Beranda / Romansa / My Mafia / Bab 1 - Bab 10

Semua Bab My Mafia : Bab 1 - Bab 10

17 Bab

Bab 1 : Sang Mafia

Malam di kota London begitu terasa menusuk dan menyeramkan di sebuah bangunan kumuh di sudut kota. Rintik air hujan yang masuk ke dalam atap turun membasahi lantai. Hujan turun begitu derasnya di luar sana. Suasana di luar terasa tentram. Tapi terasa sunyi dan menyeramkan di dalam sebuah bangunan kumuh.    Tiga orang pria dengan kemeja putih yang sudah kotor menundukkan kepala ketakutan. Wajah mereka terlihat sangar tapi berbeda dengan ekspresi yang mereka tunjukkan. Ada guratan ketakutan di raut wajah mereka yang tidak bisa disembunyikan.    Di depan ketiga orang tersebut. Ada sepuluh orang pria yang memakai setelan jas hitam yang rapi dengan kacamata hitam yang bertengger di hidung mancung mereka. Sepuluh orang tersebut menatap ke depan tanpa ekspresi.    Tak   Tak   Tak   Suara langkah kaki seseorang bergema di bangunan kumuh tersebut. Seora
Baca selengkapnya

Bab 2 : Datang Ke Indonesia

"I'm leaving London." Ujar Caesar pada John. (Aku akan pergi dari London.)  John terkekeh sinis mendengar itu. Ia sudah menduga Caesar akan mengatakan hal itu padanya. Tapi rasanya tetap saja kesal.  "Then who will take care of this mafia syndicate? Drug smuggling? Human trafficking? Gun sales? And the black market?" Tanya John kesal. (Lalu siapa yang akan mengurus sindikat mafia ini? Penyelundupan narkoba? Perdagangan manusia? penjualan senjata? Dan pasar gelap?)  "That's me?" John menunjuk dirinya sendiri dengan wajah kesal. (Itu aku?)  "Of course you. Who else?" Balas Caesar ringan. (Tentu saja kau. Siapa lagi?)  "You're worthy enough to be a mobster after all, John." Lanjutnya ringan. (Lagipula kau cukup layak untuk menjadi seorang Mafia, John.)  Kekesalannya John semakin meningkat mendengar ucapan ringan Caesar. Ia terkekeh
Baca selengkapnya

Bab 3 : Tersesat

"Kak Angga apa maksud postingannya kak Jian?! Kenapa kalian berdua pakai baju pengantin, ha?! Maksudnya apa?!!" Camelia berteriak marah dengan mata yang berkaca- kaca. Setelah melihat postingan itu dia langsung meninggalkan cafe dan menemui Anggara. Meminta penjelasan dari apa yang dilihatnya itu. Camelia benar-benar berharap agar itu semua salah. Anggara tidak mungkin mengkhianatinya dengan menikah dengan Jian.  Di depannya, Anggara hanya bisa diam dengan kepala yang menunduk ke bawah. Tidak ada penjelasan yang keluar dari mulutnya. Dan itu membuat Camelia semakin marah.  "Kak Angga jawab! Apa bener kak Angga akan menikah dengan kak Jian?!"  Lagi, Anggara tetap diam. Camelia menarik napasnya dalam. Melihat kebisuan Anggara, dia yakin jika yang dikatakan Alisya benar. Anggara memang akan menikah dengan Jian.  Camelia menitikkan air matanya lalu menatap Anggara. "Ternyata benar. Kak Angga memang akan menikah dengan kak Jian." Ujarny
Baca selengkapnya

Bab 4 : Gadis Aneh

Camelia menatap waspada semua hal di sekiranya. Jalan yang sepi tanpa suara manusia atau hewan ini benar-benar membuat Camelia merinding ketakutan. Biasanya tempat-tempat seperti ini banyak sekali penunggunya. Memikirkan hal menakutkan itu membuat Camelia semakin merinding. Ia berharap semoga saja tidak ada sosok menakutkan di tempat ini.    Tiba-tiba saja mata Camelia tidak sengaja menangkap sesuatu bergerak di atas pohon beringin. Camelia terkejut dan langsung berlari ketakutan. "Huaaa papa tolongin Camelia. Ada hantuuuu paa!!" Seru Camelia berteriak ketakutan.    Camelia terus berlari sekuat tenaganya tanpa memperdulikan kemana arah jalannya. Yang ia pikirkan adalah bagaimana caranya ia pergi dari tempat menyeramkan itu.    Camelia berlari sambil menengok ke belakang. Memastikan jika tidak ada hantu yang mengejarnya. Dan tepat dari arah depan sebuah mobil melaju dengan cepat ke arahnya. Cahaya terang da
Baca selengkapnya

Bab 5 : Rencana Balas Dendam

"Rumah yang bercat putih. Itu rumahku." Seru Camelia memberitahu.    Ali mengangguk lalu mengemudikan mobilnya ke rumah yang ditunjuk Camelia. Mobil hitam miliknya berhenti tepat di luar pagar rumah Camelia.    Caesar melirik rumah bercat putih itu dari dalam kaca mobil. Menatap rumah Camelia yang sangat besar dan megah. Ia melirik sekilas Camelia yang turun dari mobil. Ia mendengus. Akhirnya gadis itu turun.    Camelia mengetuk kaca mobil depan lalu tersenyum senang. "Terimakasih telah mengantarkanku pulang." Ujarnya pada Ali.   Ali membuka kaca mobilnya lalu mengangguk kecil. "Sama-sama."    Sekilas Camelia menatap wajah Caesar dari luar kaca mobil. Terlihat sekali jika pria asing itu sangat berharap dirinya segera pergi. Camelia menyeringai memikirkan sesuatu. Kemudian dia mengetuk kaca mobil belakang. Caesar menoleh ke arahnya dengan tatapan sinis. 
Baca selengkapnya

Bab 6 : Tipe Cowok

Caesar pikir saat ia mengatakan ingin apartemen yang bagus dan jauh dari keramaian. Ali akan membawanya ke apartemen yang kecil yang jauh dari sekitaran penduduk. Apalagi saat mereka tadi melewati jalan yang cukup sepi, menambah asumsi Caesar. Dan ternyata apartemennya cukup bagus dan jauh dari keramaian orang. Karena letak apartemennya yang tidak di tepi jalan. Tapi kesalnya apartemen itu berpenghuni.    "Kenapa apartemen ini berpenghuni?" Caesar berdecak kesal dengan raut datar.   "Terakhir aku ke sini apartemen ini memang tidak berpenghuni. Tidak ada orang yang tinggal di apartemen ini. Tau-tau saat kau pulang apartemen ini sudah dihuni 3 orang." Jawab Ali seraya menggaruk tengkuk belakangnya yang tidak gatal.    Caesar sebenarnya tidak suka. Apalagi 3 orang itu adalah perempuan. Dia tidak ingin seatap dengan makhluk yang namanya perempuan. Karena baginya perempuan itu sangat mengangguk dan membuatnya risih.
Baca selengkapnya

Bab 7 : Gadis Aneh Di Cafe

Sebelum datang ke Indonesia, Caesar sudah menyiapkan semuanya dengan matang. Ia kabur dari London dengan menyamarkan indentitasnya, agar tidak ada yang bisa mencari tau keberadaannya. Membuat semua CCTV di jalan dan tempat-tempat yang ia lalui mati, agar tak seorang pun yang bisa meretas keberadaannya. Terakhir, ia meninggalkan kartu ATM, kartu kredit, dan black card-nya. Terlalu beresiko membawa semua kartu itu. Karena bisa saja orang-orang suruhan John meretas kartu tersebut dan menemukan dimana dirinya.  Caesar benar-benar sudah meninggalkan kota tersebut tanpa membawa gelarnya sebagai Mafia. Meninggalkan semua hal yang ia miliki di London. Dan memulai hidup baru yang nyaman di Indonesia.  "Kukira alasan kau datang ke Indonesia karena ada sesuatu yang kau rencanakan di negara ini. Aku tidak menduga kau datang ke sini diam-diam dan bahkan... Resign dari pekerjaanmu. Why? Apa alasanmu melakukan semua itu?"  
Baca selengkapnya

Bab 8 : Pertemuan Kedua

"Dia... Dia om tampan yang pernah gue cium."  "WHAT?!" Alisya syok. Kaget dengan ucapan Camelia barusan.  "Lo bercanda, kan? Jangan ngeprank gue, Ca!" Sambung Alisya berpikir jika Camelia hanya ingin mengerjainya saja. Tapi Camelia justru menggeleng.  "Enggak, Alisya. Gue serius! Gue pernah cium om ini." Tukas Camelia serius. Seketika wajahnya berubah malu mengingat dirinya yang dengan tidak sopan mencium orang asing. Ah, memikirkan itu membuatnya ingin membenturkan kepalanya saat ini juga! Bagiamana bisa dia melakukan hal seperti itu pada orang asing?!  "Setau gue lo nggak pernah mau cium orang. Bahkan sama kak Angga aja lo nggak pernah cium dia. Jangankan sama kak Angga, gue aja nggak pernah lihat lo cium papa lo. Gimana ceritanya lo bisa sampai cium om ganteng ini?" Tanya Alisya sulit percaya. Camelia menatap Alisya dengan cemberut. Memang benar apa yang di
Baca selengkapnya

Bab 9 : Camelia Yang Bodoh

"Kau tau, aku ingin sekali membunuhmu." Ujarnya mencekik leher jenjang dan putih Camelia. Dia menyeringai saat melihat wajah Camelia yang sudah pucat karena ulahnya. Bukannya berhenti, dia justru semakin berbuat lebih.    Camelia merasa oksigen di sekitarnya semakin menipis. Lehernya terasa sakit akibat cengkraman kuat dari Caesar. Camelia harus melepaskan diri sebelum ia benar-benar mati. Tangannya yang bebas ia gunakan untuk melepaskan tangan Caesar dari lehernya. Tapi posisinya yang terpojok dan kekuatannya yang lemah membuat usahanya sia-sia. Caesar justru semakin berbuat lebih. Membuat Camelia meneteskan air matanya.    Seharusnya, air mata itu bukan apa-apa bagi seorang Mafia sepertinya. Dia sudah terbiasa membunuh seseorang dengan tangannya. Tapi saat air mata itu menetes, ingatan akan sosok ibunya yang meneteskan air mata di detik-detik kematiannya hadir di benaknya. Ingatan yang membuat hati nurani Caesar muncul. 
Baca selengkapnya

Bab 10 : Temui Aku Di Cafe

Apa yang aku lakukan? Kenapa aku menolongnya? Sejak tadi, pikiran itu terus menganggunya. Dia merasa bingung dengan dirinya sendiri. Kenapa dia tiba-tiba ingin menolong gadis asing itu? Setelah gagal membunuh gadis itu, sekarang dia malah menolong gadis itu. Ini sangat konyol. Entah apa yang terjadi pada dirinya.    Jika ingatan sialan itu tidak tiba-tiba muncul dan mengganggunya, maka gadis itu pasti sudah mati beberapa menit yang lalu. Baiklah, anggap saja itu adalah hari keberuntungan gadis itu. Karena bisa selamat dari iblis sepertinya.    Dia pikir hanya dirinya saja yang bertindak bodoh dengan menolong gadis itu dari para preman. Tapi ternyata gadis itu juga sama bodohnya. Dengan sikap kurang ajar dan tidak warasnya, gadis itu menarik tangannya dan mengajaknya lari dari para preman-preman itu. Yang benar saja! Seorang mafia seperti dirinya, lari di tengah-tengah pertarungan seperti seorang pengecut! Harga dirinya sebagai seor
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12
DMCA.com Protection Status