Home / Romansa / Pasutri Jadi-jadian / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of Pasutri Jadi-jadian: Chapter 91 - Chapter 100

185 Chapters

91. Gala Dinner

“Ning, bisakah kau mewakili Mama menghadiri ‘Gala Dinner 20 tahun Good Farmer Company’? CEO-nya kan Tante Vanesha, sahabat Mama. Nggak enak kalau nggak ada perwakilan kita yang datang. Helda sedang meluncur ke rumahmu, kau masih punya waktu mempelajari pidato sambutannya. Mama sedang kurang enak badan. Jangan lupa, sampaikan salam Mama untuknya,” ujar Nyonya Rose di telepon.“Baik, Ma. Selamat beristirahat, semoga Mama lekas pulih,” jawab Nuning tak mungkin berkata tidak. Sebab itu bukanlah sebuah permohonan, melainkan perintah secara halus. Dia sudah sangat mengenali bahasa sang mertua.“Vin,” panggil Nuning kepada Vincent yang sedang asyik bermain ring donat bersama Dennis. Saking asyiknya, suaminya sampai tak mendengarkan panggilannya. Nuning pun tersenyum seraya melipat kedua tangannya di perut, memperhatikan aktivitas kedua makhluk terindah dalam hidupnya itu.Saat melihat ring donat, Dennis aktif bergerak men
Read more

92. Tamu VIP

“Selamat malam dan selamat datang, Tuan dan Nyonya Vincent,” sapa Deborah, sekretaris Nyonya Vanesha, seraya tersenyum dan mengangguk hormat. “Mari, silakan ...,” katanya sembari berjalan di sisi Nuning, mendampingi sang tamu menuju sebuah meja yang diperuntukkan khusus tamu VIP perusahaan.“Halo, Vincent ...?” sapa Nyonya Vanesha kala Vincent sedang menarik kursi untuk istrinya. “Wah, wah ..., kau semakin tampan saja padahal sudah menjadi ayah!” pujinya seraya memeluk Vincent dengan lembut seperti memeluk puteranya sendiri. Lalu perempuan bersanggul sasak tinggi itu menoleh dan tersenyum ramah kepada Nuning. “Selamat malam, Sayang. Bagaimana kabar Dennis?” sapanya sembari memeluk lalu saling menempelkan pipi.“Dennis sehat dan sangat baik, Tante,” jawab Nuning dengan tersenyum. “Oya, Tante, maaf ..., Mama sangat menyesal nggak bisa turut hadir karena sedang kurang enak badan. Beliau menitipk
Read more

93. Jangan Menusuk Jempol Kaki Raksasa

“Ayo kita pulang, kasihan Dennis kalau ditinggal lama-lama,” ajak Vincent di tengah-tengah acara, padahal acara belum sampai pada puncaknya.Melihat suaminya sudah begitu gelisah, mau tak mau Nuning mengangguk. Apalagi ASI-nya sudah terasa penuh dan perlu diperah secepatnya. Toh tugasnya menggantikan Nyonya Rose pidato sudah selesai. “Baiklah, ayo ...,” jawabnya.Keduanya pun beranjak dari kursinya dan bergandengan menuju pintu keluar. Helda pun buru-buru berjalan mendekat, dan Nuning lekas berkata, “Sampaikan salam kami kepada Nyonya Vanesha. Kami pulang duluan, kasihan Dennis kalau ditinggal lama-lama,” katanya yang diangguki wanita tangan kanan Nyonya Rose itu. Lalu Helda menelepon Pak Suryo agar lekas bersiap di lobi.Erna berdecak sinis melihat Nuning. Dia pun lekas berdiri dan setengah mengejar Nuning, ingin pura-pura menyapa, penasaran ingin melihat reaksinya semata. ‘Kalau kau melihat aku di sini bersama Jaka, ma
Read more

94. Nelangsa

Jaka memandangi foto yang terlipat di tangannya, yang selama ini terselip rapi dalam dompetnya. Foto Jaka sedang berdua dengan ibunya. Lalu dia membuka lipatannya, sehingga kini menampakkan sosok Nuning yang tersenyum lebar di sebelah ibunya. “Andai saja aku tak menyembunyikan perasaanku yang terdalam padamu selama itu, Ning ...,” sesalnya sungguh tiada berguna.‘Ternyata ..., kau menikahi seorang cucu dari Daniel Sutomo, sosok yang sangat kuhormati. Pengusaha sukses yang sangat rendah hati. Kurasa, suamimu juga menuruni kebaikan hati beliau, Ning. Bisa kulihat dari caranya memperlakukanmu semalam. Begitulah seharusnya seorang pria memperlakukan wanitanya yang berharga. Hal yang belum sempat kutunjukkan padamu sejak dulu. Dia ... jauh lebih baik dariku, Ning. Berbahagialah..., kau layak mendapatkannya,’ batinnya antara turut bahagia sekaligus merasa nelangsa.Untuk sejenak, ingatannya melayang kembali ke masa kuliahnya dulu, dalam sebuah acara k
Read more

95. Masa Laluku vs Dendammu

Perlahan, Doni mengusap sisa-sisa air mata di wajah Erna. “Maaf, aku baru mengetahuinya. Pasti ini berat buatmu, Er,” ucapnya begitu lirih. Masih ada rasa yang tiba-tiba menyembul lagi dalam hatinya demi memandangi wanita yang sudah lama ia kagumi dalam diam. Namun ia pilih merelakan Erna begitu mengenal sosok Jaka yang baik dan bertanggung jawab di matanya. Meski ada rasa sakit kala dulu Erna memperkenalkan pria itu sebagai kekasihnya. Terlebih pantulan cinta di mata Erna begitu ramai tiap memandangi Jaka. Saat itulah Doni tersadar, tiada tempat lagi baginya.Doni menepuk-nepuk lembut pipi Erna yang sembab. “Er, kau masih punya aku. Datanglah padaku jika kau butuh teman bicara. Jangan lagi kau simpan sendirian semuanya, dan jangan lagi kau lampiaskan kesedihanmu dengan meneguk minuman keras. Itu hanya akan merusakmu,” bisiknya seraya menatap Erna dengan sorot kelembutan.Menerima kepedulian yang ia butuhkan, Erna pun menyurukkan wajahnya ke pel
Read more

96. Semakin Larut, Semakin Hanyut

Pertengkaran pagi buta itu berbuntut panjang sampai berminggu-minggu kemudian. Jaka sampai memutuskan pindah kamar, tanpa menunggu Erna mengusirnya lebih dulu dari kamar mereka. Sementara Erna pun menjaga jarak ketat-ketat dari suaminya sendiri. Namun diam-diam, hatinya kerap tertusuk setiap kali mendapati Jaka melengos darinya. Meski Erna sedang memakai lingerie, tapi Jaka seperti sedang melihat babi yang haram disentuh apalagi dicicipinya. Membuat Erna merasa frustrasi. Padahal biasanya, tubuh indahnyalah yang kerap mengembalikan Jaka dalam pelukannya. Dan Jaka selalu sanggup mengubah segala makian dan ocehannya menjadi desahan erotis yang berakhir dengan pekik kepuasan. Ya, kenikmatan yang diberikan Jaka padanya, ... memang begitu sempurna!Kini, Jaka berubah menjadi pangeran es di mata Erna. Ketampanan dan kesempurnaan fisiknya, menjadi hal yang cuma bisa dilihat Erna tanpa bisa disentuh. Tatapannya yang dingin pun sanggup membekukan kepongahannya selama ini, seh
Read more

97. Cuma Soal Waktu

Erna menguap panjang sambil menggeliat di balik selimut. Lalu meringis sambil memegangi kepalanya yang terasa pengar efek mabuk semalam. Tapi kemudian ia tersenyum puas. Akhirnya ... setelah sekian lama, dia bisa bercinta lagi dengan lelaki yang amat ia dambakan. Erna pun menoleh ke sisinya, “Selamat pagi, Sayang?” sapanya lembut seraya membelai punggung telanjang lelaki yang tengah tidur meringkuk membelakanginya. Erna menyiapkan senyum terbaik yang dimilikinya seraya menunggu lelaki itu berbalik padanya.“Selamat pagi, Er?” sapa Doni dengan senyum yang tak kalah manisnya. Namun justru membuat wanita di depannya menjerit histeris seketika.“K-kamu ..., ngapain di sini?!” tunjuk Erna dengan mata mendelik ngeri.“Er ...?” desah Doni seraya mengulurkan tangan. Tapi Erna semakin histeris menjauhinya.“Don! Ap-apa ... yang terjadi? K-kenapa ... k-kau ... ada di sini ...?” Wajah Erna begitu pucat. Lal
Read more

98. Serangan Dendam

Perselingkuhan Erna dengan Doni menjadi kabar paling menggegerkan dalam internal perusahaannya. Semua orang tampak syok mendengar kabar mengejutkan itu.“Gila ya, Pak Doni kan tangan kanannya Pak Jaka? Bisa-bisanya selingkuh dengan istri bosnya sendiri.”“Kok bisa ya, Bu Erna selingkuh dengan Pak Doni? Padahal dari semua sisi, Pak Jaka kayak nggak ada kurangnya.”“Sayang banget ya, padahal mereka pasangan sempurna. Pak Jaka ganteng dan Bu Erna cantik. Sama-sama pintar cari duit pula.”“Itulah, artinya nggak ada yang namanya manusia sempurna di dunia ini. Cuma mereka berdua aja yang tahu apa kurangnya. Kita mah cuma bisa nonton.”“Iya sih, tapi ya masih nggak nyangka aja.”Berbagai komentar mewarnai kejadian itu. Jaka bisa merasakan tatapan simpati di sekitarnya. Tapi hati Jaka menolak menerimanya. Jauh dalam hatinya, Jaka sangat menyukuri hal ini. Baginya, perselingkuhan Erna sama s
Read more

99. Rebound

Seisi kampung dibuat geger dengan viralnya berita yang menyeret-nyeret masa lalu Nuning dengan Jaka. Parman Cs sampai terbelalak syok melihat video keduanya sedang bercinta. Meski remang-remang karena lampu kamar dalam video itu dimatikan, tapi masih tertangkap jelas di mata mereka, betapa keduanya sangat menikmati pergulatan panas yang turut menyambar libido orang yang menontonnya.“Wah, wah ... ternyata mereka memang cocok dalam segala hal. Mulai dari teman main, teman nyolong, teman rusuh, sampai jadi teman ‘main’ di ranjang!” komentar Parman sambil cengengesan tanpa penghakiman. “Ngehek bener nih, Jaka ... dulu aja bilangnya baru mau nikahin Nuning kalau udah nggak ada perempuan lagi di bumi, taunya dinikahin juga padahal stok perempuan masih banyak! Eh, setelah dinikahin ... keenakan juga tho!” kekehnya. Dari desahan dan cara keduanya saling memanggil nama satu sama lain, jelas sekali menunjukkan kalau pergulatan itu melibatkan perasaa
Read more

100. Cinta Itu Menguatkan

“Maafkan atas berita yang kurang berkenan itu, Opa,” ujar Vincent dengan tangan terkepal menahan malu sekaligus rasa tak enak dalam hatinya. Opa Daniel memanggilnya pasti untuk alasan ini, sebab skandal Nuning yang memanas di luar sana turut menyeret-nyeret nama baik kakeknya yang terhormat.Opa Daniel memandangi Vincent dengan sorot teduhnya. Lalu pria tua itu terkekeh pelan. “Vin, apa kau ingat yang pernah kukatakan dulu? Apa yang membuat orang terpecah belah saling benci, atau memilih bersatu dan saling dukung?”“Isi pikirannya.”“Betul, pada dasarnya orang akan dikelompokkan berdasarkan isi pikiran mereka. Dan?”“Isi pikiran orang bisa mudah berubah-ubah, sesuai informasi yang diterima dan dicernanya.”“Nah!” Opa Daniel mengangguk-angguk puas karena sang cucu masih mengingat segala petuahnya dengan begitu baik. “Jadi, ini adalah kunci,” ujarnya seraya menunjuk t
Read more
PREV
1
...
89101112
...
19
DMCA.com Protection Status