"Rumah yang bercat putih. Itu rumahku." Seru Camelia memberitahu.
Ali mengangguk lalu mengemudikan mobilnya ke rumah yang ditunjuk Camelia. Mobil hitam miliknya berhenti tepat di luar pagar rumah Camelia.
Caesar melirik rumah bercat putih itu dari dalam kaca mobil. Menatap rumah Camelia yang sangat besar dan megah. Ia melirik sekilas Camelia yang turun dari mobil. Ia mendengus. Akhirnya gadis itu turun.
Camelia mengetuk kaca mobil depan lalu tersenyum senang. "Terimakasih telah mengantarkanku pulang." Ujarnya pada Ali.
Ali membuka kaca mobilnya lalu mengangguk kecil. "Sama-sama."
Sekilas Camelia menatap wajah Caesar dari luar kaca mobil. Terlihat sekali jika pria asing itu sangat berharap dirinya segera pergi. Camelia menyeringai memikirkan sesuatu. Kemudian dia mengetuk kaca mobil belakang. Caesar menoleh ke arahnya dengan tatapan sinis.
"Buka dulu kaca mobilnya."
Caesar mendengus lalu menekan tombol untuk membuka kaca mobil.
"Ada a--"
Cup.
Camelia mencium pipi Caesar dengan sengaja. Mata Caesar langsung terbelalak kaget. Terkejut saat merasakan bibir gadis aneh tersebut mendarat di pipinya. Tubuhnya langsung menegang. Baru kali ini ada seseorang yang berani mencium pipinya.
Camelia yang melihat itu menyeringai puas. Lalu mendekatkan bibirnya ke telinga Caesar yang masih kehilangan kesadarannya. "Itu baru namanya seorang jalang, paman." Ujarnya dengan nada mengejek.
Mendengar itu langsung membuat kesadaran Caesar kembali. Ia melayangkan tatapan tajam ke Camelia. Matanya berkilat marah. "Beraninya kau!!" Ujar Caesar murka dengan wajah yang mengeras.
Camelia ketakutan melihat ekspresi seram Caesar. Ia langsung melangkah mundur dan secepat kilat membuka pintu pagarnya. Kemudian berlari dengan kencang ke rumahnya.
"Sampai jumpa, paman. Anggap saja itu hukuman dariku karena paman sudah mengataiku." Teriak Camelia sambil melambaikan tangannya.
Caesar mengepalkan tangannya dengan kuat. Kuku-kukunya memutih. Wajahnya mengeras setelah mendengar ucapan Camelia. Apa katanya tadi? Hukuman? Caesar rasanya ingin menembak gadis itu saat ini juga! Beraninya gadis itu mencium pipinya! Bahkan mengatakan hal itu padanya!
Dirinya benar-benar murka. Sebagai seorang pemimpin mafia. Baru kali ini Caesar merasa harga dirinya benar-benar diinjak oleh gadis aneh itu.
Tapi Caesar tidak bisa melakukan apa-apa sekarang. Dia sedang berada di negara orang. Dan saat ini dia tidak memiliki kekuasaan apapun. Dia tidak akan bertindak gegabah dengan membunuh gadis itu saat ini juga. Tidak, Caesar akan tetap membunuh gadis itu. Tapi bukan sekarang. Nanti, jika nanti Caesar bertemu dengan gadis itu. Maka Caesar berjanji akan menembak kepala gadis itu dengan pistolnya.
"Kau kenapa, Caesar? Kenapa wajahmu merah begitu?" Tanya Ali bingung melihat ekspresi Caesar. Karena dia sibuk mengotak-ngatik handphone-nya. Dia jadi tidak tau jika si mafia itu baru saja dicium oleh gadis aneh itu.
Tapi Caesar bersyukur Ali tidak melihat adegan saat dirinya dicium. Mau ditaruh dimana mukanya nanti jika Ali melihat adegan tidak senonoh itu.
"Tidak ada." Jawab Caesar ketus. Ia menendang kursi Ali dengan keras. "Apa yang kau tunggu?!Cepat jalankan mobilmu!" Titahnya kesal.
"Ck, iya-iya. Kau aneh sekali." Balas Ali sambil mengemudikan mobilnya keluar dari perumahan elit tersebut.
***
Di kediaman Wilson.
Camelia membuka pintu rumahnya dan terkejut saat mendapati Regan, papanya berdiri di depan pintu dengan tubuh terkejut sama sepertinya.
Sama seperti Camelia. Regan ikut terkejut melihat putrinya sudah berdiri di ambang pintu. Dia baru saja ingin keluar dari rumah untuk mencari keberadaan putrinya. Saat mendapat kabar jika putrinya hilang. Dia langsung menyuruh anak buahnya untuk mencari dimana putrinya. Karena tidak ada hasil dari pencarian anak buahnya. Dia pun langsung bergegas keluar rumah untuk mencari putrinya yang hilang.
Dan tanpa disangka putrinya itu sudah berdiri di depannya dengan keadaan yang sangat berantakan. Rambut yabg acak-acakan, baju yang kotor, dan mata yang bengkak seperti habis menangis. Apa yaang terjadi pada putrinya?!
"Darimana saja kau?!" Regan bertanya dengan nada marah yang terselip kekhawatiran. Sorot matanya dingin menatap Camelia. Wajahnya mengeras melihat kondisi Camelia yang berantakan.
Camelia yang ditatap begitu tidak merasa takut. Ia menatap wajah Regan dengan mata yang berkaca-kaca. Lalu tanpa apa-apa ia memeluk tubuh Regan dengan erat. Lalu isakan tangis keluar dari mulutnya.
"Huaaa papa!!" Tangisnya pecah.
Regan yang mendengar itu menghela napas pelan. Rasa marah dan cemas karena melihat kondisi putrinya yang tidak baik-baik saja langsung menghilang. Dia membawa Camelia duduk di sofa. Lalu memeluk tubuh Camelia dengan tangannya. Tangannya ia gunakan untuk merapikan rambut Camelia yang berantakan.
"Ada apa?" Tanyanya.
"Hiksss laki-laki brengsek itu sangat bajingan! Aku membencinya!!" Adu Camelia pada Regan.
"Siapa?"
Camelia melepaskan pelukannya lalu menatap ke depan dengan mata yang berkorban marah. "Namanya Angga ayah!! Dia adalah laki-laki brengsek dan bajingan!! Dia berani sekali mencampakkanku demi perempuan jelek itu! Lalu dengan tampang brengseknya itu dia berani memintaku untuk menunggunya! Akhh.. Rasanya aku ingin mencakar wajahnya dengan kuku ku yang tajam!! Dia--"
"Dia adalah pacarmu, kan?"
Jlek.
Tangisan dan teriakan Camelia langsung berhenti seketika. Ia meneguk ludahnya kasar. Darimana Regan bisa tau kalau Angga adalah pacarnya? Selama ini Camelia sudah sangat berhati-hati agar Regan tidak tau tentang Angga. Apalagi mengetahui tentang hubungan pacaran mereka yang ia rahasiakan diam-diam.
Camelia menoleh ke samping. Regan menatapnya dengan wajah datar sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Regan menatap Camelia dengan sorot mata yang mengintimidasi.
Camelia menyengir, "Haha, apa maksud papa? A-aku tidak punya pacar."
Regan menjentik dahi Camelia. "Aduh, papa itu sakit!"
"Jangan pura-pura tidak mengerti. Papa tau kau berbohong." Balas Regan.
Camelia langsung bungkam. Ia memalingkan wajahnya ke samping. Tidak ingin melihat wajah papanya yang menyeramkan kalau sudah marah.
"Kamu pikir papa tidak tau?! Kalau kamu diam-diam pacaran dengan pria bajingan itu!" Ucap Regan dengan nada tegas seraya menatap Camelia yang menundukkan kepalanya.
"Kalau papa tau kenapa papa baru marah sekarang?" Tanya Camelia dengan polosnya, tanpa menatap balik lawan bicaranya.
"Karena papa ingin kamu sadar kalau pria itu adalah pria bajingan yang tidak pantas untuk kamu. Selama ini papa diam dan menahan diri agar kamu bisa paham kalau apa yang papa bilang selama ini untuk kebaikan kamu. Papa bosan terus melarang dan menasehati kamu yang tidak pernah mau nurut sama papa."
"Sekarang setelah tau kalau pria itu adalah seorang bajingan. Kamu menangis dan merengek seperti anak kecil. Apa ini yang selama ini papa ajarkan padamu?! Menjadi perempuan lemah yang menangis hanya karena pria bajingan itu!" Regan melontatkan kalimat yang tajam dan sangat menusuk hati Camelia. Dia tidak akan luluh lagi oleh air mata Camelia. Biarkan saja putrinya itu menangis karena kalimat pedasnya. Regan hanya ingin Camelia sadar bahwa apa yang dilarangnya selama ini hanya agar Camelia tidak merasa terluka oleh siapapun.
Camelia menundukkan kepalanya. Matanya berkaca-kaca mendengar semua perkataan pedas dari papanya. Benar apa yang dikatakan Regan. Seharusnya ia tidak boleh cengeng hanya karena pria bajingan itu. Selama ini ia bodoh karena sudah mempercayai Angga! Pada akhirnya Angga lah yang meninggalkan dirinya. Camelia benar-benar merasa bodoh karena sudah percaya dengan semua janji manis yang pria itu ucapkan.
Dan sekarang Camelia merasa bersalah pada papanya. Ia sudah tega membohongi papanya dengan merahasiakan hubungannya dengan Angga. Demi melindungi Angga dari Regan yang akan melukainya karena telah berani berhubungan dengannya. Ia sampai tega melukai hati papanya.
"Maaf pa." Hanya dua kata itu yang bisa Camelia ucapkan pada papanya. Ia tidak berani menatap wajah papanya karena rasa bersalahnya.
Detik berikutnya, Camelia merasakan tubuhnya dibawa ke pelukan seseorang. Sebuah tangan melingkar dengan erat di punggungnya. Membawanya pada pelukan hangat seorang papa.
Camelia mendongak lalu menangis sambil menenggelamkan wajahnya. "Hiksss.. Papa maaf. Aku janji nggak akan bohongin papa lagi. Hiksss... Maaf pa." Sesal Camelia meminta maaf dalam pelukan Regan.
Regan hanya membalasnya dengan anggukan kecil. "Ya, lain kali jangan melakukan hal itu lagi." Tuturnya lembut. Berbeda dengan nadanya tadi yang terdengar tegas dan sinis.
Camelia mengangguk. "Iya. Aku janji pa."
"Papa masih belum tau apa yang dilakukan pria bajingan itu hingga membuatmu seperti ini. Kau bahkan menghilang selama berjam-jam. Darimana saja, kau?" Regan bertanya penasaran seraya merapikan rambut Camelia yang berantakan. Wajahnya terlihat santai saat menanyakan hal itu. Tapi tidak ada yang tau jika saat ini ia sedang merencakan sesuatu yang buruk untuk orang yang telah berani melukai hati putrinya.
Camelia mulai menceritakan semua kejadian siang tadi. Dari saat dia menerima telpon dari Alisya, pertengkarannya dengan Angga, sampai pada dirinya yang berakhir tersesat, lalu bertemu dengan dua orang pria asing yang mengantarnya pulang ke rumah.
Regan yang mendengar cerita Camelia menahan emosinya yang ingin meledak. Berani sekali pria bajingan itu ingin menikahi putrinya! Rasanya dia ingin menghajar pria itu sampai babak belur.
"Tapi aku sama sekali tidak mencintainya, pa. Aku hanya kesal karena dia meninggalkanku demi perempuan itu. Seharusnya aku yang meninggalkannya!" Seru Camelia berapi-rapi. Masih teringat jelas dalam benaknya bagaimana hancurnya dia saat Angga meninggalkannya karena sudah menghamili Jian.
Regan tersenyum menyadari putrinya yang ternyata tidak mencintai pria bajingan itu. Dia jadi lebih bersemangat untuk memberikan pelajaran pada pria bajingan itu.
"Jadi, apa kau hanya akan menangis dan diam saja setelah dicampakkan oleh mantan pacarmu itu?" Tanya Regan sengaja menekankan kata 'mencampakkan' untuk membuat putrinya marah. Dan benar saja, kata itu berhasil membuat kemarahan Camelia keluar.
"Tidak akan! Orang yang telah berani membuat seorang putri Regan Wilson menangis harus diberi pelajaran! Aku akan membalasnya!!" Tegas Camelia berapi-rapi.
Regan tersenyum puas mendengar hal itu. Ia menepuk puncak kepala putrinya dengan bangga. "Itu baru putriku. Lakukan apapun yang kau inginkan. Papa akan mempermudah rencana balas dendammu."
"Kau ingin membalas pria itu dengan cara seperti apa? Apa kau ingin mengacaukan acara pesta pernikahan mereka? Itu mudah. Papa akan menyuruh orang untuk mengurus hal itu. Atau kau ingin meledakkan acara pesta pernikahan itu dengan melemparkan bom? Itu mudah. Papa akan mengurus hal itu. Katakanlah apa rencanamu?"
Camelia menggeleng. Dia tidak berniat melakukan satupun dari rencana balas dendam yang dibuat Regan. Bukan itu yang dia inginkan. Dia ingin Angga menyesal telah mencampakkannya.
Ia menyeringai, "Aku akan membawa pacar baruku di hari pernikahannya."
Caesar pikir saat ia mengatakan ingin apartemen yang bagus dan jauh dari keramaian. Ali akan membawanya ke apartemen yang kecil yang jauh dari sekitaran penduduk. Apalagi saat mereka tadi melewati jalan yang cukup sepi, menambah asumsi Caesar. Dan ternyata apartemennya cukup bagus dan jauh dari keramaian orang. Karena letak apartemennya yang tidak di tepi jalan. Tapi kesalnya apartemen itu berpenghuni. "Kenapa apartemen ini berpenghuni?" Caesar berdecak kesal dengan raut datar. "Terakhir aku ke sini apartemen ini memang tidak berpenghuni. Tidak ada orang yang tinggal di apartemen ini. Tau-tau saat kau pulang apartemen ini sudah dihuni 3 orang." Jawab Ali seraya menggaruk tengkuk belakangnya yang tidak gatal. Caesar sebenarnya tidak suka. Apalagi 3 orang itu adalah perempuan. Dia tidak ingin seatap dengan makhluk yang namanya perempuan. Karena baginya perempuan itu sangat mengangguk dan membuatnya risih.
Sebelum datang ke Indonesia, Caesar sudah menyiapkan semuanya dengan matang. Ia kabur dari London dengan menyamarkan indentitasnya, agar tidak ada yang bisa mencari tau keberadaannya. Membuat semua CCTV di jalan dan tempat-tempat yang ia lalui mati, agar tak seorang pun yang bisa meretas keberadaannya. Terakhir, ia meninggalkan kartu ATM, kartu kredit, dan black card-nya. Terlalu beresiko membawa semua kartu itu. Karena bisa saja orang-orang suruhan John meretas kartu tersebut dan menemukan dimana dirinya.Caesar benar-benar sudah meninggalkan kota tersebut tanpa membawa gelarnya sebagai Mafia. Meninggalkan semua hal yang ia miliki di London. Dan memulai hidup baru yang nyaman di Indonesia."Kukira alasan kau datang ke Indonesia karena ada sesuatu yang kau rencanakan di negara ini. Aku tidak menduga kau datang ke sini diam-diam dan bahkan... Resign dari pekerjaanmu. Why? Apa alasanmu melakukan semua itu?"
"Dia... Dia om tampan yang pernah gue cium.""WHAT?!" Alisya syok. Kaget dengan ucapan Camelia barusan."Lo bercanda, kan? Jangan ngeprank gue, Ca!" Sambung Alisya berpikir jika Camelia hanya ingin mengerjainya saja. Tapi Camelia justru menggeleng."Enggak, Alisya. Gue serius! Gue pernah cium om ini." Tukas Camelia serius. Seketika wajahnya berubah malu mengingat dirinya yang dengan tidak sopan mencium orang asing. Ah, memikirkan itu membuatnya ingin membenturkan kepalanya saat ini juga! Bagiamana bisa dia melakukan hal seperti itu pada orang asing?!"Setau gue lo nggak pernah mau cium orang. Bahkan sama kak Angga aja lo nggak pernah cium dia. Jangankan sama kak Angga, gue aja nggak pernah lihat lo cium papa lo. Gimana ceritanya lo bisa sampai cium om ganteng ini?" Tanya Alisya sulit percaya.Camelia menatap Alisya dengan cemberut. Memang benar apa yang di
"Kau tau, aku ingin sekali membunuhmu." Ujarnya mencekik leher jenjang dan putih Camelia. Dia menyeringai saat melihat wajah Camelia yang sudah pucat karena ulahnya. Bukannya berhenti, dia justru semakin berbuat lebih. Camelia merasa oksigen di sekitarnya semakin menipis. Lehernya terasa sakit akibat cengkraman kuat dari Caesar. Camelia harus melepaskan diri sebelum ia benar-benar mati. Tangannya yang bebas ia gunakan untuk melepaskan tangan Caesar dari lehernya. Tapi posisinya yang terpojok dan kekuatannya yang lemah membuat usahanya sia-sia. Caesar justru semakin berbuat lebih. Membuat Camelia meneteskan air matanya. Seharusnya, air mata itu bukan apa-apa bagi seorang Mafia sepertinya. Dia sudah terbiasa membunuh seseorang dengan tangannya. Tapi saat air mata itu menetes, ingatan akan sosok ibunya yang meneteskan air mata di detik-detik kematiannya hadir di benaknya. Ingatan yang membuat hati nurani Caesar muncul.
Apa yang aku lakukan? Kenapa aku menolongnya? Sejak tadi, pikiran itu terus menganggunya. Dia merasa bingung dengan dirinya sendiri. Kenapa dia tiba-tiba ingin menolong gadis asing itu? Setelah gagal membunuh gadis itu, sekarang dia malah menolong gadis itu. Ini sangat konyol. Entah apa yang terjadi pada dirinya. Jika ingatan sialan itu tidak tiba-tiba muncul dan mengganggunya, maka gadis itu pasti sudah mati beberapa menit yang lalu. Baiklah, anggap saja itu adalah hari keberuntungan gadis itu. Karena bisa selamat dari iblis sepertinya. Dia pikir hanya dirinya saja yang bertindak bodoh dengan menolong gadis itu dari para preman. Tapi ternyata gadis itu juga sama bodohnya. Dengan sikap kurang ajar dan tidak warasnya, gadis itu menarik tangannya dan mengajaknya lari dari para preman-preman itu. Yang benar saja! Seorang mafia seperti dirinya, lari di tengah-tengah pertarungan seperti seorang pengecut! Harga dirinya sebagai seor
Apa Camelia akan langsung percaya dengan perkataan Caesar? Yang katanya ingin bertemu dengannya di cafe. Membantunya membalas mantan pacarnya dengan berpura-pura menjadi sepasang kekasih. Tidak. Camelia tidak ingin percaya. Tapi... Siang ini, jam ini, detik ini, sekarang, tiba-tiba sebuah nomor asing mengirimkannya pesan. Aku menunggumu sekarang! Datang atau kau akan kehilangan kesempatan untuk membalas mantan pacarmu!! Dari pesannya saja Camelia langsung tau siapa yang mengirimkannya pesan bertanda seru itu. Tapi, darimana dia bisa tau nomornya? Sejak tadi itu yang mengganggu pikirannya. Dan akhirnya, setelah mendapat pesan itu tanpa berpikir panjang ia langsung bergegas menemui orang 'itu'. Dalam hati Camelia terus bertanya. Akan seperti apa pertemu
Sebuah pesta pernikahan digelar dengan megah di sebuah hotel bintang lima. Tamu-tamu undangan berbondong-bondong memasuki aula pesta. Semuanya menggunakan jas dan gaun pesta yang mewah. Berbaur dengan sesama tamu undangan yang ikut menikmati pesta. Sepasang pengantin berdiri di pelaminan sambil menyalami para tamu undangan. Sepasang pengantin itu adalah Angga dan Jian. Kedua pengantin yang baru menikah itu menampilkan senyum ramah saat menyalami para tamu undangan. Atau lebih tepatnya, hanya Jian saja yang selalu menampilkan senyum ramah dan bahagianya. Sedangkan Angga malah sebaliknya. Berusaha menampilkan senyum ramah yang justru berbanding terbalik dengan sorot matanya yang redup. Jian bukannya tidak menyadari ekspresi ganjil itu. Dia tentu saja tau jika Angga sama sekali tidak bahagia dengan pernikahan ini. Tapi, dia tidak peduli. Keegoisan hatinya untuk bisa memiliki Angga mengalahkan hati nuraninya sendiri. Apapun akan
"Selamat atas kehamilannya, kak Jian." Deg! Semua orang yang berada di pesta terkejut mendengarnya. "KAU!" Tuan Thomas berteriak marah, "Beraninya gadis rendahan sepertimu mengatakan omong kosong seperti itu!!" Tuan Thomas mengangkat tangannya dengan tinggi bersiap menampar Camelia. "Dasar gadis rendahan!" Drep! Sebuah tangan lebih dulu menahan tangan kasar tuan Thomas. Bahkan tangan itu sekarang mencengkram tangan tuan Thomas dengan kuat. Pemilik tangan itu menatap dengan tajam dan dingin pada tuan Thomas. Aura tidak menyenangkan keluar dari tubuhnya membawa ketakutan pada sosok tua di depannya. "Mengangkat tangan pada seorang perempuan, bukankah itu kasar?" suara dingin Caesar terdengar sangat menakutkan. Siapa yang tidak akan merasa merinding saat mendengar suaranya. Ta
"Ini cek lima ratus juta. Kau bisa mendapatkannya sekarang jika menyetujui kontrak ini." "Aku tidak yakin lima ratus juta hanya untuk berpura-pura sebagai sepasang kekasih." Kenapa dia sangat pintar? Batin Camelia. Dia benar-benar tidak bisa ditipu. Baiklah, lebih baik mengatakan yang sebenarnya. Camelia menyandarkan punggungnya. "Yah, baiklah. Sebenarnya aku ingin hubungan ini berlanjut bukan hanya untuk balas dendam. Tapi karena hal lain..." Bagaimana mengatakan hal itu? Camelia ragu. Caesar menyeringai. Sudah ia duga, uang sebanyak itu hanya untuk melakukan hal konyol ini? Itu tidak mungkin. Apa yang diinginkan gadis ini darinya? "Apa yang kau inginkan?" Berdeham canggung dengan ragu Camelia menjawab, "Aku ingin kau bersikap sebagai kekasih yang baik dan emm... romantis?" "Romantis?" Bingung Caesar. Camelia menghela napas pasrah. Sepertinya ia harus menjelaskannya dari awal. Mengambil napas dalam-dalam Camelia pun menjelaskan mulai dari cita-citanya yang ingin menjadi p
Sore hari terasa begitu terik. Apalagi saat berada di luar ruangan yang dekat dengan jalanan aspal tempat kendaraan berlalu lalang. Tidak hanya panas tapi juga polusi yang kotor.Diatas semua itu gadis ini justru menunggu di depan cafe sambil memakan es krim rasa coklatnya. Mungkin rasa dingin pada es krim membuatnya mengabaikan terik matahari yang menyengat dan polusi yang bertebaran.Tepat disuapan terakhir, pria yang gadis ini tunggu akhirnya datang. Begitu selesai menelan suapan terakhir es krim miliknya, ia langsung mencampakkannya dengan sedikit keras di tong sampah."Sopankah anda membuat seorang gadis cantik menunggu lama di depan cafe sendirian?" Sindir Camelia."Aku sibuk," jawab Caesar singkat. Tanpa minta maaf. Tentu saja itu membuat Camelia kesal.Tapi lupakan itu, ada hal yang lebih penting yang harus ia bicarakan."Ada yang ingin aku bicarakan denganmu.""Kita bicarakan di dalam," ujar Caesar bergerak ingin masuk ke dalam cafe tapi Camelia buru-buru menarik tangannya. "
"Really?? Hanya segini pembacaku?!" Camelia berteriak frustasi melihat layar laptopnya. Ini sudah hampir setengah tahun tapi ceritanya selalu sepi pembaca. Yah sepi bukannya tidak ada pembaca maksudnya hanya puluhan orang yang tertarik membaca ceritanya. Tapi tetap saja puluhan itu sangat sedikit! "Perasaan cerita gue bagus, malahan bagus banget. Update juga nggak lama-lama banget. Tapi kenapa jumlah pembacanya sedikit begini?" Tanya Camelia bingung. Camelia mengetuk meja sembari memikirkan ceritanya. "Gue harus apa coba? Promosi? Udah. Apa lagi??" Menjatuhkan kepalanya di meja, Camelia menatap sendu tong sampah yang penuh oleh kertas-kertas. Itu semua adalah cerita buatannya yang ia ajukan kepada penerbit. Tapi satupun tidak ada yang lolos. Benar-benar menyebalkan. "Tunggu, Alisya mungkin bisa membantu." Camelia meraih hp nya dan mulai menelpon temannya. "Alisyaaa..." Bukan sapaan halo melainkan suara rengekan yang keluar. Tampaknya Camelia benar-benar putus asa. "Lo, kenapa?"
Sepasang kekasih yang tengah bergandengan tangan itu akhirnya melepaskan tautan tangan mereka saat tiba di parkiran. Camelia berjalan mundur ke samping begitu juga dengan Caesar."Kenapa tiba-tiba rencananya berubah?" Caesar bertanya sambil bersedekap dada menatap Camelia dengan tajam.Rencana mereka Camelia akan memperkenalkannya sebagai seorang kekasih. Tapi mendadak Camelia mengganti kata-kata itu menjadi 'calon suami'. Bahkan mengatakan mereka sudah bertunangan. Benar-benar tidak seperti yang direncanakan.Camelia berdeham singkat. "Karena pria brengsek itu aku jadi tidak dapat mengontrol ucapanku. Melihat wajahnya langsung membuatku jengkel. Saat melihat tatapan cemburunya aku merasa senang lalu mengatakan kalimat itu tanpa pikir panjang," jelas Camelia sedikit gugup.Tatapan mata Caesar masih tajam. Camelia mendesah kesal melihat itu. "Mau aku bilang pacar atau calon suami, itu tidak ada bedanya. Tujuannya kan sama. Yaitu membuat pria brengsek itu cemburu.""Ngomong-ngomong, ken
"Selamat atas kehamilannya, kak Jian." Deg! Semua orang yang berada di pesta terkejut mendengarnya. "KAU!" Tuan Thomas berteriak marah, "Beraninya gadis rendahan sepertimu mengatakan omong kosong seperti itu!!" Tuan Thomas mengangkat tangannya dengan tinggi bersiap menampar Camelia. "Dasar gadis rendahan!" Drep! Sebuah tangan lebih dulu menahan tangan kasar tuan Thomas. Bahkan tangan itu sekarang mencengkram tangan tuan Thomas dengan kuat. Pemilik tangan itu menatap dengan tajam dan dingin pada tuan Thomas. Aura tidak menyenangkan keluar dari tubuhnya membawa ketakutan pada sosok tua di depannya. "Mengangkat tangan pada seorang perempuan, bukankah itu kasar?" suara dingin Caesar terdengar sangat menakutkan. Siapa yang tidak akan merasa merinding saat mendengar suaranya. Ta
Sebuah pesta pernikahan digelar dengan megah di sebuah hotel bintang lima. Tamu-tamu undangan berbondong-bondong memasuki aula pesta. Semuanya menggunakan jas dan gaun pesta yang mewah. Berbaur dengan sesama tamu undangan yang ikut menikmati pesta. Sepasang pengantin berdiri di pelaminan sambil menyalami para tamu undangan. Sepasang pengantin itu adalah Angga dan Jian. Kedua pengantin yang baru menikah itu menampilkan senyum ramah saat menyalami para tamu undangan. Atau lebih tepatnya, hanya Jian saja yang selalu menampilkan senyum ramah dan bahagianya. Sedangkan Angga malah sebaliknya. Berusaha menampilkan senyum ramah yang justru berbanding terbalik dengan sorot matanya yang redup. Jian bukannya tidak menyadari ekspresi ganjil itu. Dia tentu saja tau jika Angga sama sekali tidak bahagia dengan pernikahan ini. Tapi, dia tidak peduli. Keegoisan hatinya untuk bisa memiliki Angga mengalahkan hati nuraninya sendiri. Apapun akan
Apa Camelia akan langsung percaya dengan perkataan Caesar? Yang katanya ingin bertemu dengannya di cafe. Membantunya membalas mantan pacarnya dengan berpura-pura menjadi sepasang kekasih. Tidak. Camelia tidak ingin percaya. Tapi... Siang ini, jam ini, detik ini, sekarang, tiba-tiba sebuah nomor asing mengirimkannya pesan. Aku menunggumu sekarang! Datang atau kau akan kehilangan kesempatan untuk membalas mantan pacarmu!! Dari pesannya saja Camelia langsung tau siapa yang mengirimkannya pesan bertanda seru itu. Tapi, darimana dia bisa tau nomornya? Sejak tadi itu yang mengganggu pikirannya. Dan akhirnya, setelah mendapat pesan itu tanpa berpikir panjang ia langsung bergegas menemui orang 'itu'. Dalam hati Camelia terus bertanya. Akan seperti apa pertemu
Apa yang aku lakukan? Kenapa aku menolongnya? Sejak tadi, pikiran itu terus menganggunya. Dia merasa bingung dengan dirinya sendiri. Kenapa dia tiba-tiba ingin menolong gadis asing itu? Setelah gagal membunuh gadis itu, sekarang dia malah menolong gadis itu. Ini sangat konyol. Entah apa yang terjadi pada dirinya. Jika ingatan sialan itu tidak tiba-tiba muncul dan mengganggunya, maka gadis itu pasti sudah mati beberapa menit yang lalu. Baiklah, anggap saja itu adalah hari keberuntungan gadis itu. Karena bisa selamat dari iblis sepertinya. Dia pikir hanya dirinya saja yang bertindak bodoh dengan menolong gadis itu dari para preman. Tapi ternyata gadis itu juga sama bodohnya. Dengan sikap kurang ajar dan tidak warasnya, gadis itu menarik tangannya dan mengajaknya lari dari para preman-preman itu. Yang benar saja! Seorang mafia seperti dirinya, lari di tengah-tengah pertarungan seperti seorang pengecut! Harga dirinya sebagai seor
"Kau tau, aku ingin sekali membunuhmu." Ujarnya mencekik leher jenjang dan putih Camelia. Dia menyeringai saat melihat wajah Camelia yang sudah pucat karena ulahnya. Bukannya berhenti, dia justru semakin berbuat lebih. Camelia merasa oksigen di sekitarnya semakin menipis. Lehernya terasa sakit akibat cengkraman kuat dari Caesar. Camelia harus melepaskan diri sebelum ia benar-benar mati. Tangannya yang bebas ia gunakan untuk melepaskan tangan Caesar dari lehernya. Tapi posisinya yang terpojok dan kekuatannya yang lemah membuat usahanya sia-sia. Caesar justru semakin berbuat lebih. Membuat Camelia meneteskan air matanya. Seharusnya, air mata itu bukan apa-apa bagi seorang Mafia sepertinya. Dia sudah terbiasa membunuh seseorang dengan tangannya. Tapi saat air mata itu menetes, ingatan akan sosok ibunya yang meneteskan air mata di detik-detik kematiannya hadir di benaknya. Ingatan yang membuat hati nurani Caesar muncul.