Home / Romansa / Dynasia / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Dynasia: Chapter 41 - Chapter 50

117 Chapters

Bab 12: Part 4

Ardi mulai keluar dari gedung kantornya dan tanpa sengaja melihat dua orang yang pernah dikenalnya. Ternyata benar saja ada dua orang yang sempat dikenal dulu. Mereka adalah Alya dan Asia.  "Lah tumben banget ngelewatin kantor?" desis Ardi.  Saat Ardi ingin menemui Alya dan Asia, ternyata mereka sedang bersama seorang lelaki. Netranya tidak mungkin salah melihat lelaki. Semua itu berlalu begitu cepat seperti sebuah adegan di film. Tidak lama Alya Pergi, sedangkan Asia bersama seorang pria. Ardi merasa kalau Dylan melihat bisa langsung patah hati.  Saat digandeng dengan pria itu, Asia tidak terlihat menolak tindakan yang dilakukan oleh pria itu. Padahal jangankan dipeluk, dipegang saja Asia suka marah. Perasaan Ardi mengatakan kalau Asia sudah berubah.  Nyebelin Lo Asia. Kenapa sama dia mau, kenapa sama Dylan nggak mau? Batin Ardi.  Untuk memberitahu kepad
Read more

Bab 13: Part 1

"Maafin aku ya yang, harusnya tadi jam 6 sudah selesai. Nggak tahu, deh, jadi ngaret kayak gini," Nafisah langsung menaiki motor, di sana terlihat Dylan sudah menunggu sejak lama. Seharusnya hari ini jadwal Nafisah photoshoot produk sekitar 2 jam saja. Tetapi karena ada keterlambatan, mau tidak mau Nafisah harus mengikuti jadwal yang ditunda itu. Kali ini Nafisah dipilih sebagai salah satu model photoshoot produk. Sebelumnya Nafisah pun memang seorang Influencer sejak lama. Tak heran kalau popularitas Nafisah semakin meningkat saja. Dylan yang sejak tadi sudah kelelahan menunggu Nafisah hanya bisa mengantuk saja. Lalu dia pun hanya tersenyum saja saat melihat Nafisah berbicara. "Aduh maaf ya sayang tadi, tuh, ada photoshoot. Seharusnya sudah kelar tapi ada meeting tambahan. Maaf ya kamu kelamaan ya nunggu?" ujar Nafisah yang berusaha menjelaskan kepada Dylan. "Kamu laper nggak?"Sedangkan Dylan hanya menggeleng-gelengkan kepalanya saja.
Read more

Bab 13: Part 2

Sudah sekitar sebulan lamanya mereka berdua tidak berkomunikasi. Sedangkan Dylan masih memutar video itu. Rasanya seperti tidak mungkin jika Asia semudah itu berpaling ke pria lain. Aneh, bukan, dulu Asia tidak ingin mendekati Dylan? Apa jangan - jangan ini hanya pura - pura? Asia settingan!!Hal itu bisa saja terjadi tetapi jika dipikir-pikir buat apa Asia melakukan hal itu. Jika benar Asia melakukan hal itu. Sekarang Asia sudah berhasil membuat Dylan merasa cemburu. Selamat! Asia berhasil membuat hatinya berapi - api. Sialan!Saking kesalnya, Dylan tidak sadar kalau sudah membangunkan kepalanya ke setir mohil. Melihat itu, Nafisah sampai kaget dengan ulah dari suaminya itu. "Ya ampun, sayang kamu kenapa, sih?" Nafisah melihat suaminya dengan raut wajah yang berbeda dari biasanya. Dylan baru sadar kalau ada Nafisah disampingnya. "Maaf Naf, lagi ada yang dipikirin tadi. Kaget ya?"Nafisah mulai her
Read more

Bab 13 : Part 3

Nanda sudah tiba di rumah Asia, dan langsung diajak makan oleh kedua orangtuanya. Nanda dan Asia langsung masuk saat dipersilakan untuk masuk ke rumah orang tua Asia. Di sana Mama Asia terlihat sudah selesai memasak makanan kesukaan Asia. Harumnya sampai tercium ke hidung Asia dan Nanda. "Wah Tante, harum banget. Lagi masak apa?" Nanda berusaha berdiri dan mengarah ke meja makan. "Ini, lho, Nan, Tante habis masak makanan kesukaan Asia. Nanda udah makan, kalau belum makan bareng aja ya sama Tante sama Asia juga?" Mama Asia berusaha mempersilakan Nanda untuk makan bareng bersama keluarganya. "Oh iya Asia, coba panggilin papamu dong. Ini biar mama yang panggil kakakmu," Mama Asia berusaha bangun dari tempatnya dan menuju ke kamar kakaknya Asia."Nanda tunggu disini ya, Tante!" Nanda seketika tersenyum lalu mulai merubah raut wajahnya.Nanda baru ingat kalau sudah satu bulan lamanya menjalin hubungan dengan wanita itu. Te
Read more

Bab 13: Part 4

Asia hanya tersenyum saja saat melihat mata mereka berdua saling bertatap satu sama lain. Lucu saja ketika dua sejoli yang dulunya berjauhan kini menjadi satu dan canggung. Sudah sekitar 1 bulan lamanya hubungan ini mulai berjalan. Tetapi Asia masih belum bisa menerima seutuhnya Asia.  Terkadang ia bingung bagaimana harus merespon sikap dan tingkah laku dari Nanda.  Sampai saat ini hanya ada satu nama Dylan, bodohnya lagi Asia belum bisa menerima pemuda 190 cm itu. Asia mulai menggandeng tangan Nanda dengan kuat, sentuhan itu membuat Nanda tersadar dan langsung melirik ke arah Asia. Tak biasanya Asia merespon lebih dulu, melainkan selalu Nanda lah yang memulai paling utama. Tetapi kini Asia mulai merespon dan Nanda merasa Asia mulai membuka hati untuknya. "Kok ngelamun, sih, awas kesambet jin. Laper, kan? Yuk turun," Asia mengajak Nanda untuk turun ke ruang makan. Di sana sudah ada keluarga Asia yang sudah menunggu mereka di ruang makan. 
Read more

Bab 13: Part 5

"Sekarang, sih, begitu ya? Tapi kamu belum tahu, kan, kalau Asia marah udah kayak harimau kelaparan, lho!" kata kakaknya Asia yang berucap dan menghadiahkan calon adik iparnya dengan injakan di jempolnya. Hingga membuatnya kesakitan. "Ya ampun anak mama ini kok diam aja! Dilihatin cowoknya, tuh, nggak malu apa kamu," seru sang Mama yang tiba - tiba ikut campur saat memberikan piring ke suaminya. Nanda yang melihat uniknya keluarga Asia hanya tertawa saja. Sedangkan pacarnya, Asia seolah berusaha memulai hubungan dengan Nanda. Terlihat Asia sekarang dibandingkan Asia pertama kali berjumpa dengan Nanda hening dan selalu menolak. Asia sekarang sudah jauh berbeda. Usai makan selesai, Nanda dan Asia bergegas membantu Mama Asia untuk membereskan sisa makanan. Sembari mereka mempersiapkan dan membersihkan makanan. Tak jarang mereka sempat saja bercerita seolah kawan lama yang tidak pernah bertemu kini berjumpa kembali. Bisa dibayangkan ka
Read more

Bab 14: Part 1

"Mau beliin hadiah apa buat Ria, Nan?" Asia menoleh ke arah Nanda yang sedang fokus mengendarai sepeda motornya. "Aku aja bingung..menurut kamu gimana?" Nanda hanya tersenyum kecil saja saat berbicara dengan Asia. Asia menatapnya dengan pandangan yang berbeda. Buat apa, sih, ke mall kalau nggak tahu apa yang dibeli. Heran, deh, sama Nanda? Lebih baik kita minum di kafe gitu daripada kayak anak hilang. Apalagi kafe di dekat mall ini juga lagi diskon, lumayan, kan?"Aku nggak tahu buku mana aja yang menarik untuk anak remaja gitu. Kamu mau bantuin pilihin nggak?" kata Nanda sambil memberentikan motornya di tempat parkir. "Biasanya Ria suka baca komik apa?" Asia yang baru turun dari motor Nada. Gadis itu mulai merapikan rambut, dia tahu naik motor membuat rambutnya menjadi tidak beraturan. Sesekali dia merapikan rambutnya melalui cermin yang dibawa di tasnya. Nanda hanya tersenyum saat melihat rambut Asia yang berantakan. Rasan
Read more

Bab 14: Part 2

Asia Armelina!Please, demi saya kamu jangan jadi pelakor. Nggak baik lebih baik bangun cinta sendiri daripada harus merebut punya orang lain. Iya.. iya, gue juga nggak mungkin kali jadi pelakor. Iya kali, Asia juga sadar diri Nafisah, kan, banyak duit. Lah Asia mah apa atuh cuma anak yang baru kerja beberapa bulan aja. Tapi, sih, kalau Nafisah mau ngasih uang, Asia mah nggak keberatan sama sekali. Apalagi lumayan juga, kan, buat jajan di tempat ternama hehe. Eh kok malah ngelantur begini, sih. Apa, sih, Lo As? Bahaya jadi pelakor, dosanya besar dan dia pasti jadi omongan banyak orang. Apalagi mereka berdua memang udah couple banget. Apaan blasteran Jawa sama Lombok, dia mah cantik blasteran lah. Ya nggak ada yang salah, sih, kalau dia lebih cantik daripada Asia. Ihh ya ampun Asia, kok mikirinnya malah makin ngelantur, sih. "Heh, kok malah ngelamun, jadi beli nggak nih," Nanda menepuk bahu Asia. Entah kenapa saja gadis ini k
Read more

Bab 14: Part 3

Sedangkan Dylan di tempat lain sedang menuju ke apartemen milik Nafisah. Ternyata saat dicari, Nafisah sedang tidak ada di tempat. Dan dia justru memperhatikan sebuah pakaian yang diincar lama olehnya. Ternyata saat ingin dibuka itu adalah pakaian yang diinginkan selama ini. Sejak melihat itu, kemudian Dylan mulai menutupnya kembali. Dan mulai mengingat kalau Nafisah pun tahu kalau Dylan menginginkan hal itu. Sebenarnya Dylan ingin membeli pakaian itu, tetapi rasanya dia nggak sanggup. Sampai ketika dia akhirnya tahu kalau Nafisah lah yang membelikan untuk dirinya sendiri. Sejak saat itu Dylan merasa menjadi suami yang paling bodoh di dunia ini. Brengsek! Pastinya apalagi dia sudah menyakiti wanita itu. Melihat Nafisah tidak ada di tempat, Dylan tahu ada seseorang yang bisa membantunya. Iya, sahabatnya Nafisah, siapa lagi kalau bukan dia? Dylan mulai menyalakan ponselnya dan mencari nomor seseorang yang bisa membantunya. "Hallo Sha
Read more

Bab 14: Part 4

"Tenangin diri Lo aja, tunggu gue buatin minuman buat Lo,""Thanks ya," Nafisah langsung menerima gelas yang berisikan lemon hangat. Rasanya asam sekali seperti kisah cintanya. "Maaf ya cuma bisa ngasih lemon hangat. Keaseman ya?"Nafisah melihat ke arah sahabatnya itu, dia selalu ada untuk Nafisah. Bukan seperti Dylan yang selalu mencari pencarian lain. Entah kenapa cuma sahabatnya ini yang lebih peduli dengan dirinya dibandingkan dengan kekasihnya itu. Sebenarnya yang jadi pacarnya itu sahabatnya atau Dylan, sih?Tetapi tak lama air matanya mulai menetes. Demi apapun, kali ini pertahanan Nafisah sudah roboh!"Eh..kenapa lagi kok nangis?! Ya ampun gue salah ya. Atau keaseman lemon hangatnya?!"  Nafisah meletakkan gelasnya di meja. Lalu menutup wajahnya dengan tangan, saat ini Nafisah merasa menjadi seorang wanita yang dikhianati oleh pacarnya sendiri. Tetapi sahabatnya berusaha menenangkan Nafisah. "Dylan..," Nafisah masih
Read more
PREV
1
...
34567
...
12
DMCA.com Protection Status