Semua Bab Terpaksa Menikahi Calon Adik Ipar: Bab 41 - Bab 50

69 Bab

Handuk? Handuk!

Rose duduk tegak di kursi meja rias. Dia melirik ke arah Robert yang keluar dari kamar mandi dengan mengenakan selembar handuk, menutupi bagian pinggang ke bawah. Raut wajah tampan itu terlihat begitu mempesona dengan tetesan air yang masih membasahi rambut dan tengkuknya.Wanita itu memalingkan pandangannya ke arah cermin, tetapi pantulan Robert terlihat nyata di sana. Rose memejamkan matanya sambil menunduk merasa kesal dengan hal yang tak dapat dia hindari. Gadis itu merutuki dirinya sendiri saat bayangan Robert terus menerus menari-nari dalam benaknya."Kau tidak perlu membayangkan diriku karena aku ada di sini bersamamu," Bisikan lembut Robert membuat Rose seketika menegakkan tubuhnya.Semilir hembusan napas lelaki itu menerpa kulit tubuhnya membuat bulu kuduk Rose kembali berdiri. Harumnya aroma sabun yang bercampur dengan aura feromon seorang pria, menggelitik pernapasan Rose. Gadis itu tampak terkejut dengan mata yang memandang pantulan diri mereka melal
Baca selengkapnya

Aku Suamimu

“Dasar Dokter bejat, PlayBoy mesum!” serentetan kalimat penuh makian diucapkan oleh Rose.  Dia merasa malu dengan keadaan dirinya yang berantakan. Rose membenahi tali gaunnya dan bersusah payah memunguti handuk yang terlepas dari tubuhnya. Wanita itu tidak sadar jika usahanya membuat seluruh bagian tubuhnya dengan mudah terlihat oleh Robert, membuat sesak napas pria itu. Rose kembali berusaha membebatkan handuk pada tubuhnya. Dia melotot ke arah Robert yang masih saja tak bergeming dengan pandangan tertuju padanya. Ingin sekali Rose menghilang dari dalam kamar itu, seandainya pintu ke mana saja adalah nyata. Wajahnya terasa sangat panas bagaikan terpanggang matahari. "Apa lihat-lihat!" ucap Rose kesal. "Kau di depanku bagaimana aku bisa tidak melihat, mataku masih sehat."  "Kau bisa menutup matamu! Dasar PlayBoy!" "Kenapa aku harus--" pembelaan Robert di potong oleh Rose. "Sudah, minggir sana! Jangan ganggu aku!" Rose
Baca selengkapnya

Martabat dan Kehormatan

Rose duduk mendekat kedua kakinya di bawah pancuran air di kamar mandi. Dia membiarkan air dingin itu mengalir terus menerus membasahi tubuhnya. Rose tidak bergeming dia membuka kedua matanya, membasuh semua kenangan semalam yang terasa begitu kuat menhantuinya. Berulang kali dia menggosok bibirnya, tetapi jejak kelembutan Robert masih dia rasakan dengan kuat di sana. Pria itu semalam melumatnya tanpa memberi kesempatan bagi Rose untuk beristirahat.  Dia masih mengingat bagaimana jari jemari dengan kuku pendeknya mencengkram pundak Robert. Berusaha terlepas dari pelukan pria bertubuh besar itu, tetapi dia justru terhanyut dalam suatu perasaan aneh yang tak dapat dimengertinya. Rose marah pada dirinya sendiri yang merasa lemah di bawah intimidasi pesona sinar mata biru itu. "Gila! Aku sudah gila! Ini baru mal
Baca selengkapnya

Satu kecupan

Baling-baling helikopter terdengar nyaring berputar. Putaran angin yang diakibatkannya, membuat debu beterbangan bagaikan tornado. Di kejauhan Rose melihat puluhan wartawan dan beberapa pengawal sekaligus pegawai hotel melambaikan tangan, sementara dirinya memaksakan senyuman terindah mengukir wajah, disaat pelukan tangan Robert melingkar pundaknya.Helikopter mewah itu membawanya terbang tinggi dengan seorang pilot yang mengendalikannya. Rose mencengkram sabuk pengaman dengan rasa tegang berada di ketinggian yang dengan jelas bisa dilihatnya. Gedung tinggi dengan segera menjadi titik kecil dan berganti dengan lautan biru yang membentang luas.Semua yang dia alami ini begitu cepat dan tak dapat dikendalikan lagi oleh Rose. Dia terjerat menjadi istri dengan perjanjian tanpa batas waktu dari musuhnya, yang sekaligus adalah calon adik ipar di masa lalu. Dokter ternama itu memperangkapya dalam jerat yang sukar dilepaskan. Dalam sekejap kehidupan Rose berubah menjadi seoran
Baca selengkapnya

Melahirkan banyak anak

"Aku tidak mau!" Rose berteriak tertahan ke arah Robert yang menarik tangannya menaiki tangga. "Ya, kau harus mau, Rose!" seru Robert tegas tidak terbantahkan. "Kau pemaksa!" Rose menghentakkan tangannya berulang kali, tetapi cengkraman Robert justru semakin kuat. "Tanganku sakit, tahu!" "Itu karena kau terus menerus memberontak." "Itu karena kau pemaksa!"  "Bicara lagi atau aku akan melakukan sesuatu." Robert menatap bibir Rose penuh ancaman. Seketika wanita itu menutup mulutnya rapat-rapat. Dia menenggelamkan bibirnya ke dalam, menyembunyikan dari tatapan lapar mata biru lelaki tampan tersebut. Meskipun merindukan, tetapi Rose sudah membentengi hatinya dan menyangkal
Baca selengkapnya

Tergelincir

"Aaa … Robert! Bejat!" Rose meremas rambut pria itu. "Rose, maaf … ini empuk sekali," ucap Robert dengan nada mesum."Kyaa! Menyingkir kau, apa yang kau lakukan di sini!" Rose histeris.Dia mendorong dada Robert menjauhkan lelaki itu dari tubuh telanjangnya, tetapi tindakan itu malah membuat tubuh Robert merosot ke bawah, hingga gesekan halus dengan dada telanjang pria itu membuat  Rose merinding. Kejutan halus menggetarkan membuat jantungnya berdebar kencang."Menyingkir!" "Ini licin, Rose," ujar Robert beralasan.Pria itu justru bersikap seolah-olah tangannya tergelincir di dalam bath up, sehingga tubuhnya membentur dada Rose kembali. Dia melakukan
Baca selengkapnya

Malaikat Rose

Robert membalas tatapan tajam sepasang mata coklat seorang pria muda yang terlihat begitu ingin membunuhnya. Jarak antara dirinya dan pria tersebut hanya berbatas meja bar melingkar. Ruangan tersebut temaram diterangi sedikit cahaya dari lampu kuning yang menerangi tampilan jejeran botol minuman.   Tak ada satupun yang berusaha mendahului untuk angkat bicara. Bir dingin di depan mereka mulai menghangat, terlihat dari embunnya yang sudah meleleh, tak juga menggoyahkan minat kedua pria itu untuk menyentuh apalagi menghabiskan minuman tersebut."Ryan Gonzalez," gumam Robert, "akhirnya kita bertemu dengan cara yang lebih santai." Robert akhirnya memecahkan keheningan. Perkataan ramah yang diucapkan tidak membuat pemuda di depannya mengendurkan otot. Ryan masih menatap Robert dengan tajam, penuh dengan aura membunuh. Hal itu jelas dari rahang yang mengetat dan tangan yang mengepal."Aku rasa kau begitu membenciku." "Kenapa kau ber
Baca selengkapnya

Mencintai dan Dicintai

"Hallo, Kakakku yang paling cantik." "Ryan!" Rose melompat dengan gembira ketika melihat adik laki-lakinya muncul. "Aku merindukanmu."Ryan memeluk wanita itu dengan erat dan mengecup kepala Rose berulang-ulang. Pemuda itu terlihat sangat menyayangi kakaknya dan begitu merindukan wanita itu."Maafkan aku tidak sempat memberimu kado pernikahan." "Tidak, Ryan, maafkan aku yang memberimu kabar mendadak. Aku-- maaf seharusnya aku tidak mengabaikan dirimu." Suara Rose terdengar serak dengan air mata yang berlinang.Pernikahan yang terlalu cepat di mana Rosa meninggalkan Robert tepat sehari sebelum pernikahannya. Rose bahkan tidak mengerti bagaimana foto-foto Robert bersama Ruby dan beberapa wanita lain, bisa berada di tangannya tepat saat Rosa berkunjung ke apartemen.Dia yang awalnya mensyukuri kemalangan Robert akhirnya menjadi panik karena terjebak dalam pernikahan dengan pria itu. Rose bahkan tidak bisa melarikan diri lagi karena
Baca selengkapnya

Syarat menjadi Miller

"Mommy!" Kenzie meloncati dalam pelukan Rose. Bocah kecil itu dengan begitu mudah beralih dari mengucapkan panggilan Aunty menjadi Mommy. "Kenzie, Sayang, Aunty merindukanmu," ujar Rose.Dia memeluk bocah itu dengan erat seakan tak mau melepaskannya."Bukan Aunty, Mommy! Ingat Mommy!" Kenzie menegaskan.  "Iya, Mommy." Rose gemas melihat bibir mungil yang protes padanya. Wajah Kenzie terlihat begitu imut dan tampan menengadah ke arahnya, membuat Rose tak dapat menahan diri untuk mendaratkan kecupan berulang-ulang ke pipi dan dahi bocah itu."Sudah. Sudah." Kenzie tertawa geli. "Sekarang giliran Daddy dapat ciuman." Ucapan bocah itu membuat Rose terkejut sementara Robert yang berada di sisinya, tersenyum lebar. "Tidak aku sangka, dalam sepuluh hari Kenzie semakin pintar." Robert mendekati kedua orang yang masih berpelukan itu dengan percaya diri."Tentu saja, Sean dan keluarganya juga sering melakukan hal yang sam
Baca selengkapnya

Tak akan berhenti

"Rose, sampai kapan kau akan menghindar?" Robert memegang tangan istrinya yang hendak keluar dari dalam kamar utama."Aku sudah janji pada Kenzie untuk membacakan buku cerita padanya." Rose tidak menarik tangannya dari genggaman Robert. "Tolong lepaskan tanganku, Kenzie bisa menunggu lama." Robert menahan langkah Rose beberapa saat lamanya. Pria itu melihat jika Rose terlihat tidak akan mengubah keputusan untuk tidur di kamar Kenzie. Robert akhirnya melepaskan tangan Rose dan menghela napas melihat wanita itu keluar dari kamar, tanpa berpikir dua kali.Sudah sebulan lebih mereka hanya tinggal bertiga di apartemen mewah Robert. Selama itu pula, Robert selalu menghabiskan malamnya tidur seorang diri. Dia selalu berusaha menyempatkan diri untuk pulang lebih awal dan makan malam bersama. Namun, hanya sampai pukul delapan malam dia bisa menikmati waktu bersama Rose dan Kenzie, sebelum mereka terlelap.Robert teringat bagaimana dia menggunakan Kenzie untu
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status