Home / Romansa / Dynasia / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Dynasia: Chapter 31 - Chapter 40

117 Chapters

Bab 10: Part 1

Mama Shita mengetuk pintu Dylan,"Ya, siapa?" sahut Dylan dari dalam kamarnya. "Ini Mama, Dyl," Shita membuka pintunya perlahan dan mulai memperlihatkan kepalanya di balik pintu. "Sini mah, masuk aja," Dylan hanya tidur-tiduran saja di atas kasur dan hanya melihat ponselnya. Shita masuk atas permintaan anak lelaki sematawayangnya. Lalu Dylan menyenderkan kepalanya di bahu milik ibunya itu. Shita mengusap wajah anaknya, Dylan dengan penuh cinta. "Kamu lagi kenapa, sih? Kayaknya lagi memikirkan sesuatu," kata wanita itu. "Dylan udah jahat banget jadi seorang pasangan, Ma" katanya. Sedangkan Mama Shita hanya tertawa saja melihat tingkah anaknya. Definisi jahat bagi Dylan adalah telah menyakiti Nafisah. Dan meninggalkan Asia tanpa kabar. Dylan malah kesal melihat reaksi mamanya. "Dylan serius, nih, kok malah senyum, sih?""Mama! Ihh nyebelin banget, sih!" Dylan langsung mencubit perut Mamany
Read more

Bab 10: Part 2

Dylan menjadi terdiam. Haruskah dia menyakiti salah satu wanita yang amat dicintainya. Lalu siapa orangnya?Malam sudah menyapa dan pikiran Dylan masih saja berantakan. Memilih antara Nafisah sebagai istrinya atau Asia teman kantornya? Tiba-tiba wajah dua wanita itu bermunculan secara bersama-sama. Kata dari Mama Shita pun ikut memenuhi pikiran Dylan. "Arrggh!!" keluhnya kasar. Dylan memukuli kepalanya dan menutup kepalanya menggunakan sebuah bantal. Dia berharap agar kedua wanita itu cepat menghilang dari kehidupannya. Bukannya menghilang, Dylan malah tidak bisa bernapas sama sekali. Lalu Dylan langsung saja melempar bantal itu dengan tangannya. "Nyebelin banget, sih, ini bantal!" Dylan langsung melempar bantal yang berada di tangannya. Gimana Dylan nggak kehabisan napas, soalnya Dylan menutupi semua wajahnya. Jadi, wajar saja kalau tidak bisa bernapas. Lalu ia meraih ponselnya dan melihat media sosial Asia. Di
Read more

Bab 10: Part 3

Asia baru saja berbaring di tempat tidurnya yang empuk. Badannya sudah siap untuk tidur tetapi matanya masih terbelalak kemana-mana. Pikirannya masih melayang sejak ucapan Nanda waktu itu. Nanda menawarkan dirinya sebagai salah satu pegangan Asia agar bisa menjauh dari Dylan."Lo bisa jadiin gue target, As,""Itu hak Lo, mau nganggep gue ada atau enggak,""Please, kali ini ijinin gue supaya Dylan bisa cemburu karena kedekatan kita,""Gue juga bisa membuat Dylan untuk pergi dari Lo, As"Saat mengingat ucapan Nanda, Asia tidak terlihat senang sama sekali. Melainkak keningnya mulai bercucuran keringat dingin. Hari ini ia hanya menghabiskan waktu bersama Alya dan Nanda aja. Sedangkan sekarang ada tawaran menarik yang ditawarkan oleh Nanda. Asia serba salah, ingin menjauh dari Dylan tapi tidak suka Nanda. Asia pun bisa - bisa saja untuk memberikan kesempatan kepada Nanda. Tetapi hatinya masih menginginkan Dylan dan sulit berpal
Read more

Bab 11: Part 1

"Asia!" Dylan memanggil Asia dengan alasan agar duduk di samping Dylan. Ya mau tidak mau dia harus duduk tepat di samping orang yang dicintai oleh Asia. Tetapi harapan Dylan semakin terbukti sejak keberadaan Asia di sisinya. Walaupun Alya memperbolehkan Asia untuk duduk disamping Dylan, tapi tetap saja Alya masih meminta Asia untuk menjauhi Dylan. Dylan hanya tersenyum saja saat melihat gadis pujaannya ada dan duduk di sampingnya. Tapi harapannya pupus, saat Alya masih saja memperingati gadis itu untuk tetap menjauh.Walaupun sekarang pekerjaannya sudah menumpuk, tetapi tak satupun pekerjaan yang dapat dilakukan. Bagaimana mau menyelesaikan pekerjaan kalau wajah cantiknya Asia selalu menghipnotis dirinya?. Mulai dari cara saat Asia tertawa, kefokusan Asia saat mengerjakan pekerjaannya. Apalagi di saat - saat itulah adalah hal yang terindah bagi Dylan. "Kok lucu banget, sih" desis Asia. Temannya yang melihat keanehan pada Dylan langsung m
Read more

Bab 11: Part 2

  "Lo suka sama Asia, kan?" bisik Ardi. Saat suara itu sampai ke telinganya, Dylan langsung kaget. "NGGAK USAH KEPO, DEH, LO!" Dylan kesal, tanpa sadar Dylan berteriak. Seisi ruangan beserta Asia tiba-tiba melotot ke arah mereka berdua.  "Ardi! Dylan!" Mati gue.  Dylan menolek dan mendapati atasannya Pak Genta sedang menatap mereka berdua dengan kemarahan. Beliau ini jarang sekali marah tetapi sekalinya diganggu bisa - bisa ruangan kantor hancur dibuatnya. "Kalian bukannya kerja, malah bercanda!" "Ini, lho Pak, Dylan yang mulai duluan, nih" kata Ardi sambil menoleh ke arah Dylan. Coba kalau Dylan, nggak teriak juga mereka nggak akan terkena marah.  "Bukan saya, Pak, itu mah si Ardi tuh yang ganggu saya dari tadi. Kan saya mau fokus dari tadi jadi nggak bisa," Ardi hanya mampu melirik temannya yang satu ini. Ingin rasanya langsung menghajar Dylan di saat itu juga. Awas ya! Kapan - kapan gue bongkar ra
Read more

Bab 11: Part 3

"Gue nih yah menduga kalau Angel hamil diluar nikah, Lo percaya gak? Terus tahun ini dia tiba - tiba aja nggak mengadakan pesta ulang tahun," Alya berapi - api saat menjelaskannya ke Asia.  "Sumpah, Al, itu berita yang nggak bermutu. Dan gue sih nggak peduli, lagian kok bisa-bisanya sih dia hamil diluar nikah. Nggak habis pikir, deh, sama anak jaman sekarang kok bisa sampai kebobolan gitu," tutur Asia menimpali ucapan Alya. "Iya masih mending dia yang nemenin, Lo emang ada?" Kemudian tidak lama tangan Asia langsung mengacak-acak rambut Alya. "Berisik, lo, Alya! Diam kenapa, sih!" kata Asia. "Tuh, kan, rambut gue jadi berantakan," keluh Alya berusaha untuk merapikan rambut Asia. Jangan salahkan Alya, kalau pekerjaannya nggak selesai-selesai. Keseringan mengacak-ngacak rambut Alya, sih.  "Eh tumben lagi disini," Ardi langsung duduk di sebelah Asia.  "Eh kok berenti, sih, lanjutin aja gapapa. Santai aja, lah," ujar Ardi yan
Read more

Bab 11: Part 4

"Tapi btw sikap dia kayaknya semakin aneh tanpa sama Lo, As. Agak sedikit gesrek aja gitu otaknya,""Heh? Lo jangan asal ngomong deh, Ar. Masa sih cuma gara-gara dijauhin sama Asia, Dylan jadi agak gila?" kata Alya histeris mendengar Dylan mulai gila gara-gara Asia. Bukan hanya gila, bisa hilang akal kali ya kalau sampai Asia punya gebetan. "Lo berisik tahu, nanya mulu. Kalau nggak percaya liat aja sendiri sana!. Gue juga nggak habis pikir udah dapet istri yang cantik masih aja negedeketin gadis yang suci ini?" ucap Ardi tanpa omong kosong. "Heh? Serius dia masih punya istri?""Ya masih, lah, liat aja di ignya juga masih ada foto Dylan sama Nafisah,""Kebangetan banget ya, kok bisa sih dia tega mau menyakiti kedua wanita," ucap Alya yang masih kesal dengan perbuatannya Dylan. "Yaudah gue balik ke meja gue dulu, nggak enak udah lama gue disini,""Ye, nyebelin banget, sih, Lo""Eh sebentar deh.." Ardi mulai berbalik dan mula
Read more

Bab 12: Part 1

Dylan mulai menyenderkan kepalanya di kursi ruang kerjanya. Pikirannya mulai kemana - mana memikirkan dirinya, hubungan bersama Asia sampai Nafisah. Tak habis pikir betapa sulitnya pikiran Dylan saat ini terutama sejak Asia mulai menjauhinya. Sudah lama rasanya Dylan tidak pernah datang kembali ke rumah Asia. Kalau berkunjung ke rumah Asia pun, Dylan bingung harus beralasan apa. Setiap kali Dylan datang kesana pasti ada saja alasan dari Asia. Entah itu ada urusan bersama Nanda ataupun Alya. Sayangnya kehadiran Dylan hanya berakhir berbicara dengan ayahnya Asia hingga kakaknya. Dylan menghembuskan napas. Ia masih merasa kesal hingga saat ini. Sampai suatu ketika ia merasa ada yang menepuk tubuhnya. "Heh! Lu masih waras?"Mendengar suara itu, Dylan langsung menengok sekilas. Di sana sudah ada seorang pria dengan rambut hitam yang berdiri tepat di tempat Dylan duduk. "Ihh kok cuma diliatin aja, sih. Lo tumben disini, nggak bias
Read more

Bab 12: Part 2

Ardi mulai menyenderkan tubuhnya tepat di sebelah Dylan. Lalu dia mengeluarkan minuman dingin dan sepotong cokelat. "Dan gue mau tanya sama Lo sekarang, Lo cinta sama siapa?"Mendengar pertanyaan dari Ardi, Dylan hanya bisa terdiam saja dan merenung. Sebenarnya siapa, sih, yang dia cintai? Asia atau Nafisah?"Sekarang gue tanya lo masih cinta nggak sama Nafisah?""Gue masih cinta tapi dia sekarang super sibuk jadi males banget, deh, gue," Dylan mengalihkan pandangannya. "Kalau sama Asia gimana?"Dylan hanya mengangguk saja. "Dyl, Lo nggak bisa sayang sama 2 perempuan yang sama. Lo harus pilih salah satu, siapa yang bener-bener Lo cintai?"Dylan hanya terdiam. "Lo jangan cuma diem terus menggeleng kayak gini, gue nggak ngerti, nih. Bersuara kek, dari tadi gue ajak ngomong juga,""Gue cinta sama Asia, Asia tuh beda kalau gue deket dia gue bisa nyaman. Nggak tahu aja tuh Asia gemesin, beda kalau sama Nafis
Read more

Bab 12: Part 3

"Mau kemana kita hari ini?" Nanda masih berdiri tepat di hadapan Asia. Dia mulai membersihkan kacamatanya yang buram. Sedangkan Alya hanya menjadi nyamuk saja antara dua orang sepasang kekasih ini. "Nggak tahu, terserah aja, deh," kata Asia. Ia lalu mengalihkan pandangannya ke arah lain. Nanda mulai menggunakan kembali kacamatanya, dan mengelus pipi Asia agar matanya mengarah ke dirinya. "Kalau orang lagi ngomong itu arahnya ke depan bukan malah memalingkan pandangan," ucap Nanda sambil tersenyum sedikit. "Demi apapun ya ampun tolonglah kalau lagi jatuh cinta jangan buat baper orang jomblo, nih,"Mendengar ucapan sahabatnya, Asia langsung mencubit tangan Alya sekeras mungkin. Sampai - sampai Alya kesakitan gara - gara ulah dari Asia. Lagian ini, salah satu usaha Asia yang dilakukan untuk melupakan Dylan. Ini lagi si Alya cari masalah nggak mungkin secepat itu jatuh cinta. Dasar si Alya emang menyebalkan! "Oh iya, Al jalan -
Read more
PREV
123456
...
12
DMCA.com Protection Status