

"Bunda kan Bundanya sahabat saya, Doni dan Sabrina. Fani senang bisa merawat Bunda," ungkap Fani tersenyum.

"Fani ...." lirih Sania.

Suara Bunda masih terdengar lemah. Kondisinya memang belum terlalu kuat. Namun, ada hal yang ingin ia bicarakan dengan Fani. Wanita yang sangat dikaguminya. Masih muda tetapi sudah sukses dengan gelar dokternya dan lulus cumlaude dari sebuah universitas di London.

"Bunda ingin terus terang sama kamu. Sesuatu yang selama ini ada dibenak Bunda. Sudah lama Bunda pendam," ujarnya lemah.

"Ada apa Bunda?" tanya Fani.

"Bunda ingin sekali kamu bisa jadi menantu Bunda. Istrinya Doni. Bukannya Sabrina," kata Nyonya Sania mengungkapkan isi hatinya.

Fani pun dibuat salah tingkah mendengar keinginan Bunda Sania, Ibu sahabatnya itu. Fani pun tersenyum tipis.

"Bunda, mungkin Bunda hanya salah bicara," ucap Fani mencoba menenangkan Nyonya Sania.

"Bunda serius. Bunda nggak main-main masalah ini," jawabnya tegas.

Nyonya Sania pun mengelus pipi Fani. Memberikan banyak pujian pada gadis cantik berambut panjang dan berlesung pipi itu.

"Wanita yang cantik. Pintar. Yang bisa memberikan cucu untuk Bunda," lirih Sania.

Doni  yang baru selesai salat di mushalla pun melewati kamar sang Bunda yang pintunya sedikit terbuka dan ia pun mendengarkan pembicaraan sang Bunda dengan sahabat kecilnya itu.

"Bunda, ehm, Bunda pasti bercanda. Sekarang Bunda istirahat saja ya. Bunda butuh istirahat yang cukup. Soal pembicaraan ini, Fani anggap hanya bercanda dan nggak perlu dilanjutkan. Fani nggak mau kalau sampai nanti Doni dengar dan tersinggung. Apalagi kalau sampai Sabrina mendengarnya. Kalau gitu, Fani pamit ya, Bunda," pamit Fani karena tidak nyaman dengan pembicaraan Nyonya Sania.

Kembali, Sania menarik tangan Fani dan menahannya untuk tetap tinggal.

"Nggak. Bunda serius!" ujar Sania dengan suara yang masih lemah.

Fani pun berbalik ke arah Bunda Sania.

"Bunda nggak bercanda. Bunda ingin kamu menjadi istri Doni," ungkap Nyonya Sania.

Doni yang sejak tadi mendengarkan pembicaraan itu di luar kamar yang terbuka pun menjadi kaget dengan permintaan sang Bunda pada Fani.

"Bunda, istirahat ya. Saya pamit, Bunda." Angel pun langsung bergegas ke luar kamar.

"Bukan Sabrina!" teriak Nyonya Sania.

Doni kini berdiri menghadap ke bawah, ditepi tangga. Fani pun kaget melihat Doni berada di depan kamar sang Bunda.

"Astaghfirullah," ucap Fani.

Fani pun menjadi salah tingkah. Ia yakin, jika sahabatnya itu mendengar pembicaraan sang Bunda yang memintanya menjadi menantunya.

Saat Fani bergegas pergi menghindar dari Doni ia justru terpleset dan Doni dengan sigap membantunya. Tidak lama, Fani pun melepaskan diri dari Doni.

"Maaf, itu hanya spontanitas aja biar kamu nggak jatuh," ujar Doni. Ia pun langsung berpamitan dan hendak turun.

"Doni," cegah Fani.

Fani pun menengok ke arah sang sahabat yang memanggilnya. Fani pun mendekatinya.

"Don, kamu mendengar pembicaraanku dengan Bunda tadi di kamar?" tanya Fani hati-hati.

"Iya," jawab Doni.

"Ok, Doni. Kamu harus tahu, Bunda sekarang ini sedang sakit. Kadang-kadang orang sakit itu suka sadar dan nggak sadar. Kamu mengerti kan maksudku?" ungkap Fani. Ia tak ingin ada kesalahpahaman di antara mereka.

Tiba-tiba ponsel Fani berbunyi, sebuah pesan masuk.

"Ada tindakan di rumah sakit. Aku harus ke sana," terang Fani.

"Aku antar ya. Kamu kan biasa kuantar jemput," kata Doni.

"Itu dulu, Doni. Sekarang kamu sudah menikah dengan Sabrina, sahabat baikku. Aku nggak mau ada fitnah," jawab Fani tegas.

"Iya." Doni pun tersenyum.

Nyonya Sania yang mendengar Fani dan Doni berbicara pun membuka sedikit pintu kamarnya.

"Ya Allah, ijinkan Fani  menjadi menantuku kelak. Berikanlah jalannya," ucap Nyonya Sania. 

"Aku permisi dulu ya, assalamu'alaikum," pamit Fani menunduk dan bergegas turun.

"Wa'alaikumsalam," jawab Doni.

****

Doni pun langsung turun saat dari lantai atas ia melihat sang istri berjalan membawa sebuah koper. Doni pun langsung berlari menyusuri anak tangga.

"Kamu mau ke mana?" cegah Doni.

"Aku mau minta ijin sama kamu. Aku mau pulang ke rumah orang tuaku," kata Sabrina menatap nanar Doni yang berdiri dihadapannya.

Doni pun syok mendengarnya.

"Kejadian semalam membuatku syok. Aku juga nggak mau membuat Bunda dan Kak Prita semakin kalut dan  panik," ungkap Sabrina.

"Wajar aja mereka panik. Tetapi, aku kan nggak panik," jawab Doni menatap Sabrina dengan tatapan penuh cinta.

"Aku masih sangat percaya kalau kamu masih bisa memberikan aku seorang anak," jelas Doni tegas.

"Maka dari itu, Mas, dokter juga bilang sama aku. Aku nggak boleh stres. Nggak boleh banyak pikiran. Dan suasana rumah akhir ini membuatku stres," dalih Sabrina.

Doni pun menarik napas panjang

"Jadi aku mohon, Mas, tolong ijinin aku. Ijinkan aku menginap sementara di rumah orang tuaku," pinta Sabrina memohon.

"Apa kamu yakin dengan keputusan kamu?" tanya Doni.

"Aku yakin, Mas. Ini cara yang terbaik untuk saat ini, Mas. Lagipula kamu kan bisa nengokin aku kapan aja. Kamu bisa datang kapan saja ke rumah orang tuaku," ujar Sabrina.

Doni pun menghela napas.

" Ya udah. Tetapi, aku antar kamu ya. Seminggu di sana, aku akan jemput kamu dan kita akan liburan ke Bali biar kamu bisa beristirahat di sana," ujar Doni memberikan keputusannya.

"Makasih ya, Mas," ucap Sabrina.

Doni  pun pergi bersama Sabrina menuju kediaman orang tuanya.

****

Fani pun sedang berada berada di sebuah cafe. Ia pun berdiri di depan cafe menunggu supirnya itu menjemput.

Di seberang jalan, Aryo pun memperhatikan ke sebuah cafe.

"Itu kayak Fani?" ucapnya.

Aryo pun langsung memutar arah mobilnya menuju cafe itu. Saat sampai diparkiran cafe, Aryo pun bergegas turun dari mobil Chevroletnya.

"Fani!" teriak Aryo saat matanya menemukan di mana keberadaan Fani. Mantan pacar Aryo yang selama ini sangat dicari-cari oleh Prita.

Fani pun berbalik arah mencari siapa yang memanggilnya.

Fani pun kaget tak percaya saat ia melihat Aryo. Sosok laki-laki itu kini ada tidak jauh darinya.

Fani pun menghindar dan memilih pergi. Aryo pun mengejarnya dan berteriak-teriak memanggil nama Fani.

"Fan, Fani ...." teriaknya.

Fani pun langsung berlari dan menuju mobilnya..

Aryo pun berlari ke sana kemari mencari Fani, wanita yang bertahun-tahun ini dicarinya. Aryo pun kehilangan jejak. Ia pun mengeluarkan dompetnya dan menatapnya cukup lama.

Prita  yang sedang berjalan di sekitar cafe bersama Dinda pun akhirnya melihat sang suami yang sedang berlari seperti mencari seseorang.

"Kak, itu kayak Kak Aryo ya?" kata Dinda yang melihatnya pertama kali.

Prita pun meninggalkan adiknya dan menghampiri Aryo yang sedang berdiri tidak jauh darinya.

"Kalau kita berjodoh, kita pasti akan kembali, Fani. Takdir pasti akan mempertemukan kita. Dan aku yakin itu.Aku pasti akan mencari kamu sampai dapat," gumam Aryo.

"Aryo," panggil Prita.

Aryo pun menoleh dan ia kaget saat melihat Prita berdiri tegak tidak jauh darinya membawa beberapa goodie bag belanjaannya.

Mata Aryo mendelik. Aryo pun langsung sigap memasukkan dompetnya ke saku celananya.

Prita pun menghampiri Aryo.

"Aryo, ngapain kamu di sini?" tanyanya.

Aryo diam tak peduli. Ia justru berbalik arah hendak menuju di mana mobilnya terparkir.

"Aryo, aku tanya. Ngapain kamu di sini?" kata Prita mulai dengan nada tinggi.

Aryo tetap diam. Aryo pun menepis tangan Prita yang memegangnya.

"Aryo, aku tanya lo sama kamu baik-baik," ujar Prita.

Dinda pun memperhatikan kakak dan kakak iparnya itu yang terlihat sedang berdebat dari jauh.

"Aryo, aku mau bicara sama kamu!" pekik Prita.

"Aryo, kenapa sejak kita pulang ke Indonesia kamu jadi berubah. Kamu jadi dingin sama aku," pekiknya.

"Aku nggak mau bicara sama orang yang mudah sekali emosi," jawab Aryo kesal.

"Ada apa Aryo?" pekik Prita yang semakin emosi.

"Karena kamu semakin arogan!" kata Aryo ketus.

"Sikap dingin kamu yang membuatku marah," terang Aryo.

Aryo diam. Ia tidak perduli dan tetap bersikap dingin pada sang istri.

" Aryo, mau ke mana kamu?" tanya Prita.

Aryo justru tetap berjalan menuju mobilnya.

"Aryo?!" teriak Prita.

Prita pun mengejar. Dinda yang sejak tadi memperhatikan dari jauh sang kakak akhirnya memilih mengejarnya.

Dinda pun mengetuk kaca mobil Aryo. Aryo dan Prita kini sudah berada di dalam mobil. Aryo pun membuka kaca mobilnya.

*Kak, kakak mau ke mana?" tanya Dinda.

"Kamu pulang aja sendiri ya. Aku masih ada urusan sama Aryo," dalih Prita.

Aryo pun tanpa berbasa-basi langsung menutup kaca mobilnya dan bergegas tancap gas.

Rumah orang tua Sabrina 

Sabrina yang sedang tertidur pun mengigau

"Mas Doni, jangan tinggalin aku. Mas Doni, jangan tinggalin aku Mas. Mas Doni, Mas." jerit Sabrina yang akhirnya terbangun.

Mama dan Papa Sabrina yang mendengar Sabrina yang mengigau pun membangunkannya.

"Nak, bangun, Nak," ujar Mama Sinta.

Sabrina pun terbangun dan langsung memeluk mamanya itu erat.

"Kenapa, Nak? Mimpi buruk, Nak?" tanya Mama Sabrina itu penuh kehangatan.

"Jadi itu hanya mimpi?" pikir Sabrina.

"Nak, tadi kamu berteriak menyebut nama Doni. Kenapa, Nak? Apa sih yang membuatmu ketakutan?" tanya Mama Sinta.

Sabrina pun beranjak dari tempat tidurnya.

"Mas Doni. Dalam mimpi aku, sepertinya Mas Doni mau meninggalkan aku, Ma," ungkap Sabrina ketakutan.

Mamanya itu akhirnya mencoba menenangkan  putri tunggal yang sangat disayangnya. Sejak vonis dokter, Mamanya tahu jika Sabrina lebih sensitif.

"Ya ampun, Nak. Itu hanya mimpi. Doni itu sangat mencintai kamu," ujar Mamanya itu menenangkan Sabrina.

"Mimpi itu hanya bunga tidur, Nak. Nggak perlu dikhawatirkan ya," ucap Mama Sinta.

"Sekarang kamu tidur lagi. Besok pagi, Papa antar kamu pulang. Nggak baik kamu lama-lama. Nanti mereka akan berpikir kamu menghindar," terang Papa Martin.

"Sebenarnya aku mulai takut untuk tinggal di rumah itu, Pa," ungkap Sabrina.

"Mereka selalu saja menanyakan kapan Sabrina hamil. Mereka selalu menekan Sabrina," ungkapnya menetaskan airmata.

"Kalau begitu nanti Papa akan bicara empat mata dengan Doni. Mungkin sudah saatnya kamu dan Doni tinggal sendiri," usul Papa Martin.

"Papa kamu benar, Sabrina," timpal Mama Sinta.

"Seenaknya tinggal di rumah mertua lebih enak di rumah sendiri," bela Mamanya.

"Tetapi, Pa, nggak mungkin Mas Doni tinggal terpisah dari Bundanya," dalih Sabrina.

Sabrina yakin, keluarga suaminya itu pasti tidak akan mengijinkannya tinggal di rumah sendiri bersama Doni.

"Tetapi, semua keputusan kan ada di Doni," ujar Papa Martin.

"Bunda itu mempunyai penyakit jantung. Jadi nggak mungkin Mas Doni tega meninggalkan Bundanya," jelas Sabrina.

"Pa, bisa bicara sebentar?" ajak Mama Sabrina itu pada suaminya.

Orang tua Sabrina itupun akhirnya menepi dan berbicara agak menjauh dari anaknya.

Di dalam mobil, Aryo dan Prita kembali bertengkar. Berdebat terus menerus. Apalagi sikap cemburu Prita yang akhirnya membuat Aryo muak.

"Kamu selingkuh ya?" serang Prita.

"Kamu sengaja kan pisah ranjang dan mempercepat proses perceraian kita agar bisa kembali sama mantan pacar kamu itu kan. Iya kan?" pekik Prita.

"Aryo, jawab aku!" bentak Prita.

"Cukup, Prita! Aku sudah muak dengan pertengkaran ini. Kamu nggak pernah bisa memahamiku. Kamu cemburu buta, Prita!" pekik Aryo yang mulai jengah dengan kecemburuan istrinya yang tidak beralasan itu.

"Aku nggak akan kayak begini kalau kamu bersikap jujur sama aku, Mas! Katakan, siapa perempuan yang sudah merusak rumah tangga kita, Mas," bentak Prita.

Apakah yang akan terjadi selanjutnya?

Bersambung .....

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Ucing Ucay
semangat kk
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • MADU DARI MERTUA    Tekanan Untuk Berpoligami

    "Aku nggak akan kayak begini kalau kamu bersikap jujur sama aku, Mas! Katakan, siapa perempuan yang sudah merusak rumah tangga kita, Mas," bentak Prita.Aryo tetap diam"Jawab, Aryo!" teriak Prita.Aryo yang sedang menyetir justru tangannya ditarik-tarik oleh Prita hingga mobilnya pun mulai oleng."Eh, Prita! Kamu tenang dong. Aku ini lagi bawa kendaraan," sergah Aryo."Aku nggak perduli. Ayo tabrak, tabrak, Aryo!" pekiknya.Terjadi tarik-menarik hingga Aryo mulai hilang kendali. Mobil yang sedang berjalan di jalanan ibukota yang sedang sepi itu nyaris menabrak beberapa kendaraan, pengguna jalan hingga para pedagang kaki lima disekitar. Hingga akhirnya Aryo berhasil menahan mobilnya dan berhenti di sebuah sudut ibukota.Aryo dan Prita akhirnya menarik napas panjang setelah mobilnya oleng dan nyaris menabrak banyak orang jika saja Aryo tidak bisa mengendalikannya."Astaghfirullah," ucap Aryo."Kamu gila yah?! Apa yang kam

  • MADU DARI MERTUA    Sabrina Koma

    Suara dering telepon rumah Bunda Sania malam itu membuat Doni keluar dari kamarnya. Doni pun mengangkat telepon yang ada di ruang tengah rumah sang Bunda.[Hallo. Iya, betul, saya suaminya][Apa? Istri saya kecelakaan?][Baik, saya segera ke sana]Doni pun langsung mematikan teleponnya.Saat hendak bergegas pergi, Bunda Sania dan kedua saudaranya itu menanyakan apa yang terjadi sebenarnya."Doni, ada apa?" teriak Bunda Sania dari lantai 2 rumahnya."Sabrina kecelakaan, Bun," jawabnya dengan wajah kecemasan.Doni pun langsung pergi begitu saja tanpa mengindahkan panggilan sang Bunda.20 menit berlaluDoni sudah sampai di lokasi kecelakaan. Terlihat sebuah ambulance sudah berada di lokasi dan tubuh wanita yang sangat dicintainya itu sedang dibawa ke dalam ambulance."Sabrina, kamu kenapa, Sayang?" jerit Doni saat melihat Sabrina yang dalam keadaan tidak sadarkan diri."Pak, cepat bawa sekarang. Ayo, ce

  • MADU DARI MERTUA    Pertemuan Aryo dan Fani

    "Fani ...."Fani pun menoleh saat ada yang menepuk pundaknya dari belakang. Fani pun terperanjat saat membalikkan badannya, ternyata sosok laki-laki yang selama ini dihindarinya kini sudah berada dihadapannya."Aryo ...."Dua sepasang sejoli yang pernah begitu sangat mencintai itu kini saling bertatapan. Wajah Aryo begitu sumringah saat akhirnya ia bisa kembali bertemu dengan wanita yang masih sangat dicintainya itu."Ya Allah, Aryo,ini kamu?" kata Fani mencoba meyakinkan hatinya jika ini bukan sebuah mimpi. Mimpi yang akhirnya menjadi nyata."Iya, ini aku Aryo," jawab Aryo tersenyum bahagia.Fani tersenyum menahan tangisnya.Aryo pun mengenggam tangan Fani.

  • MADU DARI MERTUA    Dendam Masa Lalu

    "Mereka nggak boleh bicara empat mata?Ini bisa gawat!" batin Martin."Jika Sinta sampai bicara dengan Sania, ini bisa gawat. Ini bisa merusak rumah tanggaku dengan Sinta," gumam Martin dalam hatinya.Sinta pun bangkit dan mendekati Martin yang berdiri di depan jendela."Mama ragu mereka akan mempertahankan rumah tangga. Apalagi Sabrina sedang sakit parah," ujar Sinta."Ya, siapa yang mau sakit, Ma," timpal Martin."Papa nggak aneh? Melihat tingkahnya Sania yang selalu menekan Sabrina. Mama nggak ngerti, seolah dia punya sentimen pribadi terhadap keluarga kita," pikir Sinta."Maksud Mama?" tanya Martin."Kenapa sih, Pa? Jadi aneh, bingung ...." cecar Sinta."Ah, Papa jalan dulu," dalih Martin yang ingin menghindar dan tidak mau Sinta mengetahui lebih soal hubungannya dengan Sania di masa lalu."Papa takut sama Sania?" ucap Sinta membuat langkah Martin terhenti.Martin pun sedikit membalikkan badannya da

  • MADU DARI MERTUA    Sabrina, Bangunlah ....

    "Saya sudah membuat keputusan. Setelah Sabrina sembuh, saya akan meminta anak saya untuk menceraikan anak kamu," pekik Sania menunjuk-nunjuk ke arah Martin yang berdiri dihadapannya. Martin terperangah Sania pun kembali duduk ke kursi kebanggaannya itu. Martin hanya menggelengkan kepalanya tidak percaya dengan sikap Sania yang .... "Kamu kok begitu ekstrim. Apa salah Sabrina?" tanya Martin pada mantan istrinya itu. "Apa salahnya?" cecar Martin. "Anak itu memang tidak pernah punya salah. Tetapi, kesalahan dia satu-satunya adalah dia tidak bisa memberikan keturunan pada anak saya." "Sania, kamu sadar. Kamu nggak berhak menentukan seseorang bisa mempunyai keturunan atau tidak punya keturunan," sergah Martin. Doni pun datang dan mencoba mendengarkan pembicaraan Bunda Sania dan Papa Martin. "Hanya Allah. Hanya Allah pemilik kehidupan ini," ucap Martin tegas. "Sudah. Cukup, cukup!" bentak Sania. Ia pun menutup kedua t

  • MADU DARI MERTUA    Fani Didesak Menikah Dengan Doni

    "Sampai aku tua dan mati!" pekik Doni."Selama Sabrina masih bernyawa, aku nggak akan menyerah kecuali Allah berkehendak lain," sahut Doni tegas.Prita dan Dinda tersenyum sinis. Begitupun Bunda Sania yang tidak tahu lagi bagaimana menasihati Doni.Bunda Sania menatap Sabrina yang masih tertidur dengan pandangan nanar."Sabrina, saya nggak tahu apa kamu itu menjadi karunia atau sebaliknya menjadi malapetaka untuk Doni, anakku ...." gumam Sania dalam hatinya.Doni pun tidak mampu menahan tangisnya melihat wajah sendu Bunda Sania.****Sania mengundang Fani untuk datang ke kantornya. Demi menghormati undangan Bunda Sania, Fani pun datang ke kantornya."Assalamualaikum," sapa Fani saat memasuki ruangan mewah Bunda Sania.Wa'alaikumsalam," jawab Sania mempersilakan fani duduk."Bunda ingin membicarakan sesuatu, Fani," kata Sania tersenyum.Tidak lama, Renny, Mama Fani pun datang. Fani dibuat terkejut dengan ked

  • MADU DARI MERTUA    Sebuah Kejujuran

    Bunda Sania mengajak Dinda serta Prita untuk menemui Doni di rumah sakit. Bunda Sania ingin segera menikahkan Doni dan Fani, di saat Sabrina masih terbaring koma.Sesampainya di ruangan Sabrina"Don, mau sampai kapan kamu menunggu Sabrina seperti ini?" tanya BUnda Sania dengan tatapan nanar.Doni hanya terdiam memandangi istri yang sangat dicintainya itu. Pandangannya nanar. Bulir bening itu terasa mulai jatuh."Don, Fani itu wanita yang baik. Dia pintar dan pastinya akan memberikan kamu keturunan. Cucu yang selama ini diharapkan Bunda," tutur Prita membuat Doni seketika memandanginya dengan sorot mata tajam."Nggak kak, Fani hanya kuanggap sebatas sahabat.Bagaimana mungkin ...." ucap Doni terbata.Tiba-tiba ...Bunda Sania mengalami serangan jantung lagi saat Doni menolak permintaannya menikahi Fani."Don, menikahlah. lihat tuh, Bunda, gara-gara memikirkan kamu, sampai sakit dan ....""Iya, Kak, apa Kakak nggak kasihan

  • MADU DARI MERTUA    Keputusan Fani

    Bunda Sania yang sangat menginginkan pernikahan Doni dan Fani segera terlaksana akhirnya mulai menyusun sebuah rencana. Rencana untuk mendekatkan keduanya sebagai pasangan yang saling mencintai, bukan sebatas sahabat.Bunda Sania siang itu sengaja berbelanja di sebuah mall elite di bilangan Jakarta Selatan dan membuat janji dengan Fani. Fani yang tahu hanya ada Bunda Sania pun mau saja mengikutinya.Tanpa sepengetahuan Fani, Doni pun diminta datang untuk menjemputnya. Bunda Sania beralasan jika sedang tidak ada supir dan meminta putra kesayangannya itu datang ke mall.Bunda Sania akhirnya menghubungi Doni.[Hallo, Bunda, ada apa?][Doni, anak kesayangan Bunda, kamu di mana?][Aku lagi dijalan, Bun. Mau ke rumah sakit. Semoga hari ini ada perkembangan dari kondisi Sabrina]Sambil membawa kendaraannya, Doni mengangkat telepon sang Bunda.[Doni ke mall sekarang ya. Jemput Bunda ke si

Latest chapter

  • MADU DARI MERTUA    SEASON 2 || BALAS DENDAM FANI

    Sejak Doni menceraikannya dan mengusirnya begitu saja dari rumah, ia kembali tinggal di rumah Mamanya. Di sana ia tinggal seorang diri, meratapi nasibnya yang dipaksa menikah dengan oleh Mamanya dan Bunda Sania. Namun, saat Doni membuangnya bagai sampah, Bunda Sania tidak sedikitpun membelanya.Kebencian Fani bukan saja pada Sabrina. Namun, ia akan membalaskan semua sakit hatinya pada seluruh keluarga Doni. Terutama Bunda Sania. Fani pun mengusap air matanya, ia menatap tajam foto pernikahannya dengan Doni."Ingat, Mas, kalian semua harus membayar atas semua perlakuan kalian padaku. Aku takkan pernah membiarkan kalian semua hidup tenang!" ucap Fani dalam tangisnya.Fani yang dulu lembut, kini berubah menjadi Fani yang bengis. Fani yang dendam dan rela melakukan segala cara demi menghancurkan keluarga Natanegara. Terutama Sabrina. Ya, jika anak yang dikandungnya tidak dapat hidup bersama Ayahnya, anak itu juga harus mati.

  • MADU DARI MERTUA    Talak Untuk Fani

    Fani hanya menangis. Ia histeris, memelas maaf suaminya. Tetapi kemarahan Doni sudah pada puncaknya dan tidak bisa lagi memberikan kata maaf. Bagi Doni, Sabrina adalah segalanya. Ia akan melakukan apapun untuk menjaga Sabrina.Kesalahan yang dilakukan Fani sudah kriminal, tidak mungkin lagi ia membelanya. Bunda Sania yang sangat menyayangi Fani pun tidak lagi bisa membelanya.----------Fani masih tergeletak di depan pintu rumah mertuanya. Dia menahan sakit yang luar biasa. Fani semakin banyak mengeluarkan darah. Dia pun terus berteriak, memanggil Doni juga Bunda Sania. Tidak ada satupun yang keluar. Fani mulai takut jika ia akan kehilangan bayinya. Hanya bayi itulah sebagai pengikat agar Doni tetap mau bertahan dan tidak menceraikannya."Mas, tolong aku! Aku enggak mau kehilangan anak kita. Tolong aku, Mas …." Fani terus menerus berteriak dengan sisa tenaga yang ia punya. Hingga akhirnya, Bunda Sania pun keluar. Walau

  • MADU DARI MERTUA    Kejahatan Fani Terungkap

    Sabrina hampir saja tertabrak mobil Beck. Seorang lelaki dengan sigap menyelamatkannya. Sabrina yang pingsan karena syok, segera dilarikan ke rumah sakit. Ia khawatir jika terjadi sesuatu dengan kandungan Sabrina."Bertahan, Sabrina. Bertahanlah demi anakmu!" kata Aryo yang membawa iparnya itu ke rumah sakit.Sesampainya di rumah sakit, Sabrina segera dibawa ke ruang UGD. Di sana, ia ditangani oleh Om Indra. Aryo hanya bisa menunggu di luar. Aryo pun segera menghubungi Doni.[Sabrina kecelakaan. Sekarang di tangani Om Indra. Kamu secepatnya ke sini ya!]Doni langsung panik ketika membaca pesan Kakak iparnya itu. Ia segera berlari cepat menuju mobilnya. Di dalam perjalanan Doni pun menghubungi Aryo. [Gimana, Sabrina?][Dia masih ditangani. Kamu segera ke sini ya.]Tidak lebih dari lima belas menit, Doni sampai di rumah sakit. Tidak lama berselang, ke

  • MADU DARI MERTUA    Mukjizat Itu Nyata

    Doni yang panik, akhirnya membawa Sabrina ke rumah sakit. Sesampainya di sana, sang istri segera ditangani dokter jaga.Doni hanya bisa menunggu di luar, dengan harap cemas. Beberapa saat kemudian dokter jaga pun keluar. Berbarengan dengan Dokter Indra yang tidak lain omnya sendiri."Gimana, Sabrina?" cecar Doni yang panik memikirkan keadaan istrinya itu."Biar Dokter Indra saja yang berbicara. Maaf, saya harus mengecek pasien lain." Dokter jaga itupun berlalu pergi."Om, gimana, Sabrina?" tanya Doni."Kita bicara di ruangan Om saja.""Duh, ada apa sebenarnya?Jangan buatku takut seperti ini, Om?" gerutu Doni.Om Indra pun mengajak Doni ke ruangannya untuk membicarakan hal ini. Doni yang semakin tidak menentu perasaannya semakin dibuat penasaran. Ia takut, ada hal buruk menimpa istri yang paling dicintainya itu."Duduklah, Doni."

  • MADU DARI MERTUA    Sifat Asli Fani

    Fani pun mulai merasa tidak nyaman. Ia memutuskan untuk pergi lebih dulu. Fani mulai kesal dan menganggap Sabrina sengaja mempermalukannya.Saat di parkiran, Fani mengirimkan pesan pada Doni. Fani meminta sang suami datang ke rumah Mamanya karena ia akan kembali ke sana. Fani ingin menghabiskan waktu bersama Doni. Hanya berdua.[Nanti sore, kamu pulang ke rumah Mamaku. Aku butuh kamu malam ini.]Fani akhirnya langsung pergi meluncur dengan mobilnya. Di dalam perjalanan, ia menggerutu dalam hati. Rasa bersalah yang kemarin dirasakannya kini hilang berganti dengan kebencian pada madunya, Sabrina."Awas kamu, Sabrina. Kamu akan rasakan pembalasanku. Dari dulu, kamu selalu saja mengambil perhatian Mas Doni. Padahal, aku yang lebih dulu mengenal dan mencintainya," gerutu Fani.Fani pun membuat sebuah rencana untuk mulai membongkar pernikahan poligami ini. Nanti malam, saat Doni datang, Fani aka

  • MADU DARI MERTUA    Meninggalnya Nyonya Renny

    Fani pingsan. Ia tidak kuat menerima kenyataan kalau Mamanya kini sudah tiada. Fani pun dilarikan ke UGD. Setelah beberapa saat, Fani pun tersadar. Ada Bunda Sania dan Sabrina yang menungguinya sampai tersadar.Fani pun menangis di pelukan Sabrina. Sabrina sangat tahu, Fani sangat kehilangan. Mamanya yang mendadak pergi, tanpa diketahui selama ini mengidap penyakit kronis."Sabrina, aku sendiri sekarang. Aku enggak punya siapa-siapa lagi." Fani pun terisak.Sabrina paham, Fani sangat berduka, ia butuh teman yang selalu menjaga dan menemaninya dalam kondisi apapun."Fan, ada aku, Mas Doni dan keluarga yang akan selalu jaga kamu. Iya kan, Mas?" tanya Sabrina sambil menatap wajah suaminya yang panik."E-ee ....""Iya, dong! Fani kan sudah jadi keluarga, Doni akan selalu menjaga semua anggota keluarga kita. Betul, Doni?" Bunda Sania menatap tajam."Iya, kamu t

  • MADU DARI MERTUA    Anniversary

    Sejak hubungan Doni dan Fani melunak, mereka semakin dekat. Meski Doni hanya mencintai Sabrina, tetapi kini dia mulai mau menjalankan kewajibannya sebagai suami pada Doni. Doni pun memberikan nafkah batin kepada Fani. Hal yang tidak pernah dilakukan Doni.Tidak dipungkiri, Doni sepertinya mulai menikmati pernikahannya dengan Fani. Fani yang mencintai Doni sejak lama pun cukup bahagia. Meski ia tahu, Doni melakukannya hanya untuk memenuhi kewajibannya, tetapi ia yakin, suatu saat hatinya akan luluh dan suaminya itu bisa mencintainya, meski tak sebesar cintanya pada Sabrina.Bunda Sania sangat menyayangi Fani. Dia berharap jika Fani bisa segera hamil dan memberikan cucu laki-laki padanya. Karena hasratnya yang besar, Ibu mertuanya pun meminta Fani memeriksakan kondisi kesehatan rahimnya."Fan, gimana hasilnya?" tanya Bunda Sania."Alhamdulillah, Bun, semuanya baik-baik saja dan kata dokter, aku s

  • MADU DARI MERTUA    Doni Menolak Bercerai

    Keputusan Fani menikah dengan Doni memang karena perjodohan. Kedua orang tua mereka yang sudah bersahabat sejak lama, ingin agar anak-anaknya itu berjodoh. Apalagi Sania, ia ingin Doni memiliki keturunan.Bunda Sania syok saat mendengar keputusan Fani meminta cerai.dari putra kesayangannya itu. Doni pun terdiam, ia bingung harus mengambil keputusan apa.Di satu sisi dia sangat mencintai Sabrina, tetapi Bunda Sania juga tidak menginginkan dia dan Fani bercerai."Apa yang harus kulakukan?" gumam Doni dalam hatinya.Fani pun memutuskan keluar dari rumah kedua orang tua suaminya itu. Dia kembali ke rumah Mamanya. Fani menangis, bersimpuh dihadapan Mamanya dan meminta kerelaan Nyonya Renny agar mengikhlaskan jika ia harus bercerai dengan Doni dan menjadi seorang janda."Ma, aku mau bercerai dengan Mas Doni. Ak

  • MADU DARI MERTUA    Fani Meminta Cerai

    Aryo dilema.Antara memberitahu keadaan suaminya yang sudah berbagi cinta atau ikut menyembunyikan pernikahan kedua adik iparnya itu."Mas, ada apa?" tanya Sabrina lagi."Nggak kok. Kita kan sudah lama nggak ketemu, Sabrina. Kamu kan tahu, sejak hubunganku dan Prita memburuk, aku jarang ikut kumpul bersama keluarga Bunda. Makanya setelah mendengar kabar kamu, aku ingin bertemu. Alhamdulillah ya, sekarang kamu sehat dan baik-baik aja," dalih Aryo. Aryo pun menghentikan langkahnya memberitahu Sabrina yang sebenarnya. Aryo tidak ingin terjadi sesuatu pada wanita solehah itu. "Oh, aku kira ada apa?" kata Sabrina tertawa."Aku kangen deh Mas sama Sisil. Gimana kabarnya Sis, Mas?" tanya Sabrina.."Sisil baik. Kenapa kamu nggak ke rumah Bunda aja?" timpal Aryo. Ia berusaha menyelidiki apakah Sabrina sudah curiga atau belum."Aku nggak boleh ke sana, Mas. Karena

DMCA.com Protection Status