Home / Pernikahan / Pernikahan Rahasia Suamiku / Chapter 101 - Chapter 110

All Chapters of Pernikahan Rahasia Suamiku: Chapter 101 - Chapter 110

137 Chapters

BAB 100 - JAKARTA

“Mom, boleh aku bertanya sesuatu?”Ayesha mengangguk. “Sure,” sahutnya yang masih sibuk dengan beberapa kertas yang berserakan di atas karpet.“Apa aku benar-benar tidak punya daddy hingga kamu merahasiakannya, Mom? Aku hanya ingin tahu nama dan wajahnya saja,” ucap Arzen dengan wajah memohon.Seketika itu juga Ayesha membeku, ia menoleh sekilas dan tersenyum. “Berapapun kamu bilang tidak punya daddy, aku menyangkal Zen. Karena semua yang kamu pikirkan sama sekali tidak benar,” sahutnya sambil menggelengkan kepala.“Lalu siapa namanya?”“Aku sudah pernah mengatakannya dulu, kamu yang melupakannya, Zen,” jawab Ayesha menahan senyum, menggoda sang anak adalah salah satu hobi barunya.Arzen selalu terlihat serius ketika bertanya siapa ayahnya. Dan wajah serius itu mengingatkannya pada sosok lelaki yang dulu dicintai sekaligus penyebab segala sengsara yang dilalui.“Kapan, Mom?”“Saat usiamu tujuh tahun.”“
Read more

BAB 101 - MISI ARZEN

Arzen mulai melancarkan aksinya. Setelah masuk kamar, ia mengganti pakaian dengan yang lebih santai.Remaja berusia empat belas tahun itu semakin menarik curiga ketika lama Bulan terlontar begitu saja. Ia yakin sang ibu ada hubungannya dengan sosok yang disebut tersebut.Arzen keluar dengan wajah yang sudah segar, ia melangkah dengan mata yang awas melihat sekitar.Rumah mewah ini hampir mirip rumahnya di New York, tetapi suasana di sini lebih rindang dengan banyak tanaman dan pepohonan hijau yang menyejukkan sejauh mata memandang.Turun ke lantai bawah, banyak potret yang terpajang di dinding, foto kedua orang tua tersebut hampir memenuhi seluruh dinding di ruang keluarga.“Apa oma dan opa tak punya anak, ya?” tanya Arzen bergumam pada diri sendiri.Bahkan di sana ada potret sang ibu juga bersama dengan oma dan opanya, mungkin sewaktu muda dulu. Wajahnya sama sekali tidak berubah, hanya saja penampilan ibunya memang berbeda dari
Read more

BAB 102 - PUTARAN TAKDIR

“Aku tahu, tidak perlu dijelaskan. Aku sudah biasa menerima jawaban yang sama. Tidak apa-apa, maafkan aku.” Arzen langsung berlari ketika tak ada jawaban dari kedua orang tua yang menjadi harapannya.Tak lama Ayesha muncul dengan wajah sembab. Sebenarnya sedari tadi, ia menguping pembicaraan tersebut. Ingin tahu apa yang sebenarnya ingin ditanyakan Arzen.Namun ketika pertanyaan sensitif itu muncul, ia harus menghentikannya. Jangan sampai mereka mengatakannya karena ia belum siap.Benar-benar belum siap jika harus bertemu dengan masa lalu, apalagi harus mengungkitnya lagi. Ini bukan hanya soal pembalasan dendam, Ayesha bahkan tak memiliki perasaan buruk itu.Semua ini juga bukan keinginannya. Bahkan sedikitpun ia tak memiliki niat untuk menjauhkan anak dan ayah tersebut. Namun, kembali lagi, hatinya belum siap membuka tabir masa lalu yang amat menyakitkan.“Maafkan Arzen, dia memang akhir-akhir ini kembali berulah.”“Sampai kapan kamu ak
Read more

BAB 103 - KENYATAAN

Pukul sepuluh malam seorang lelaki datang kembali ke rumah orang tuanya. Ia datang tanpa kabar membuat kedua orang tuanya terkejut dan panik.Segera Papa Andre memintanya untuk segera masuk ke kamar. Membuat lelaki itu semakin curiga melihat gelagat kedua orang tuanya.“Ada apa, Pa?” tanyanya heran.“Ada apa kamu datang ke sini? Kenapa tidak berkabar dulu, kapan kamu sampai di Jakarta?” Pertanyaan beruntun itu ditodongkan Papa Andre.“Memangnya kenapa, apa yang kalian sembunyikan?”“Tidak ada, hanya heran.”“Apa mengunjungi orang tua harus memberikan kabar lebih dulu?”“Bukan itu yang kami maksud.”“Aku tahu ada yang kalian sembunyikan.”“Jangan bicara sembarangan, kami tidak menyembunyikan apa pun.”“Siapa Arzen?” todong lelaki itu membuat kedua orang tua itu menegang dengan mata yang melebar sempurna.“Arzen siapa, kami tidak tahu siapa yang kamu maksud!” bentak Papa Andre lantang.
Read more

BAB 104 - ARUS TAKDIR

Tubuh Arzen terpental akibat hantaman keras dari sebuah mobil yang melaju dengan kecepatan tinggi. Darah mengalir deras, bahkan kedua lelaki dewasa itu terlihat histeris. Tanpa menunggu waktu mereka segera membawa Arzen ke rumah sakit.Sesampainya di sana, baru Papa Andre menghubungi istrinya dan memintanya datang bersama dengan Ayesha.Sementara Ayesha yang berdiam diri di kamar sama sekali tidak tahu dengan apa yang terjadi. Bahkan saat Mama Silvi mengetuk pintu berulang kali, ia terkejut saat tanpa aba-aba wanita tua itu menyeretnya pergi tanpa membiarkannya bertanya.“Kita mau ke mana, Ma?” tanya Ayesha saat mobil yang ditumpangi melesat dengan cepat. Namun dari wajah Mama Silvi yang panik dan cemas, ia menduga ada sesuatu yang tidak beres.“Ma, katakan sesuatu!”“Arzen kecelakaan.”Deg! Ayesha mematung. Kapan? Di mana? Mungkin itu pertanyaan yang ada di benaknya.“Bagaimana bisa? Arzen ada di kam
Read more

BAB 105 - SETELAH SEKIAN LAMA

Arzen telah dipindahkan ke ruangan rawat setelah kondisinya dikatakan stabil. Tidak ada luka dalam yang terjadi, hanya saja benturan yang keras membuat kepalanya luka dan mengeluarkan banyak darah.Namun saat diperiksa lanjutan, tidak ada yang serius yang perlu dikhawatirkan. Semuanya aman.Ayesha masuk ke kamar, mendekati ranjang dan memberikan kecupan di puncak kepala sang anak. Ia menatap wajah sang putra yang masih belum sadarkan diri.“Cepat sembuh, Sayang. Mommy sedih melihatmu seperti ini,” ucapnya pelan, mengusap pipi yang menampilkan beberapa goresan tersebut.Ayesha berbalik dan melihat ketiga anggota keluarga Herlambang duduk dengan wajah yang mulai mengantuk.“Kalian bisa pulang, aku akan menjaga anakku sendiri,” ucap Ayesha datar.Sebelum Mama Silvi menjawab, Papa Andre lebih dulu melontarkan jawaban, “Iya.”Namun lima menit setelah mereka keluar ruangan, Alfan kembali masuk ke dalam ruangan. Tak bicara sepa
Read more

BAB 106 - DIBENCI

ALFAN FATIH HERLAMBANG merasakan sesuatu yang lebih dari disebut bahagia. Ketika mendengar kenyataan bahwa istri dan anaknya ternyata masih hidup, ada perasaan membuncah yang tak bisa dijelaskan.Kenyataan itu memang membuatnya syok, tetapi ia bahagia. Apalagi saat tahu bahwa remaja yang selama ini dekat dengannya adalah Rayan, anak kandungnya.Benar saja perasaan sayang itu muncul tanpa diduga, bahkan di pertemuan pertama mereka. Ada sesuatu yang menarik perhatian, atau mungkin itu adalah ikatan batin anak dan ayah.Sejak pertemuan pertama dengan Arzen, ia selalu memikirkannya. Bahkan selalu tak sabar untuk menunggu hari esok agar bisa bertemu kembali. Mungkin itu yang namanya takdir, tanpa diminta, tanpa diduga, akhirnya Tuhan mempertemukan mereka dengan cara yang berbeda.Arzen yang butuh sosok ayah, lalu ia yang masih berduka atas kepergian anak dan istrinya. Tuhan maha baik, tak hentinya Alfan bersyukur kepada-Nya untuk setiap skenario yang t
Read more

BAB 107 - DIABAIKAN

Sejak ucapan Ayesha yang menohok tersebut, wanita itu memilih menjaga jarak dari Alfan. Bahkan ia selalu memilih menghindar tiap kali lelaki itu ingin mengajaknya bicara.Pertemuan setelah sekian lama itu tidak berjalan dramatis seperti kisah-kisah manis, yang akan saling berpelukan dan mencurahkan kerinduan.Mereka dua orang dewasa yang sama-sama saling merindukan, tetapi menyembunyikannya dengan cara yang berbeda. Jika Ayesha dominan dengan kemarahan, maka Alfan hanya akan menjadi pendengar.Siang itu Alfan baru saja tiba di rumah sakit setelah dari kantor untuk melakukan rapat penting.Saat berjalan di koridor rumah sakit, Alfan mengejar langkah Ayesha yang berjalan sendirian dengan dua kantong plastik di tangan.“Ayesha,” panggil Alfan lirih.Yang dipanggil hanya melirik singkat dengan wajah dingin, tanpa sepatah kata terucap.“Bisakah kita bicara?”“Tidak ada yang perlu dibicarakan lagi,” sahut Ayesha datar
Read more

BAB 108 - HUKUMAN

Walau sudah ditolak, diabaikan, tetapi ternyata Alfan tidak menyerah dan putus asa. Ia tetap berada di sekitar Arzen dan Ayesha dan memilih membekukan hati untuk menerima sikap ibu dan anak tersebut.Alfan mendekat ke arah ranjang, menatap Arzen yang tengah sibuk dengan ponselnya. Bahkan remaja itu benar-benar tak sedikitpun melirik.“Arzen,” ucap Alfan pelan, ingin menyentuh sang anak tetapi remaja itu menghindar.“Maafkan aku, Nak. Maafkan kesalahan lelaki jahat ini, kamu boleh marah, memaki bahkan memukul, tapi jangan abaikan kehadiranku. Kesalahan di masa lalu memang tak bisa diperbaiki, yang bisa dilakukan hanya memperbaiki masa depan. Andai jika Tuhan mengizinkan waktu berputar, aku pasti akan mengubah semua jalan hidup kita. Jika bisa aku bahkan rela menukar hidupku untuk kalian,” lanjut Alfan, menatap dalam Arzen yang tak bereaksi apa pun.“Semua memang salahku, ibumu orang yang baik. Bahkan dia yang terbaik, aku saja yang bodoh. Sean
Read more

BAB 109 - MULUT TAJAM

Kepulangannya disambut bahagia oleh Mama Silvi. Namun wanita tua itu sedikit menghindari Ayesha. Ia hanya menyapa seadanya, membuat wanita berhijab ungu tersebut memilih diam saja.“Arzen tidur di kamar daddy, ya,” tawar Mama Silvi dengan senyum cerah.“Terserah, Oma. Aku bisa tidur di kamar mommy juga tidak masalah.”“Biarkan Arzen memilih kamar yang diinginkan, Ma,” sela Alfan, ia tak mau membuat sang anak tidak nyaman dengan berada di satu ruangan yang sama. Walaupun ia menginginkannya.“Jika tidak keberatan aku ingin di kamarmu, Om.”Alfan mengangguk dengan senyum lebar.“Lho kok om, panggil dia daddy dong,” sahut Mama Silvi terdengar tak terima.“Sudahlah, Ma. Jangan memancing keributan,” bisik Papa Andre melerai. Sejak pertengkaran dengan Ayesha, sikap istrinya memang berubah. Dulu Mama Silvi adalah seseorang yang ada di garda terdepan jika menyangkut tentang Ayesha, tetapi kini semuanya berubah. Bisa jad
Read more
PREV
1
...
91011121314
DMCA.com Protection Status