Sebuah tangan menarik Lian yang baru saja mau ingin masuk ke dalam perpus. Mau tidak mau, Lian harus mengikuti langkahnya dan sekarang mereka berada di lorong yang sepi. Dari tingkahnya Lian tahu pasti Desya ingin menanyakan sesuatu padanya. Lian tahu Desya suka dengan Mahesa dan tak di sangka mereka bertemu dengan kejadian tak terduga di pantai itu. Desya pasti ingin tahu bagaimana Mahesa berada di sana dan menolongnya.
"Aku mau bicara sama kamu mengenai ..."
Desya berhenti dan ia binggung harus bicara darimana.
"Mengenai apa? Tentang kecelakaan itu? Itu semua bukan salahmu. Itu semua terjadi karna kecelakaan. Jadi jangan merasa bersalah."
"Aku minta maaf telah mendesakmu waktu itu dan aku tahu aku bersalah tapi aku juga ingin tahu tentang laki-laki itu. Dia yang ku temui sewaktu di sini. Di perpus ini. Dia laki-laki yang mempunyai senyum menawan dan dia juga yang membawamu malam itu. Jadi aku ingin tahu kelanjutan cerita kalian."
"Tidak ada yang
"Kamu kenapa?"Lian menggelengkan kepalanya. Ingin secepatnya berlalu dan tentu saja ingin cepat pergi dari sini dan itu semua demi menurunkan kekesalannya.Sebelumnya ia tidak pernah merasa begitu kesal, ingin berlama-lama dengan Alex karna Lian tahu bersamanya Lian merasa nyaman tapi setelah ia mengetahui tentang foto itu, ia tidak mau berlama-lama dengan Alex. Ada amarah yang ingin ia keluarkan tapi tidak tahu cara mengeluarkannya."Kamu tidak seperti biasanya. Ada yang mengganggu?""Aku mau tahu apa yang kamu lakukan di luar kota. Aku tidak bermaksud menekanmu tapi aku hanya ingin tahu jika hatimu masih belum bisa menganggapku ada. Jangan pernah memintaku untuk berhubungan bersamaku." Lian berusaha untuk tetap tenang tapi ucapannya malah secepat yang ia bisa."Aku bekerja, melihat cafeku dan mengetahui sejauh apa perkembangannya. Apa ada yang salah?"Lian mengambil foto yang menjadi penyebab kedatangannya kali itu. Foto itu L
Keluar dari cafe, mereka di cegat oleh Mahesa. Ia berdiri di depan Lian dan Alex dengan wajah soknya seakan ingin mengajak Alex berkelahi."Dia nggak mau ikut sama kamu. Kamu nggak lihat dia berontak dan kelihatan nggak nyaman. Seharusnya kamu sadar akan hal itu. Cuma laki-laki yang nggak punya perasaan yang bisa memperlakukan wanita seperti itu."Lian berhasil melepas tangan Alex dan ia bersedekap demi membuat gejolak emosinya turun."Dia itu tunangan aku, terserah aku mau apa sama dia. Siapa kamu mau ikut campur sama hubungan aku sama dia. Kamu orang luar dan orang luar nggak berhak ikut campur. Ngerti kamu!""Sorry, aku tahu aku emang orang luar tapi aku nggak bisa melihat wanita di perlakukan buruk sama laki-laki. Apalagi laki-laki itu kamu.""Hahaha." Alex tertawa kencang. Bukan tawa senang melainkan tawa mengejek pada Mahesa. Wajahnya tak kalah sinis padanya. "Apa urusan kamu? Silahkan kamu peduli sama wanita tapi jangan sama Lian. Lian tidak
Alex memberhentikan mobilnya di depan rumahnya. Sebelum keluar dia melirik sebentar Lian yang duduk di sampingnya. Kepalanya masih saja melihat ke arah luar jendela mobil tanpa mau melihat ke arahnya lagi. Setelah kejadian yang tidak terduga tadi bertemu wanita bernama Riandra, Lian diam seribu bahasa. Ia tidak mau melihat atau mengatakan sepatah kata pun. Kesunyian itu membuat Alex mengembuskan napas panjang. Sepulangnya dari perjalanan kemarin, ia pikir tidak akan menemui kejadian seperti ini tapi malah hal tak terduga terjadi.Alex keluar lebih dulu, kepalaa berpikir untuk mencari cara agar Lian tidak lagi mendiaminya dan juga membuat dia berpikir yang bukan-bukan.Alex membuka pintu mobilnya untuk Lian namun Lian masih tetap tidak bergerak sedikit pun dari tempatnya duduk. Lian masih mempertahankan egonya. Alex tahu Lian begitu karna sebuah pengkhianatan dan semua terjadi bukan dari keinginan Alex. Demi apa pun tidak ada rasa sama sekali dengan foto yang Lian berik
Langkah Lian terhenti ketika dia melihat Mahesa berdiri di depan unitnya. Lian jadi bertanya-tanya sendiri apalagi yang ia inginkan setelah ia membuat hubungan dengan Alex kacau.Lian berdiri di depan Mahesa dan Mahesa langsung berdiri tegak."Hubunganku dengan Alex sudah kacau, jangan membuatku semakin sulit Mahesa. Aku tak ingin kamu di sini. Pergilah."Lian menempelkan kunci aksesnya, Lian kira Mahesa akan pergi tapi dugaannya salah. Ia malah mengekorinya masuk ke dalam unit Lian."Aku sudah bilang kalau aku tidak ingin kamu ada di sini.""Aku bawa ini." Mahesa memperlihatkan sebotol wine pada Lian. "Ini buatmu tidak sefrustasi sekarang.""Aku tidak butuh itu, aku perlu sendiri. Itu yang ku butuhkan. Dengan sendiri aku bisa menenangkan diri."Mahesa terkekeh. Ia tidak peduli dengan muka kusut Lian. Ia akan tetap di sini sampai tujuannya selesai.Mahesa menarik Lian untuk duduk dan menaruh wine itu di meja.
Untuk beberapa saat aku merasakan sakirr pada kepalaku yang sangat berat. Rasanya seperti di pukul-pukul. Tanganku memijat kepala yang terasa sakit dan merasakan beban berat lainnya yang terasa di sekitar perutku seperti ada yang memelukku .Lian membuka mata dan melihat beba apakah yang menimpanya saat itu. Tak bisa di percaya. Kepala Mahesa ada di atas perutnya dan laki-laki itu tertidur dengan pulasnya.Lian terkejut kemudian dan tanpa sadar dia terbangun duduk yang membuat kepala Mahesa menggeser turun. Mahesa menggerang namun Lian tidak peduli. Kacau bagaimana bisa mereka tidur bersama. Tapi untungnya mereka masih berpakaian lengkap. Mahesa tidak menyentuhnya sampai sejauh itu."Kamu buatku terkejut saja." Mahesa bergerak miring dan mengambil bantal untuk menutupi wajahnya."Kenapa bisa kamu tidur di sini Mahesa? Siapa yang memberimu izin untuk tidur di tempat yang sama."Mahesa membuka bantalnya dan ia melihat ke arah Lian.
"Surprise,"Gresia menyengir lebar dimana mobil Alex berada. Lian tahu dia tidak bisa berkata tidak kalau sudah ada penyelamat Alex. Dia paling nggak bisa kalau sudah berkaitan dengan Gresia. Gresia mengingatkannya pada Raisa dan Lian tidak mau membuat Gresia bersedih.Gresia memeluk erat Lian setelah lama tidak berjumpa."Kak aku mau traktir dan aku udah bilang juga sama Raisa katanya dia juga mau datang. Kak Lian nggak sibuk kan? Aku nggak mau loh cuma makan keluarga aja nggak ada Kak Lian sama Kak Alex. Kayaknya kurang komplit aja gitu kalau nggak ada kalian."Lian melepas pelukannya dan ia pun mengangguk mengiyakan permohonan Gresia."Kita nanti makannya di resto keluarga aku ya Kak. Aku mau jemput Raisa dulu. Kami udah janjian tadi."Gresia mengedipkan sebelah matanya ke arah Alex. Alex menangkap pergerakan itu. Ia langsung memegang tangannya dan menariknya untuk masuk ke dalam mobil. Setelah Lian duduk, ia berjalan memutar
"Kak ... Kak Lian jahat. Kenapa Kak Lian mengambil laki-laki yang ku sayangi? Kenapa? Kakak kan tahu aku sangat cinta sama dia tapi kenapa Kak Lian malah mengambilnya dariku? Padahal aku nggak pernah mengambil apa pun dari Kak Lian tapi kenapa bisa Kak Lian malah mengambil Kak Mahesa dariku. Dia laki-laki sepenuh hati yang aku cintai Kak. Kak Lian egois.""Tidak Raisa."Lian melangkah mundur dengan raut wajah yang sudah berkeringat. Wajahnya tak kalah pucat. Dia kesulitan untuk mendapat ketenangan saat itu juga. Raisa mengatakan dengan sangat kejam padanya. Dia sudah mengalah dan memilih untuk tidak lagi berhubungan sama Mahesa tapi kenapa Raisa masih menyalahkannya."Aku tahu kamu sayang sama dia makanya Kakak nggak mau lihat kamu bersedih Raisa. Kakak sudah mengalah Raisa. Kakak sudah mengalah demi kamu. Tapi kamu bilang aku yang jahat. Jangan pernah berkata begitu, Kakak tidak suka.""Kalau begitu kenapa Kak Mahesa menemui Kakak kalau tidak Kak L
"Jangan pergi Mahesa."Mahesa menarik senyum tipisnya pada Lian. Dia tidak tergoyahkan sedikit pun meskipun Lian sudah ada di hadapannya memberikan sebuah pencegahan agar dia tidak menjalankan aksinya. Mahesa tetap tidak ada rasa takut atau tidak ada rasa menyerah sedikit pun. Ia akan menjalankan tujuannya. Bertemu dengan mantannya yang mencintainya dari dulu hingga sekarang demi melancarkan aksinya."Mahesa kamu dengar aku kan. Aku tidak mau kamu menemuinya. Please jangan lakukan itu. Dia sudah berjuang untuk hatinya itu supaya tidak lagi mengingat kamu. Jangan menjadi laki-laki yang tidak punya perasaan.""Bagaimana bisa aku akan menikahimu kalau aku tidak tahu tentang keluargamu.""Jangan bercanda Mahesa, kamu sudah tahu tentang keluargaku sejak dulu. Itu cuma alasanmu saja yang memang ingin membuatku kesal. Aku sudah mengatakan jangan tapi kamu tidak lagi peduli. Omonganku seperti angin lalu buatmu."Mahesa menurunkan tangan Lian dan dia