Home / Romansa / Terpaksa Menikahi Calon Adik Ipar / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Terpaksa Menikahi Calon Adik Ipar: Chapter 11 - Chapter 20

69 Chapters

Akibat Kelalaian

Rose tidak percaya dengan apa yang dibacanya. Tangan gadis itu gemetaran, saat membaca dokumen perjanjian yang jelas terdapat tanda tangannya di sana. Dia tidak mengingat pasal mengenai biaya sewa yang akan hilang jika terjadi kerusakan gedung seperti musibah kali ini. Semua yang tertulis di sana, Rose juga tidak dapat membuktikan karena semua dokumen miliknya telah menjadi abu.Tubuh wanita itu menjadi lemas. Dia memegang kepalanya yang terasa sangat pusing, setelah seharian meresahkan banyak hal, Rose lupa jika dia belum mengisi perutnya dengan apapun kecuali air putih. Gadis itu memejamkan mata, berusaha menguatkan diri agar tidak jatuh pingsan."Jangan pura-pura sakit, sudah jelas semua yang tertera di sana. Ayo, cepat dibayar." Tuan Oswaldo pemilik gedung tanpa belas kasihan menghardik Rose."Tuan, tahan emosi Anda." Petugas kepolisian itu merasa kasihan dengan keadaan Rose. Pria tersebut kemudian menyodorkan segelas teh manis untuk Rose dengan mengacuhkan
Read more

Berhentilah Mengikutiku

Rose terpaku mendengar ucapan polisi tersebut. Apa yang akan terjadi pada ayah dan keponakannya jika sampai dirinya di penjara? Rose semakin pusing dan gelisah. Rasa takut begitu kuat mendera, menjadikan seluruh tubuh gadis itu menggigil dengan keringat dingin yang menetes.Dia melirik ke arah papan nama yang ada di meja, Polisi tersebut bernama Sebastian. Rose mengangkat kepalanya perlahan dan menoleh ke arah wajah-wajah yang sejak tadi membuli dirinya. Aneh, tidak terlihat rasa senang ketika tawaran untuk memenjarakan dirinya dilontarkan Sebastian."Kalau dia dipenjarakan, apakah kami masih bisa mendapatkan ganti rugi?" Pertanyaan Tuan Oswaldo menjelaskan keheranan di hati Rose.Wanita itu tertawa dalam hati, mencemooh pikirannya sendiri yang mengira jika semua orang bersimpati, kasihan padanya. Sungguh kenyataannya mereka semua hanya mengkhawatirkan uang ganti rugi tersebut. Benar, uang dan mantan tetangga siapa yang akan memilih mantan?"Aku akan menc
Read more

Menyingkirlah dariku

"Hmph!" Rose terkejut ketika Robert tiba-tiba mendorongnya ke dinding gang. Pria itu menghimpit tubuh Rose sehingga tidak ada celah baginya untuk bergerak. Wajah mereka sangat dekat nyaris bersentuhan hanya terbatas pada masker yang menutupi sebagian wajah Robert. Rose bahkan bisa mendengarkan deru napas Robert dan detak jantungnya. Bahkan yang paling tidak dapat dihindarinya adalah aroma maskulin pria itu yang menyeruak masuk dalam rongga pernapasannya.Tatapan mata biru Robert begitu dingin menghujam ke arah manik mata hitam Rose. Namun, wanita itu tidak terlihat gentar, melainkan penuh keberanian memberikan pandangan yang menantang. Rose merasa gusar dan tidak nyaman dengan tubuh Robert yang mengintimidasi dirinya."Lepas--" Rose tidak dapat melanjutkan kalimatnya, karena dengan gerakan cepat tangan Robert membekap dirinya.Rose melotot dengan tindakan Robert, dia memberontak dan secepat itu pula tangan Robert menarik pinggangnya seh
Read more

Tawaran Menggiurkan

"A--apa yang kau lakukan di sini?" Rose mendorong tubuh Robert menjauh dari pintu kamar losmen itu. Dia tidak menyangka jika pria itu akhirnya mengetahui tempat persembunyiannya. Rose mantap Robert dengan perasaan was-was, dia khawatir jika lelaki itu akan memaksa mengambil Kenzie darinya, saat ini. "Kau menyembunyikan anakku di tempat seperti ini?" Robert menatap jijik ke arah pintu di belakang Rose. Wanita itu menelan ludah menghilangkan rasa bersalah dan kegugupannya. Dia juga tahu, jika losmen ini jauh dari pantas untuk ditinggal seorang bocah kecil. "Ini hanya sementara, aku akan menemukan tempat tinggal untuk kami semua," jawabnya tegas dengan sorot mata angkuh. "Serahkan anak itu padaku, Rose, maka bebanmu akan berkurang satu."  "Menyerahkan? Bukankah kau tidak pernah menginginkan dirinya, kenapa tiba-tiba kau sekarang begitu menginginkan Kenzie?" Rose berisik dengan sinis. Dia
Read more

Dokter Gadungan

Bukanlah hal yang mudah bagi Rose untuk menemukan tempat tinggal nyaman dan murah. Semua tempat yang dia tuju sudah penuh. Beberapa gedung apartemen tidak memiliki lift yang tentunya akan menyulitkan untuk Romeo, sehingga Rose terpaksa mengurungkan niat untuk menyewa.Dia terus berjalan dengan Kenzie di sisinya. Anak kecil itu tidak mengeluh sama sekali, karena Rose membuat Kenzie merasa jika mereka sedang melakukan petualangan mencari harta karung dalam gedung-gedung tua."Kenapa kau tidak tinggal di perumahan dinas sosial saja?" Saran sinis dari salah satu pemilik gedung yang merasa jengkel pada Rose, karena tidak jadi menyewa. Rose hanya menjawab perkataan itu dengan senyuman sebelum berlalu.Tinggal di Rumah perlindungan dinas sosial bukanlah hal yang mudah bagi Rose. Pemerintah hanya memberikan perlindungan selama beberapa hari. Hal yang lebih mengkhawatirkan bagi wanita itu adalah bagaimana jika mereka menemukan Kenzie dan merampas anak itu darinya.
Read more

Pertanyaan tak terjawab

Di apartemennya yang mewah, Robert termangu seorang diri dalam ruang besar yang kosong. Dia duduk di beranda, menatap ke arah gemerlap malam kota Miami. Hiruk pikuk dunia malam di bawah sana berbanding terbalik dengan kesunyian hatinya.Pria itu duduk diam sambil menikmati segelas anggur merah dalam gelas cembung di tangannya. Netra birunya terlihat dingin, sedingin hembusan angin malam. Kehangatan dari anggur tersebut tak mampu membuat perasaannya menjadi hangat.Robert menghela napas dan menoleh ke arah handphone yang tak berhenti berdering. Tak terlihat keinginan untuk menjawab panggilan tersebut. Dia bahkan mematikan ponselnya."Robert, bawa anak itu kembali dalam keluarga kita, segera. Bagaimana kau bisa membiarkan benihmu tercecer sembarangan, apa dirimu tidak khawatir berita itu tersebar dan nama baikmu menja
Read more

Pekerjaan Tambahan

Hati Rose menjadi lega, karena keluarga kecilnya saat ini memiliki tempat tinggal. Meskipun tempat itu sangat kecil dan hanya memiliki satu tempat tidur, Rose merasa tenang.Dia juga sudah mulai mencicil uang dengan mengutamakan pria pengidap sakit jantung terlebih dahulu. Rose tidak mempedulikan cibiran tetangga lamanya yang hanya mendapatkan sedikit bagian.Rose memilih menggunakan sebagai uangnya untuk membeli sepeda bekas di pedagang barang loak. Benda itu dia berikan pada Dulce Untuk mengantar dan menjemput Kenzie ke sekolah."Satu paket A dan dua paket B." Rose dengan cepat melayani pelanggan. Gadis itu senang sekali berhasil mendapatkan pekerjaan tambahan sebagai kasir di restoran cepat saji, selama enam jam di pagi hari. Pendapatan yang kecil tidak membuatnya kecil hati karena beberapa kali dia diizinkan untuk membawa makanan sisa semalam.Selain bekerja di restoran ayam goreng, wanita hebat itu juga bekerja di Coffee shop dari sore h
Read more

Pekerjaan Baru

"Berapa pekerjaan sebagai petugas kebersihan?" Pertanyaan Rose membuat Clara terkejut.Gadis yang usianya lebih muda dua tahun dari Rose menatap sahabat barunya dengan heran. Pekerjaan kotor sebagai cleaning service banyak dihindari oleh gadis muda apalagi cantik. Hanya di drama televisi saja hal itu ada."Hanya sekitar lima belas dolar setiap jamnya," Jawab Clara.Rose berpikir sesaat, gaji bekerja tengah malam ternyata lebih besar daripada pekerjaan di pagi dan siang hari yang dilakukannya. Pekerjaan tambahan ini cukup membantu banyak dalam kebutuhan Rose, walaupun masih jauh dari membayar kerugian yang entah perlu berapa lama pelunasannya."Aku rasa pekerjaan itu lebih cocok untukku."Clara menatap Rose dengan heran. Dia tidak percaya jika temannya itu begitu teguh. Imingan uang yang cukup besar tidak begitu saja membuat Rose tergiur. Wanita itu seakan memiliki harga diri yang sukar ditawar."Kau yakin, Rose, bukankah dirimu memerlukan ua
Read more

Tempat dan waktu yang salah

Baru saja dua jam Rose memejamkan matanya, tubuhnya sudah diguncangkan oleh seorang wanita cleaning service. Gadis itu mengerjapkan matanya dengan susah payah, berusaha terjaga dari rasa kantuk dan lelah yang menggerogoti tubuhnya."Terima kasih," ucap Rose setelah berhasil menepis rasa kantuknya."Kau bekerja di area pub ya, aku ambil area diskotik." Wanita yang terlihat berusia lebih dari tiga puluh tahun itu menyeringai ke arah Rose."Iya, tidak masalah bagiku." Rose tersenyum mengiyakan.Wanita itu segera mengambil seragam miliknya. Sebuah pakaian terusan seperti seorang montir. Baju berwarna coklat tua itu terlihat kebesaran, membuat tubuh mungilnya semakin tenggelam, bagaikan badut. Namun, warna dan model pakaian itu tidak dapat menyembunyikan kecantikan Rose yang alami. "Kau terlihat seperti anak-anak memakai pakaian dewasa." Wanita yang se-profesi dengannya tergelak. "Perkenalkan namaku Liz." "Senang bertemu denganmu, Liz
Read more

Dia Milikku

Rose tersentak ketika merasakan sesuatu dengan aura yang menyeramkan membayanginya. Wanita itu meringis kesakitan ketika merasakan sebuah tangan yang kekar meremas pundaknya. Gadis itu segera menengadahkan wajahnya dan melihat pria muda berkulit coklat gelap menatapnya tajam."Apa yang kau lihat, Nona?" desisan mengerikan bagaikan ular itu terdengar seperti bisa di telinga Rose.Rose melirik dengan posisi kepala yang masih menunduk, sebuah tato menghiasi tangan gelap lelaki itu yang tak dapat dia mengerti bentuknya. Gadis itu kemudian menatap pria yang setengah sekarat di hadapannya, tak berkutik dalam keadaan lemahnya.Tiba-tiba entah keberanian dari mana, wanita itu meremas kuat tongkat pel di tangannya. Dia telah melihat ketidak adilan yang membuat jiwanya meronta. Amarah yang selama ini terpendam bergolak keluar."Saya melihat ketidak adilan," desisnya perlahan. Rose melirik ke arah tangan lelaki yang sedang meremas bahunya dan entah mengapa lelaki it
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status