Home / Pernikahan / Pernikahan Rahasia Suamiku / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of Pernikahan Rahasia Suamiku: Chapter 81 - Chapter 90

137 Chapters

BAB 80 - HANAN?

Waktu sudah menunjukan pukul empat sore saat Ayesha baru sampai di rumah setelah mampir ke sebuah toko kue yang ada di dekat kantor.   Makanan manis adalah kesukaan putranya, ia tak mungkin melupakan itu. Keningnya heran ketika mendapati ada mobil yang terparkir di depan rumahnya.   ‘Tamu? Siapa?’   Ayesha bergegas masuk dan seketika matanya membulat saat mendapati kondisi putranya yang mengalami luka-luka di beberapa bagian.   “Kamu kenapa bisa begini, Zen. Bilang sama mommy, siapa yang melakukan ini!” seru Ayesha, memindai seluruh tubuh sang anak dari atas sampai bawah hingga tak menyadari bahwa ada sesosok lelaki yang menatapnya.   “Jatuh, Mom. Motorku menabrak mobil om Hanan yang kebetulan sedang parkir,” jawab Arzen terlihat menunduk.   “Om Hanan siapa?”   “Itu orangnya ada di belakang mommy,” sahut Arzen pelan.  
Read more

BAB 81 - HARUS KUAT

Hari pertama bekerja, Ayesha sudah dibuat kesal oleh perintah-perintah yang dilakukan Vanya—sekretaris satu yang ternyata adalah adik ipar dari pimpinan perusahaan.   Namun karena Ayesha baru pertama ia hanya bisa sabar dan menghela napas berkali-kali untuk meredakan segala kekesalan yang dirasa.   “Jangan bengong aja, kerjakan yang benar. Sebagai sekretaris dua kamu harus bantu pekerjaanku dengan baik.”   “Baik, Nona.” Hanya itu yang keluar dari bibirnya sepanjang ia mendapatkan banyak omelan dari wanita yang bersikap bossy tersebut.   Bahkan saat ia sibuk mengerjakan tugas yang diberikan, justru wanita itu dengan bermain ponsel bahkan terkekeh dengan suara yang cukup terdengar mengganggu.   “Ini sudah selesai, Nona Vanya. Apa perlu aku juga yang mengantarkannya ke ruangan Tuan Marvin?” tanya Ayesha dengan penuh penekanan.   Vanya memelototi sebelum bangkit
Read more

BAB 82 - DI ANTARA MEREKA

“Untuk apa kamu di sini malam-malam, Tuan Hanan?” Ayesha menyilangkan kedua tangan dengan tatapan penuh selidik. “Maaf, Nona Ayesha. Kamu adalah tetangga baru, sebagai warga yang baik, aku ingin mengirimkan bingkisan sebagai tanda perkenalan.” Ayesha tampak terkejut. Dia di sini sudah berminggu-minggu dan sudah beberapa tetangga dekat dikunjungi, tetapi tak tahu bahwa lelaki ini adalah tetangganya juga. ‘Rumahnya di mana?’ batinnya bertanya-tanya heran. “Rumahku tepat di sebelah kanan,” ucapnya memberitahu. “Terima kasih,” ucap Ayesha, menerima bingkisan kue kering yang dibawa lelaki itu. “Bagaimana kabar Arzen?” “Dia lagi demam. Sekarang sudah tidur.” “Mungkin dia terkejut sekaligus syok. Sudah di bawa ke rumah sakit?”
Read more

BAB 83 - KEDEKATAN

Sudah satu bulan Ayesha bekerja di perusahaan milik Marvin dan mulai terbiasa dengan segala cercaan dan omelan dari Vanya. Seperti biasanya ia lebih memilih diam daripada ribut atau sekadar menanggapi. Tak akan ada habisnya, ia yang masih waras lebih baik mengalah. Karena ia lebih suka kedamaian dan ketenangan. “Ayesha.” Mobil sport hitam berhenti tepat di depannya yang masih menunggu taksi. Kebetulan pagi tadi ia memang tidak membawa mobil karena sedikit ngantuk dan takut terjadi sesuatu di jalan. Marvin membuka kaca mobil dan berniat memberinya tumpangan. “Tidak perlu, Tuan. Terima kasih, saya nunggu taksi saja.” Kebetulan ia sedikit harus pulang telat karena ada pekerjaan yang belum selesai karena Vanya tidak masuk beberapa hari. “Masuklah. Ini sudah larut, tidak baik jam segini kamu masih di jalan. Aku akan mengantarmu.&rdquo
Read more

BAB 84 - TIDAK SUKA

Langit biru nampak begitu cerah. Matahari sudah mulai meninggi saat Ayesha dan Arzen dalam perjalanan menuju salah satu pusat perbelanjaan. Sesampainya di sana mereka berkeliling, memasuki satu toko ke toko yang lain dan memilih beberapa barang, baik pakaian, tas dan juga sepatu. Ayesha tak melarang, ia hanya mengingatkan untuk mengambil seperlunya saja. Berkeliling hampir satu jam, akhirnya mereka singgah di toko buku. Arzen meminta untuk membeli beberapa buku bacaan tentang sejarah dan fisika, sementara Ayesha langsung menuju deretan novel. “Ayesha,” panggil seseorang membuatnya menoleh. “Hai, Marvin,” sapa Ayesha menutupi keterkejutan di wajah dengan senyum tipis. “Sedang apa?” “Ngantar anakku beli buku. Kamu sendiri sama siapa di sini?” tanya Ayesha basa-basi. “Sama, ngantar anak b
Read more

BAB 85 - TAK INGIN MENYERAH

Cukup lama keduanya hanya diam. Ayesha juga tak tahu harus memulai dari mana. Sebenarnya ada yang ingin ditanyakan, bagaimana lelaki itu tahu bahwa ia ada di rooftop.   Suara berdeham lelaki itu berhasil membuatnya menoleh.   “Ada yang ingin kutanyakan.”   “Tanyakan saja, Marvin.” Mendengar jawabannya lelaki itu justru mendengkus pelan.   “Kenapa kamu selalu menghindar? Apa kehadiranku membuatmu tidak nyaman?” Marvin menoleh dan sepenuhnya bisa menatap wajah cantik wanita berhijab yang menundukkan kepala.   “Kedekatan kita, bisa menimbulkan salah paham.”   Alis Marvin menukik tajam.   “Shalimar, putriku satu-satunya. Bulan depan usianya tujuh tahun. Mamanya sudah meninggal saat melahirkan dan meninggalkan aku dengan status duda.” Marvin tampak berkaca-kaca saat mengatakannya. Ada seulas senyum pedih yang tergambar dari sorot matanya.
Read more

BAB 86 - CINTA DITOLAK, KEMEWAHAN BERTINDAK

Hanan kembali ke rumah, disambut tatapan penuh selidik sang ibu yang berdiri di depan pintu.   “Dengan siapa kamu bicara?”   “Tetangga baru, Ma.”   “Cantik,” ucap Helen—ibunya.   “Memang cantik, Ma.” Hanan menjawab dengan senyum lebar justru membuat Helen curiga.   “Tapi cantik saja tidak akan cukup untuk menjadi calon istri kamu, Han. Wanita yang masuk ke keluarga kita harusnya sederajat, cerdas dan bisa mendampingi kamu.” Helen kembali mengingatkan kriteria calon istri yang bagi Hanan sebenarnya tidak terlalu penting.   “Aku sudah dewasa, Ma. Biarkan aku memilih calon istri sendiri sesuai yang kumau.”   “Jangan membantah, Han.”   “Aku menyukainya, Ma.”   “Dari keluarga mana? Apa pekerjaan, pendidikan dan statusnya?” tanya Helen beruntun.   “Dia dari New York. Kerja di salah
Read more

BAB 87 - AKU INGIN MEMBUNUHNYA

Helen dilarikan ke rumah sakit karena pendarahan di kepala lumayan banyak hingga tak sadarkan diri. Ayesha berjalan mondar-mandir di ruang tamu dengan perasaan cemas, takut terjadi sesuatu hal buruk pada kondisi wanita paruh baya tersebut. Sementara Arzen masih belum bisa mengendalikan emosinya dengan baik karena sampai saat ini ia tak menunjukkan raut apa pun. “Sudahlah, Mom. Tidak perlu cemas pada orang tua itu, aku tak melakukan kesalahan. Ini adalah pembelaan.” Arzen melirik ibunya sedikit. “Tapi bukan dengan cara kekerasan, Zen. Kamu bisa membuat nyawanya dalam bahaya.” “Bahkan aku rela membunuh seseorang yang berani menghinamu, Mom.” Sontak ucapan Arzen membuat Ayesha terkejut, tubuhnya menegang beberapa detik. “Bicara apa kamu. Jangan bicara sembarangan. Mommy tak pernah mengajarimu seperti ini, Zen.” &ld
Read more

BAB 88 - DEKAT DENGANMU

“Ayesha, aku tidak tahu—” Wanita berhijab merah maroon itu langsung memukuli Hanan yang baru saja mendekat. Tanpa mau mendengar penjelasan apa pun walau hanya sepatah kata. “Ini semua gara-gara kamu, andai kamu tak mendekati kami dan mendengarkan ucapanku, ini semua tak akan terjadi,” teriak Ayesha keras. “Aku minta maaf,” ujar Hanan lirih. “Menjauh dari hidupku jika kamu benar-benar ingin membuat kami terbebas dari masalah.” “Aku mencintaimu, Ayesha.” “Tapi perasaanmu membuatku dalam masalah!” Marvin segera mendekat dan melerai keduanya. Saat ini bukan waktu yang tepat untuk berdebat. Tangis Ayesha seketika pecah, sudah hampir satu jam menunggu tetapi Arzen belum keluar juga. Sang anak didampingi pengacara yang didatangkan oleh Marvin. Awal
Read more

BAB 89 - PERMUSUHAN SENGIT

Keesokan paginya sesuai janji, Marvin sudah menunggu di depan rumah untuk menjemput Ayesha. Sebelum berangkat ke kantor, mereka mengantarkan Arzen ke sekolah lebih dulu. “Maafkan sikap Arzen yang dingin,” ucap Ayesha setelah sang putra turun dari mobil. “Aku paham.” Marvin tersenyum hingga wajahnya terlihat begitu teduh. Ayesha memilih memalingkan wajah, tiba-tiba dadanya terasa sesak karena terus berdebar dengan keras. Tanpa sadar tangannya mengusap dada pelan, membuat Marvin yang ada di sebelah mengernyit heran. “Kamu kenapa?” “Nothing.” Ayesha meminta diturunkan seratus meter sebelum sampai di kantor, ia tak mau ada gosip lagi yang membuat namanya buruk. “Tidak akan ada yang akan membicarakanmu, Ayesha.” “Tepatnya belum, karena kompor meleduk tidak a
Read more
PREV
1
...
7891011
...
14
DMCA.com Protection Status