Home / Fiksi Remaja / SPERANZA / Chapter 1 - Chapter 10

All Chapters of SPERANZA : Chapter 1 - Chapter 10

13 Chapters

Prolog

Milan, Italia, 28 Mei 2021.  Saat ini sang purnama yang cantik jelita sudah duduk manis di langit yang begitu luas, sinarnya menyoroti setiap pergerakan makhluk di bumi. Cuaca yang cerah membuat kita dapat melihat sang purnama dengan jelas, begitu pula dengan keluarga bahagia yang tengah menatap purnama sambil berbincang hangat dan menikmati makan malam bersama.  Ibu, ayah dan dua anak perempuan mereka yang terlihat sangat cantik tertawa bersama karena candaan yang dilontarkan oleh sang ayah. Mereka terlihat begitu harmonis, tidak ada yang mengganggu mereka karena mereka telah menyewa restoran itu untuk malam ini.  "Tertawalah, tertawalah untuk terakhir kalinya." Dibalik pagar tanaman merambat seorang gadis dengan hoodie yang menutupi kepala dan masker
last updateLast Updated : 2021-07-30
Read more

001: Memulai Kisah Cinta

Jakarta, Indonesia, 14 Juli 2021 SMA Zervard adalah salah satu SMA favorit di Jakarta dan saat ini sekolah tersebut tengah ramai dan dipadati oleh siswa siswi baru. Para murid baru berkumpul dilapangan bersama anggota OSIS dari sekolah tersebut.  Pemuda dengan pakaian yang sangat rapi berdecak sebal saat melihat lapangan dan koridor yang dipenuhi oleh para siswa dan siswi. Dia berjinjit untuk melihat celah agar bisa berjalan melewati mereka semua.  Namun, tidak ada celah sedikitpun. Lelaki itu dengan lesu membalikkan badannya, namun tanpa sengaja dia menabrak seorang perempuan hingga membuat semua buku yang dia pegang berjatuhan di atas lantai.  Lelaki itu dengan cepat menunduk dan membereskan buku-bukunya. Sang perempuan juga ikut membereskan buku milik lelaki tersebut membuat lelaki itu terkejut. 
last updateLast Updated : 2021-07-30
Read more

002: Posesif

Cuaca yang begitu panas. Hari ini matahari merdeka memamerkan sinarnya. Keringat mengucur dari dahi hingga ke ujung kaki. Semua orang tidak tahan dengan hawa panas di sekeliling mereka.  Yang berada di dalam ruangan saja kepanasan dan bagaimana dengan orang yang berada di luar ruangan? Para murid kelas dua belas ipa tiga sedang merasakannya. Dibawah terik matahari mereka diminta untuk berolahraga. Tidak tahu berapa liter keringat yang sudah mereka keluarkan.  Yasa menghembuskan napas untuk kesekian kalinya. Dia sudah tidak sanggup melakukan aktivitas ini lagi. Namun sayang, Yasa tidak bisa memberitahu siapapun kalau dia ingin berhenti melakukan semua ini.  Dengan wajah yang begitu pucat, Yasa berlari mengelilingi lapangan dengan teman-teman sekelasnya. Keringat yang jatuh di setiap detiknya, detak
last updateLast Updated : 2021-08-09
Read more

003: Perempuan Yang Penuh Amarah

"Kita mau kemana?" Yasa menatap keluar melalui jendela mobil. Suasana malam ini sangat sepi. Hanya ada beberapa kendaraan yang melintasi jalan raya ini. Yasa menoleh ke arah Speranza saat Speranza tak kunjung menjawab pertanyaannya. "Kita mau kemana?" ulangnya sambil menatap Speranza. Speranza hanya melirik dan tidak menjawab. Yasa menghela napas bersabar. Beberapa menit kemudian mobil berhenti di sebuah taman yang sangat sepi bahkan mungkin sudah lama ditinggalkan. Yasa menelan ludah saat merasakan hawa dingin yang membuatnya merinding. "Ayo turun!" ajak Speranza. "Tunggu!" ucap Yasa sambil menahan tangan Speranza. "Kita mau apa disini? Tempat ini sangat seram," ujar Yasa menelan salivanya gugup. 
last updateLast Updated : 2021-08-11
Read more

004: Khawatir

"Kau lihat?!" Speranza hanya mampu menunduk saat sang ayah menunjuknya dengan penuh amarah. Speranza memejamkan matanya saat ayahnya membanting handphonenya. "Itulah alasanku tidak membiarkanmu berkeliaran di sini, Kau benar-benar tidak bisa hidup di luar," kata sang ayah membuat Speranza menatapnya terkejut. "Tidak bisa hidup di luar? Apa kau berniat untuk mengurungku?!" tanya Speranza tak habis pikir. "Ya! Aku berniat untuk mengurungmu! Kalau saja manusia sepertimu tidak ada di dunia ini, maka dunia ini akan begitu damai." "CAIDEN!!" Speranza meneriaki nama ayahnya membuat semua orang tuanya menatap dirinya terkejut. "Berani sekali kau meneria
last updateLast Updated : 2021-08-17
Read more

005: Memutuskan Hubungan

Baru kali ini senyum Yasa bertahan cukup lama. Dia terlalu bahagia untuk berpura-pura menahan senyumnya. Yasa berjalan masuk ke dalam rumahnya.Saat ini jam menunjukkan pukul 21.52. Yasa menghela napas karena sadar dia telah pergi keluar terlalu lama. Dengan jantung yang Berdetak dengan cepat, Yasa terus melangkah masuk ke dalam rumah. "Hebat!" Tubuh Yasa tersentak. Dia menoleh kearah sumber suara. Dia terdiam saat melihat mama dan papanya berdiri dengan wajah penuh amarah. "Hebat ya kamu sekarang!" ucap sang mama membuat Yasa terdiam. "Ada apa ma?" tanya Yasa lugu. Arzan yang melihat itu tertawa dengan keras. "Semakin lama kau semakin pintar," komentar Arzan membuat Yasa semakin takut. 
last updateLast Updated : 2021-08-19
Read more

006: Saling Rindu

"Tapi, bu ...." "KELUAR!!" Xaviera mendorong tubuh Byakta dan Yasa hingga keluar dari rumahnya. Byakta dan Yasa hanya bisa pasrah mengikuti keinginan Xaviera. Mereka berdua menghela napas. Yasa menatap pintu rumah Xaviera dengan tatapan bingung. "Byakta," panggil Yasa membuat Byakta menoleh ke arahnya. "Apa?" Yasa menatap Byakta dengan serius. "Apa kau tidak merasa ada yang aneh?" tanya Yasa membuat Byakta mengerutkan dahinya bingung. Byakta menggeleng. "Tidak. Memangnya kenapa?" tanya Byakta balik. "Mengapa ibu Speranza memanggilnya dengan nama Flavia?" tanya Yasa sambil mengelus dagunya. "Mungkin saja itu nama panggilan dari ibunya," sahut Byakta membuat Yasa terdiam. "Lalu, kau lihat sendiri bukan? Ibu Speranza memiliki wajah asli orang Indonesia sedangkan Speranza wajahnya sangat kental dengan Italia," kata Yasa membuat Byakta terdiam. "Mungkin saja ayah Speranza asli Italia," jawab Byakta sedikit ti
last updateLast Updated : 2021-09-12
Read more

007: Kebenaran Lovie

Dengan wajah penuh amarah, Caiden menarik tangan Speranza. Dia mendorong Speranza ke arah sofa dengan begitu kasar. "Ayah enggak suka kamu dekat dengan orang lain!"Speranza mengelus pergelangan tangannya yang tadi dicengkram oleh Caiden. Hatinya sakit karena baru kali ini Caiden bersikap kasar kepadanya. "Apa dia kekasihmu itu?!" tanya Caiden penuh amarah. Speranza diam tidak menjawab.Caiden mencengkram dagu Speranza dengan begitu kuat. Speranza berusaha untuk melepaskan cengkraman itu menggunakan tangannya."Jangan bertingkah lagi Via! Jauhi semua orang! Saat di Italia kamu tidak pernah memiliki teman jadi jangan pernah berpikir untuk memiliki teman di sini!" teriak Caiden.Speranza menaikkan satu alisnya. "Apa jika aku membuat masalah kau akan mengembalikan ku ke Italia?" tanya Speranza.Caiden mengepalkan tangannya dengan kuat. Dia melepaskan cengkramannya dari dagu Speranza. "TIDAK AKAN PERNAH!!" bentak Caiden membua
last updateLast Updated : 2021-09-13
Read more

008: Kebenaran yang sangat menyakitkan

"SPERANZA!!"Speranza dan Arzan terkejut saat mendengar itu. Arzan menoleh ke sumber suara sedangkan Speranza dengan mengambil tangan Arzan dan menaruhnya tepat diatas rambutnya. Speranza bertingkah seolah-olah Arzan menjambaknya."AAKKHH!! APA YANG KAU LAKUKAN?!!""ARZAN SAKIT!!!"Speranza terus berteriak membuat Arzan terkejut. Arzan melotot dan berusaha untuk melepaskan tangannya, namun Speranza mencengkram tangannya dengan kuat. "Dasar rubah licik!" desis Arzan saat melihat air mata Speranza.Yasa yang melihat Speranza kesakitan memberanikan diri menolongnya. Dia menjauhkan tangan Arzan dari rambut Speranza, kemudian di a mengelus dan merapikan rambut Speranza. "Apa kau baik-baik saja?" tanya Yasa begitu khawatir. Speranza menatap Yasa, dia mengangguk dan langsung memeluk Yasa.Sedangkan Arzan, dia menatap pergelangan tangannya yang mengeluarkan darah akibat tercakar kuku Speranza. Satu tangannya yang lain terke
last updateLast Updated : 2021-09-15
Read more

009 : Pengkhianat?

Malam yang gelap dan begitu sunyi. Mobil Speranza terparkir di jalanan yang begitu sunyi dan mungkin jalanan ini tidak pernah di lalui oleh siapapun.  Di dalam sana, Speranza tengah tidur. Dia kembali kabur agar mereka semua tidak bisa kembali ke Italia.  Tidur Speranza begitu nyenyak hingga akhirnya sebuah telepon yang masuk berhasil mengganggu tidurnya. Dia tersentak dan menggeram. Speranza menatap handphonenya dengan kesal. Tadinya dia tidak ingin mengangkat karena mengira itu adalah kedua orang tuanya, namun rasa penasaran kembali mengalahkannya. Speranza melihat siapa yang meneleponnya dan dengan terburu-buru dia mengangkatnya.  "Halo Yasa, ada apa?" sapa Speranza setelah mengangkat panggilan itu.  Tidak ada sahutan sedikitipun dari Yasa. Speranza mengerutkan dahinya bingung dan kembali memastikan kalau yang meneleponnya adalah Yasa.  "Yasa?" panggil Speranza agar Yasa berbicara.  "Speranza,"
last updateLast Updated : 2021-10-02
Read more
PREV
12
DMCA.com Protection Status