Beranda / Romansa / Pasutri Jadi-jadian / 30. Harus Apple To Apple

Share

30. Harus Apple To Apple

Penulis: Indy Shinta
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

“Kamu dimana sih?!” tanya Vincent terdengar marah saat Nuning mengangkat teleponnya. Setelah 99 panggilan sebelumnya ia abaikan.

“Kantor Polisi,” sahut Nuning lugas.

“Hah? Kantor apa? P-polisi?!” pekik Vincent di telepon sampai Nuning harus menjauhkan ponselnya dari kuping. “Dimana itu? Kujemput sekarang. Jangan kemana-mana!” perintahnya, lalu menutup telepon setelah Nuning memberitahu lokasinya.

Nuning ketiduran di pojokan saat Vincent tergopoh-gopoh datang bersama pengacara untuk menjemputnya sejam kemudian. “Ayo pulang,” katanya dengan wajah sedingin es. Lalu melepas jas dan memakaikannya kepada Nuning. “Urusanmu sudah beres. Jangan diulangi. Bisa-bisanya kamu meninju dan menggigit Satpol PP? Emangnya kamu_? Ck. Sudahlah!” cecarnya sebelum menggandeng Nuning menuju mobil.

Nuning memang habis berantem. Orang-orang melaporkan dirinya kepada petugas,  mengira ada orang gila lepas dari RSJ  Grogol nyasar ke Monas. K

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pasutri Jadi-jadian   31. Atas Nama Profesionalisme

    Nuning terpukau begitu mobil yang menjemput mereka di bandara memasuki halaman luas sebuah villa kuno yang katanya punya Opa Daniel, sesepuh keluarga Rain. Ia akan tetap mematung di ambang pintu kalau saja Vincent tak buru-buru merangkul dan menggandengnya masuk. Opa Daniel yang sudah menunggu, menyambut kedatangan mereka dengan senyum hangat kebapakan. “Jadi, inilah istri dari pernikahan rahasiamu itu?” ujarnya kepada Vincent, lalu menoleh kepada Nuning. “Siapa namamu, Nak?” tanyanya sambil mengamati Nuning yang lekas menyebut namanya. “Baiklah, Nyonya Vincent. Selamat datang dan nikmati saja pestanya. Berbaurlah dengan yang lain,” katanya sembari terkekeh pergi. Nuning menggigit bibir begitu melirik hidangan yang sudah tersaji. Perutnya seketika mulai dangdutan ngajak makan. Tapi ia harus bersabar karena menunggui Vincent yang sedang berbasa-basi dulu dengan orang-orang. Tak peduli berapa kali Nuning telah menyebut namanya, mereka selalu tanya lagi karena cepat lup

  • Pasutri Jadi-jadian   32. Pulang

    Opa Daniel menyampaikan pidato ulang tahunnya dengan mata berkaca-kaca. “Aku bangga dengan pejuangan kalian hari ini, anak-anak, cucu-cucuku, dan semua menantuku. Kalian semua pemenangnya, nggak ada yang kalah dalam permainan tadi... kecuali mereka yang menyerah. Dan seperti itulah pernikahan. Kalian hanya akan menang jika bisa melaluinya hingga akhir, kala maut memisahkan. Ketiga misi tadi menggambarkan rangkaian proses pernikahan yang sedang dan akan kita lalui. Analogi dari misi pertama, persis menggambarkan kondisi kalian di awal-awal pernikahan. Antar pasangan mungkin masih perlu waktu untuk saling mengenal lebih baik di tahap ini. Akan ada banyak pertanyaan yang bisa memicu persoalan, tapi percayalah, jawaban demi jawaban atas persoalan antara kalian itu akan muncul dengan sendirinya di tengah jalan. Kalian hanya perlu bersabar melaluinya bersama-sama. Saling terbuka dan saling percayalah. Cobalah saling mengisi kekurangan satu sama lain. Misi kedua, menggambar

  • Pasutri Jadi-jadian   33. Semua Orang Berhak bahagia

    Jaka menjemput Nuning di bandara Radin Inten seorang diri. Lalu mengadu banyak hal kepada Nuning tentang semua kekisruhan yang menimpa persiapan pernikahannya sembari nyetir. “Ujianku buat nikahin Erna kok banyak banget tho ya?” keluhnya terdengar lelah. “Salah sendiri mau nikahin dia. Balikan lagi aja sama aku, kan aman...” ledek Nuning bikin Jaka senewen. Nuning jadi ngiri melihat semangat perjuangan Jaka yang tiada habis demi Erna. Mulai saat ini, dia nggak boleh baper lagi sama Jaka. Sebab Jaka sudah menarik batas yang tegas. Hubungan mereka sudah sangat jelas. Mantan, tapi tetap teman. Tanpa secuil pun perasaan yang tertinggal. "Setelah ini, apa rencanamu? Mau balik ke Jakarta lagi, apa menetap di kampung?" tanya Jaka mengganti topik setelah curcol panjangnya. "Entahlah. Tapi aku kepikiran ingin jadi youtuber." Jaka ketawa lirih. "Youtuber apaan?" Akhirnya kepo juga. "Youtuber tukang makan-makan." Lalu Nuning menceritakan tentang koleksi

  • Pasutri Jadi-jadian   34. Bersatu Kita Teguh, Bercerai Nikah Lagi

    Meski Jaka sudah minta maaf dan pada akhirnya mengembalikan Nuning secara baik-baik, Pak Priyo dan Bu Parmi masih belum bisa terima. Apalagi setelah itu si mantan mantu langsung siap-siap menikah dengan Erna, anaknya Pak Botak yang masih satu kampung dengan mereka. Kalau Jaka nikah dengan orang jauh sih mereka nggak akan semalu ini. Hal itu serasa mencoreng-moreng wajah mereka dengan arang yang paling kelam. Harga diri mereka sebagai orangtua Nuning bagai diinjak-injak dan diringsek sampai habis. Tiada yang tersisa dalam hati Bu Parmi selain kemarahan. “Huh. Dasar si Botak matre... mau terima Jaka jadi mantunya karena udah sukses aja sekarang. Coba dulu? Saat Jaka masih jadi orang susah? Emangnya dia mau kalau anaknya dikasih mas kawin tiket Damri kayak anak kita dulu?” Bu Parmi diam-diam masih menyimpan dendam kesumatnya. Kenyataan kalau puteri mereka sebenarnya telah diceraikan Jaka sejak 5 tahun lalu tersebar cepat ke seantero kampung. Jadi berita paling nge

  • Pasutri Jadi-jadian   35. Bingung Memulainya

    Nuning sedang mempersiapkan kebayanya yang cantik buat kondangan ke nikahannya Jaka besok. Nggak peduli Bu Parmi dan Pak Priyo ngamuk-ngamuk melarang. “Jangan merendahkan dirimu sendiri, Nduk! Ngapain datang ke nikahannya mantan?! Emak tuh capek dengerin gosip tentang kalian yang nggak ada udahnya! Kedatanganmu besok paaaassti jadi gosip besarrrr!” cegah Bu Parmi sambil kipas-kipas bukan karena gerah, tapi karena hatinya masih panas! Kesal anaknya selalu kebagian jatah digosipin yang jelek-jelek. Sementara Jaka dan Erna kebagian bagusnya. “Kalau tau bakal gini jadinya, mati-matian bakal kucegah kalian biar nggak nikah!” omel Pak Priyo berapi-api. Kedua orang tua itu tiba-tiba saling lirik. Seakan terkoneksi dalam obrolan tanpa suara. Lalu tersenyum licik sambil manggut-manggut. Lalu melipir ninggalin Nuning buat menuntaskan misi terakhir. "Jadi, apa rencanamu sekarang, Pak?" desak Bu Parmi sambil menyingsingkan lengan bajunya, siap diaj

  • Pasutri Jadi-jadian   36. Biarpun Mantan Tetap Teman

    Sekeras orangtuanya melarang, sekeras itu pula niat Nuning menghadiri penikahan Jaka dengan Erna. Masa bodoh semua orang memandanginya dengan canggung saat ia baru tiba dan memasuki tenda. Tapi Nuning sudah berbesar hati dan nggak ambil peduli mau dikatain apa lagi. Toh urusannya dengan Jaka udah kelar. Dia datang ke sini sebagai sahabat, bukan mantan. Padahal orang-orang memandanginya karena kaget melihat perubahannya yang semakin cakep dan stylish. Belum lagi jam tangan emas berlapis berlian yang dipakainya, kelihatan kayak asli padahal emang asli. Kalau orang-orang kampung tahu itu emas dan berlian asli, pasti pada semaput. Kehadiran Nuning di tengah-tengah tenda biru itu sukses mencuri perhatian. Dirinya terlihat begitu elegan dalam balutan kebaya yang sewarna dengan jam tangan cantiknya, juga tas dan sepatu mahal keluaran brand international yang dibeli langsung dari Italia. Tapi kasak-kusuk orang-orang yang semula sibuk ngomongin Nuning berubah jadi me

  • Pasutri Jadi-jadian   37. Kisruh

    Jaka udah curiga sejak kapan tahu pernikahannya hari ini bakal disabotase. Tiba-tiba saja penghulunya menghilang tanpa kabar. Sementara bapaknya Erna nggak pede buat nikahin anaknya sendiri, tapi ogah nyerahin perwakilannya ke Wali Hakim. Jadwal akad nikahnya jadi molor jauh dari waktunya. “Kita tunggu sampai penghulu datang!” kata bapaknya Erna sok tenang. Padahal keringetnya lagi banjir ngeliat tenda birunya udah penuh sama orang-orang yang kepingin menyaksikan pernikahan sakral ini. Undangan yang datang membludak diluar dugaan. Soalnya orang sekampung telanjur kepo. Soalnya drama pernikahan puterinya ini berbalut rumor yang kerap melibatkan kisah masa lalunya si calon mantu dengan si mantan. Ibunya Erna mohon-mohon kepada si bapak supaya memberanikan diri nikahin anaknya, soalnya penghulunya nggak datang-datang padahal udah menjelang siang. Bapaknya Erna kekeuh nggak mau. Tapi karena tamunya udah pada ngumpul ramai, Pak Botak nekat maju juga. Ngomongnya jadi berbe

  • Pasutri Jadi-jadian   38. Bencana Tak Selalu Buruk

    Nuning memegangi jantungnya yang nyaris melompat ke langit saking senangnya. "Vincent? Betulan ini kamu?" tanyanya yang tak perlu, sebab dari desah napasnya saja, Nuning tahu ini memang dia. "K-kamu di Milan kan?" tanyanya. Lalu terdengar suara tawa merdu Vincent yang rasanya sanggup merontokkan seluruh bulu keteknya yang lupa belum dicabutin."Iya, aku masih di Milan. Kamu?"Nuning tersenyum sembari berjalan menjauhi janur kuning yang melambai-lambai di belakangnya. Kalau si janur bisa ngomong, pasti udah manggiin dia, 'Woooy jangan kabur! Tanggung jawab lo, udah bikin rusuh pernikahan mantan!'"Aku sekarang di kampung. Ehm, ada apa meneleponku?" jawab Nuning masih dengan senyumnya yang malu-malu senang. Jantungnya masih terasa jeladugan tak menentu.Tapi kemudian, jantungnya serasa berhenti berdetak saat terdengar suara perempuan lain dalam telepon Vincent, tapi itu bukanlah suara Nyonya Rose..."Sayaaang, ayo lekas

Bab terbaru

  • Pasutri Jadi-jadian   Epilog

    Jaka menyematkan cincin, yang dikeluarkannya dari kotak Tiffany Blue, ke jari manis Nuning. Kemudian keduanya saling memandang penuh cinta. “Menikahlah denganku, Ning?” pinta Jaka. Nuning mengangguk cepat. Tiada keraguan lagi yang menggelayuti hatinya. Segala kegalauannya tentang pernikahan pupus sudah. Tak perlu menunduk takut menghadapi pernikahannya yang ketiga kali ini. Dia siap menikahi Jaka, pria yang sejak kecil sudah menunjukkan loyalitas persahabatannya pada Nuning. Lelaki itu menyenangkan dengan segenap kekurangan dan kelebihannya. Nuning sudah memahaminya luar-dalam, demikian pula sebaliknya, Jaka pun memahami Nuning. Mereka hanya perlu mengikat lebih erat hatinya dengan saling percaya. Kenyamanan dan kedamaian dalam jiwa yang tenang, adalah wujud nyata dari cinta sejati yang mereka rasakan. Tuan Rain dan Nyonya Rose yang mendengar rencana pernikahan mereka, berbesar hati menerimanya. Nyonya Rose menjadikan momen itu sebagai latihan

  • Pasutri Jadi-jadian   184. Harga Mahal Sebuah Pengampunan

    Akhirnya Nuning dapat tertidur pulas. Kesedihan, duka, dan tangis telah menguras energinya sejak kemarin. Tidur akan sangat membantu proses pemulihannya nanti.Dan ditengah tidur lelapnya, Nuning memimpikan sosok Jaka. Lelaki itu duduk di tepi ranjangnya sambil tersenyum. Mengamati dirinya sambil membelai-belai wajahnya yang bersimbah tangis.Dia masih sesosok Jaka yang tampan, tiada sedikitpun luka yang tampak dalam dirinya. Jaka tampak sehat dan baik-baik saja.“Ning? Sudah bangun?” sapanya dengan teramat lirih. Senyum tak lepas dari wajah indahnya.Nuning terdiam dan menatap lelaki itu cukup lama. Dan dalam mimpinya ini, Nuning teringat Jaka sudah mati.Nuning mengulurkan tangan. “Jak?” panggilnya. Kemudian Lelaki itu menundukkan wajahnya.Nuning membelai-belai ketampanan yang terpampang di depannya. Nuning tak peduli ini nyata atau bukan. Tak peduli lelaki itu mati atau tidak. Dia hanya ingin tetap bisa menyentuhn

  • Pasutri Jadi-jadian   183. Kasih yang Membebaskan

    Jaka meninggal.Cuma dua kata. Tapi butuh waktu dua puluh jam bagi Nuning untuk sanggup mencerna maknanya, di sela-sela pingsannya yang tak berkesudahan.Wanita itu mengedarkan pandang di saat sadarnya, dia menemukan Vincent yang tak lepas menggenggam tangannya. “Dennis lagi sama opa dan omanya. Mereka sedang menenangkan Dennis. Papa dan Mama langsung terbang ke sini begitu mengetahui kabar itu dari berita. Mereka mencemaskanmu dan Dennis. Mereka turut berduka sedalam-dalamnya, termasuk Opa Daniel,” bisik Vincent dengan kelembutan yang biasanya menenangkan, tetapi tidak dalam situasi Nuning saat ini.Ungkapan belasungkawa itu justru menambah luka dalam dada Nuning yang kian menganga lebar. Tentu semua orang bisa begitu mudah menerima kematian Jaka. Karena mereka tak terlibat emosi sedalam ini dengan lelaki yang teramat berarti baginya.Nuning menggeleng. Tidak. Dia belum siap dengan ini!Akan tetapi, siapa yang betul-betul siap menghada

  • Pasutri Jadi-jadian   182. Dia Tak Boleh Pergi

    “Kamu nggak mau nungguin Dennis pulang dulu nih, Jak?”Jaka menggeleng sambil memaksakan diri menarik segaris senyum di bibirnya. Dia enggan bertemu dan berbasa-basi dengan Vincent saat suasana hatinya sedang seburuk ini. Dia masih merasa kesal dan kecewa lelaki itu menggeser posisinya di acara Father Day hari ini, momen pentingnya bersama Dennis, darah dagingnya. Meskipun dia juga paham, Vincent berhak berada di sana.Bagaimanapun Vincent juga ayah Dennis. Vincent juga malaikat mereka. Jaka tak sanggup membayangkan apa jadinya jika Nuning menghadapi kehamilannya seorang diri dengan segala kesulitannya kala itu, tanpa lelaki yang seharusnya bertanggung jawab atas janin yang tengah dikandungnya, yaitu dirinya!Berkat kebaikan Vincent pula Nuning dan Dennis bisa merasakan hidup yang lebih dari sekadar layak. Lelaki itulah yang telah memuliakan wanita yang dicintainya ini. Vincent mengangkat status sosial Nuning setinggi langit, sesuatu yang tak dapat J

  • Pasutri Jadi-jadian   181. Dalam Keheningan

    “Ayah, besok ada acara Father Day. Ayah mau ikut nggak?” tanya Dennis disela-sela makan siangnya di sebuah hotel bersama Nuning dan Vincent yang baru saja tiba dari Jakarta.“Ayah kan masih capek, Sayang. Dennis ajak Uncle Jack aja, ya?” sahut Nuning sambil mengusap-usap sayang rambut Dennis.“Tapi kan Ayah belum pernah ikut acara Father Day sama Dennis?” bocah tampan itu tampak merajuk.Vincent terlihat ingin mengalah dan menjawab ‘baiklah’. Namun Nuning dengan cepat menangkap kelelahan yang memenuhi wajah tampan pria itu.“Dennis, Uncle Jack pasti sedih kalau Dennis menggantikan posisinya dengan tiba-tiba kayak gini. Padahal Dennis sudah jauh-jauh hari bikin janji sama Uncle tentang acara ini. Uncle pasti sudah bersiap-siap sekarang. Dennis tega bikin Uncle Jack kecewa?”Namun Vincent dengan cepat menyanggahnya, “Nggak apa-apa, Ning. Dennis benar, kok. Aku perlu ikut acara itu seka

  • Pasutri Jadi-jadian   180. Jatuh Cinta dan Konsekuensinya

    Jaka mulai frustrasi. Tak enak makan dan tak nyenyak tidur. Tenggelam dalam kekecewaan yang menggerusnya dengan sesak yang menyakitkan.Ningtyas geram melihatnya!“Kamu tahu konsekuensinya sejak awal kan, Mas? Jatuh cinta itu harus siap-siap sakit. Namanya aja jatuh cinta. ‘Jatuh’ yang artinya bisa saja nyungsep, ngglepar, nyusruk ... dan semuanya itu pasti berujung sakit. Kamu nggak bisa cuma menginginkan cinta dengan mengabaikan kemungkinan sakitnya. Sampai kapan kamu mau terus begini?” Ningtyas mengomelinya. Melihat Jaka senelangsa ini, membuat hatinya ikut nelangsa juga.Jaka menimang-nimang kotak Tiffany Blue di tangannya, yang telah begitu lama ia simpan untuk Nuning dengan segaa kesabaran dan penantiannya. “Kau betul, aku harus tahu kapan saatnya menyerah dan melepaskan mimpiku ini, dan menggantinya dengan mimpi lain yang lebih mungkin,” desahnya sambil mengecup kotak itu, kemudian membukanya.Ningtyas terbelalak

  • Pasutri Jadi-jadian   179. Kado Permintaan Dennis

    Hari ini, Jaka sedang mewujudkan kado permintaan Dennis. Bocah itu rupanya sedang belajar mendesain layangannya sendiri, tapi dia belum bisa mengeksekusi idenya tersebut menjadi sebuah layangan seperti harapannya. Kemudian meminta Jaka menciptakan untuknya sebagai kado spesial. Tentu dengan senang hati Jaka mengabulkannya.Mereka berdua pun membuat layangan di teras belakang rumah Jaka, di dekat area kolam renang pribadinya. Sebab studionya sedang dipenuhi para pekerja yang sedang memproduksi layangan untuk dijual, maupun untuk memenuhi pesanan para pelanggan.Ayah dan anak itu merakit layangan sambil berbincang santai.“Memangnya, apa sih kado yang Dennis minta dari Ayah Vincent kemarin?” selidik Jaka penasaran.“Cincin.”“Cincin?” Jaka mengerutkan kening. Permintaan yang tak lumrah.“Bukan buat Dennis kok, tapi buat Bunda.”“Loh, kok buat Bunda?”Dennis tertawa kecil

  • Pasutri Jadi-jadian   178. Cinta Pertama Mengukir Cerita

    Saat mendengar bunyi langkah kaki di belakangnya, Nuning menoleh dengan cepat. Jaka tampak tersenyum dengan buket bunga mawar merah di tangannya. Nuning mencebik saat menerimanya, tapi sambil mengendusi wanginya yang khas.“Cantik.”“Secantik kamu.”“Gombal.”“Digombalin aja aku masih aja ditolak, apalagi kalau nggak?” goda Jaka sambil mengambil alih pekerjaan Nuning mendekorasi ruang tamu yang akan digunakan untuk perayaan ulang tahun Dennis yang ke-11 secara kecil-kecilan, yang hanya dihadiri keluarga saja.“Dennis mana?” tanya Jaka sambil memompa beberapa balon.“Pergi sama Vincent.”“Ke mana?”“Beli kado.”“Beli kado?”“Dia menolak kado yang dibawa Vincent jauh-jauh dari Amerika, dan bilang mau memilih sendiri kadonya, lalu menyeret Vincent ke kota untuk membeli kado pilihannya sendiri.”

  • Pasutri Jadi-jadian   177. Untuk yang Terakhir

    Dua tahun yang lalu,Ningtyas mungkin bukan satu-satunya orang yang merasa terkejut saat mendengar kabar perceraian Nuning. Tetapi, dia adalah orang yang paling ditekan rasa bersalah kala mendengarnya. Saat itu, Jaka dan Nuning masih berada di Lampung, mengurus Pak Priyo yang baru menjalani operasi jantung.Ningtyas merasa bosan dan menelepon Jaka.“Mas, kapan sih pulangnya? Lama banget? Banyak PR desain yang belum kamu beresin nih. Lagipula, nggak ada kamu di sini nggak seru!”“Main aja ke rumah Dennis.”“Loh, Dennis di Buleleng?”“Iya, dia udah balik duluan sama Helda. Soalnya dia harus sekolah.”“Wah, kalau gitu aku main ke sana deh. Kangen juga aku sama lasagna di cafenya.”“Kalau kamu lagi senggang, tolong bantuin Helda antar –jemput Dennis sekolah.”“Mas, kerjaanku di studio kita tuh udah banyak. Ini m

DMCA.com Protection Status