Home / Romansa / Cinta Yang Salah / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Cinta Yang Salah: Chapter 71 - Chapter 80

109 Chapters

Bab 71

Selepas bekerja, Lian berjalan ke arah supermarket terdekat untuk membeli kebutuhan Lian sehari-hari. Selalu seperti itu setiap hari, Lian suka membeli sayur mayur yang segar untuk ia masak untuk malam malamnya dan sisanya ia akan memasak untuk esok harinya. Lian  selalu menyempatkan memasak untuk ia bawa bekerja. Lian akan memakan makanannya saat jam istirahat. Meskipun di perpustakaan kota ada kantin yang menyediakan prasmanan untuk makan siang para karyawan perpus, Lian lebih suka makan masakannya sendiri. Ia memang sengaja membawa kotak bekalnya untuk ia makan jam istirahat.Lian masuk dan mencari-cari sayur apa saja yang ingin ia masak malam ini. Hari ini ia ingin memasak ikan salmon dan sup bakso pedas. Di kulkas Lian masih ingat ada bakso yang masih tersisa kemarin. Jadi ia tinggal membeli kentang, wortel, daun bawang dan bumbu kaldunya tak lupa ia membeli daging sedikit saja supaya menambah rasa gurih saat sup itu matang. Mengingat akan makanan itu, ia ingin buru
Read more

Bab 72

Pintu itu tertahan oleh seseorang ketika Lian ingin menutup pintu. Lian mendongak untuk mengetahui apa yang terjadi. Ternyata di luar dugaan, seseorang yang menahan pintunya adalah Mahesa. Bagaimana bisa ia ada di hadapannya saat ini? Apakah ia sudah membututinya dari sepulang kerja tadi?"Mahesa, apa yang kamu lakukan di sini?""Bisakah sopan sedikit pada tamu? Hm? Aku tamu yang datang ke unitmu. Jangan bertanya seperti itu seolah-olah aku tidak diharapkan. Oh ya jangan lupakan kita sudah tidak bertemu lama sekali. Kamu tidak memberiku ucapan salam pertemuan?""Aku ..."Mahesa mendorong pintu itu untuk terbuka lebar dan tangan Lian yang menahannya agar tidak terbuka, percuma saja. Tenaganya tidak cukup kuat untuk itu. Yang bisa Lian lakukan hanyalah mendesah pasrah. Ia memberi jalan agar Mahesa masuk dan seperti dugaannya, Mahesa masuk tanpa Lian inginkan. Ia mengamati bagaimana tempat tinggal kecil Lian lalu duduk di sova ruang keluarga yang berdekatan
Read more

Bab 73

"Aku sudah memberi apa yang kamu inginkan silahkan pergi dari sini."Minuman yang di suguhkan sudah Mahesa teguk habis dan ia ingin ia pergi dari sini. Tapi kenapa ia tidak kunjung pergi juga?Mahesa malah terkekeh dan itu membuat Lian geram. Perutnya sudah ingin makan tapi melihat Mahesa mengejeknya ia jadi tidak peduli. Lian berdiri dan tangannya malah di genggam Mahesa. Ia melihat tangan itu dengan wajah terlihat kesal dan mungkin wajahnya sekarang memperlihatkan jangan usik aku lagi. Lian menunggu Mahesa mau bicara apa tapi ia tidak kunjung bicara segera menepis tangan itu. "Aku lapar jika kamu tidak butuh apa-apa lagi. Aku mohon dengan sangat pergilah dari sini.""Mahesa tidak bisa di usir begitu.""Terserah."Lian merasa kesal kenapa Mahesa sulit sekali di atur. Lian kira setelah menyunguhkan minuman yang Mahesa inginkan ia akan langsung pergi meninggalkannya tapi kenapa ia malah keras kepala."Hm wangimu masi
Read more

Bab 74

Mahesa menaruh kantong yang ia pegang di dapur. Ia sudah tahu dimana dapur unit Lian. Seperti di dalam rumahnya sendiri. Ia melangkah dengan santainya ke arah dapur dan menaruh semua yang ia beli di atas meja makan. "Aku masih ingat kamu itu suka bubur ayam, aku belikan bubur ayam yang kamu suka. Kamu ingat kedai bubur yang sering kita datangi buat sarapan bersama? Nah aku ke sana dan belikan bubur itu buat kamu. Aku harap rasanya tidak akan berubah.""Mahesa, aku kira kamu tidak akan datang lagi tapi kenapa kamu mendatangiku lagi? Jika Alex tahu dia pasti akan melarangmu untuk mendekatiku.""Oh ya, aku harap kita akan bersaing secara sehat. Ah sudahlah. Kalau dia melarangku untuk menemuimu. Maaf, aku bukan laki-laki yang patuh-patuh saja menerima permintaan dia. Aku harus melakukannya sampai detik akhir.""Apa maksudmu?" Lian memincingkan matanya menatap Mahesa yang terlihat sangat santai. Harapannya pupus karna Lian kira setelah berbicara begitu M
Read more

Bab 75

Lian sedang membereskan buku yang sudah di pakai oleh pengunjung perpus dengan troli ke rak yang sudah di tandai satu persatu namun sebuah suara menghentikan gerakannya. Ia tidak jadi mengambil satu buku untuk di taruh di rak."Aku butuh sebuah buku tentang sejarah, bisakah kamu mencarikannya untukku." Mahesa berdiri di belakangnya dengan tiba-tiba dan suaranya persis di telinga Lian, berbisik yang membuat sekujur tubuhnya merinding dan ngeri. Ia terkurung dan tidak bisa bergerak. "Mahesa ini di ruang publik. Jangan membuatku malu akan perilakumu yang sangat keterlaluan itu," geram Lian padanya meskipun mustahil Mahesa akan menjauh tapi Lian berusaha untuk mencobanya. Tingkah laki-laki selalu bikin geram saja.Mahesa terkekeh tanpa tahu malu lalu menjauh dan berdiri di sampingnya sedangkan Lian mengusap keringat yang terlihat di dahinya. Hawanya menjadi panas gara-gara kelakuan Mahesa padahal suhu pendingin di ruang ini cukup dingin. "Kamu tak
Read more

Bab 76

"Kamu."Desya tersenyum dan tak lama ia mendesah. "Aku pikir kamu akan terkejut melihat penampilanku yang berbeda tapi aku merasa cara pandangmu itu biasa saja.""Siapa yang mendadanimu?""Aku sendiri. Memangnya siapa yang mau mengerjakannya kalau bukan aku sendiri.""Masuk dan bersihkan muka topengmu itu. Aku bukannya bermaksud sadis tapi melihat wajahmu seperti itu lebih baik kamu menghapusnya. Natural lebih baik atau kamu mau, pakai saja bedak dan lipstik berwarna nude agar wajahmu tidak terlalu pucat. Aku punya di dalam jika kamu mau.""Baguslah. Aku suka penawaranmu. Mungkin sebaiknya aku gunakan itu saja ya setiap hari agar tidak terlihat buruk.""Kamu tahu sepertinya mempunyai pasangan tidak selalu membuatmu bahagia."Kami sudah duduk di sova dan Lian mulai mengingat akan foto Alex yang masuk sepintas dalam kepalanya. "Kamu bilang apa barusan? Ada apa dengan pasanganmu. Tunanganmu membuat kamu sedih?"
Read more

Bab 77

Tatapan itu setajam elang. Matanya mengarah satu sosok yang sedari tadi ia amati sejak meninggalkan unit apartemennya. Ia tidak mau beranjak kemana pun, hanya satu yang ia inginkan, mengetahui apa yang ia kerjakan.  Semestinya ia tidak harus mempedulikan. Terserah saja. Toh ia juga bersama dengan teman wanitanya yang ia kenali teman itu juga merupakan teman kerjanya. Mereka terlihat bersenang-senang dan menikmati malam minggu itu. Tapi entah kenapa pikirannya masih tidak tentu dan ia mau tahu Lian baik-baik saja.  Ia juga tidak terlalu serius. Malam itu juga sembari melihat Lian, ia juga sedikit bersantai dengan melihat semua hiburan yang ada di sana sampai seorang anak kecil berdiri di hadapannya lalu mendongakkan kepala. Anak kecil itu tidak takut, ia hanya mengamatinya dalam diam. Keningnya berkerut dan sepertinya ia sedang berpikir. Mahesa tidak tahu apa yang anak kecil itu pikirkan. Kalau di lihat dari rambut yang ia punya sepertinya anak kecil ini ada
Read more

Bab 78

Ini tak main-main, pertarungan hidup mati berada di tangannya. Lian berada di tengah-tengah laut dan ia sedang berjuang di sana untuk meminta pertolongan siapa pun yang bisa menolongnya namun sampai tangan itu tidak terlihat. Tidak ada satu orang pun yang mau menolongnya karna mereka semua tahu ada ombak yang lumayan besar yang bisa menelan siapa saja yang mendekatinya.Semua orang tidak mau peduli hanya bisa melihat tanpa ada rasa kasihan sama sekali dan Mahesa tak mau menunggu. Meskipun ada rasa cemas bisakah ia menolongnya tapi ia menguatkan diri dan mempertaruhkan hidup semuanya akan baik-baik saja.Mahesa bersiap lalu masuk dan berenang ke dalam laut. Menggerakkan tubuhnya untuk menolong. Matanya memandang awas satu titik dimana Lian tadi ada di tempat itu. Air yang bergelombang membuatnya sulit untuk mencarinya. Terkadang ia terbawa tapi ia tetap bertahan di jalurnya. Hatinya serta pikirannya memanggil nama Lian berkali-kali berharap ia akan ketemu d
Read more

Bab 79

Bau aroma makanan membuat Lian terbangun dari tidurnya. Ia tidak tahu ini jam berapa. Seingat dia, rasa lemas tubuhnya membuatnya ingin tidur cukup lama. Lian menggerakkan tubuhnya untuk duduk lalu beranjak dari tempat tidurnya. Aromanya membuat perutnya berbunyi. Hanya dua orang yang punya kunci akses unitnya, kalau tidak dia sendiri yang memegangnya ya Raisa. Adiknya itu yang terkadang datang mengunjunginya hanya sekedar ingin tahu bagaimana keadaan Lian. Apa mungkin yang memasak itu adalah Raisa?Lian penasaran dan ia buru-buru melangkah ingin melihat betapa adiknya itu sangat perhatian. Lian berhenti begitu yang memasak bukanlah sosok yang ada dalam pikirannya melainkan Mahesa yang sedang menumis entah apa di sana."Kamu sudah bangun?"Lian mengangguk dan duduk di kursi. Ia tidak mengira Mahesa masih ada di sini. Lian kira ia sudah pulang begitu Lian memilih untuk tidur. "Kamu nginep di sini? Jika Raisa tah
Read more

Bab 80

Sebuah tangan menarik Lian yang baru saja mau ingin masuk ke dalam perpus. Mau tidak mau, Lian harus mengikuti langkahnya dan sekarang mereka berada di lorong yang sepi. Dari tingkahnya Lian tahu pasti Desya ingin menanyakan sesuatu padanya. Lian tahu Desya suka dengan Mahesa dan tak di sangka mereka bertemu dengan kejadian tak terduga di pantai itu. Desya pasti ingin tahu bagaimana Mahesa berada di sana dan menolongnya."Aku mau bicara sama kamu mengenai ..."Desya berhenti dan ia binggung harus bicara darimana."Mengenai apa? Tentang kecelakaan itu? Itu semua bukan salahmu. Itu semua terjadi karna kecelakaan. Jadi jangan merasa bersalah.""Aku minta maaf telah mendesakmu waktu itu dan aku tahu aku bersalah tapi aku juga ingin tahu tentang laki-laki itu. Dia yang ku temui sewaktu di sini. Di perpus ini. Dia laki-laki yang mempunyai senyum menawan dan dia juga yang membawamu malam itu. Jadi aku ingin tahu kelanjutan cerita kalian.""Tidak ada yang
Read more
PREV
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status