Nuning lunglai di kasurnya bukan karena sakit, tapi karena telepon dari emaknya yang nangis-nangis, mengabari kalau Bambang ketiban rumah mereka yang rubuh, dan saat ini sedang berada di kamar bedah. “Tapi Mas Bambang nggak kenapa-napa kan, Mak?” “Ndak kenapa-napa gimana tho, Nduk? Lah wong kepalanya mandi darah gitu, kok! Haduh ..., padahal masmu rencananya mau kawin bulan depan!” Lalu telepon diambil alih bapaknya, karena si emak malah sibuk menangis ketimbang berbicara. “Tenang, Nduk. Dokter bilang luka di kepalanya memang perlu banyak jahitan, tapi nggak sampai melukai organ yang vital, otak dan mata misalnya. Tapi ya namanya luka di kepala, masmu bakal butuh istirahat sedikit lebih lama. Terpaksa masmu cuti kerja. Terus, nga-nganu ...,” untuk sejenak Pak Priyo terdengar kikuk, “rumah kita kan rubuh atapnya, perlu lekas diperbaiki, ta-tapi nganu, Nduk ..., Bapak ndak punya duit. Bapak mau pinjam dulu sama kamu. Kan waktu itu kamu bilang kalau Jaka
Baca selengkapnya