Beranda / Romansa / Dynasia / Bab 21 - Bab 30

Semua Bab Dynasia: Bab 21 - Bab 30

117 Bab

Bab 7: Part 2

"Gimana, enak, kan, dimsumnya?" kata Dylan. Dylan yang masih memperhatikan Asia dari meja kantornya. "Enak, kok. Thank, Dyl," Asia berusaha merespon Dylan sewajarnya. Dia tidak mau kalau harus menjadi orang ketiga di hubungan Dylan dan Nafisah. Dylan tidak menyangka ternyata Asia bisa luluh hanya dengan 1 kotak dimsum. Kalau sudah tahu Asia suka dimsum sudah pasti dibelikan sejak kemarin-kemarin. Tapi walaupun Asia sudah memakan dimsum pemberian Dylan, tetap saja wajahnya seperti itu. Asia sejak tadi terlihat memiliki aura yang tidak menyenangkan. Bukannya disambut, Asia sudah siap memperlihatkan ucapan tidak menyenangkan yang akan dilontarkan olehny. Padahal dia sudah makan dimsum dari Dylan tetapi tetap saja auranya itu tidak pernah hilang. Asia itu lagi kenapa, sih? Suka bingung, deh. Sebentar-sebentar dia ngambek, baik, terus ngambek lagi. Aneh banget, kan? Setiap ditanya malah tatapannya tajam banget. Eh dan sekarang dibilang
Baca selengkapnya

Bab 7: Part 3

"Tapi Lo kalau lagi jutek gini makin cantik, deh," ucap Dylan. Sedangkan Asia hanya diam dan memberikan tatapan tajam kepada Dylan. "Iya, nggak usah ngeliatin gue kayak gitu, kali. Gue tahu kok, Lo kangen kan liat wajah gue?""Cih!" ujar Asia langsung memalingkan wajahnya ke laptop. Gombalan Lo nggak mempan, Dyl. Gue jamin Lo nggak bakal bisa menaklukkan hati gue lagi. Batin Asia.Please, Dyl. Pergi jangan sampai gue gagal move on cuma gara-gara Dimsum. Bodoh banget, sih, gue! Murahan banget, sih, hati gue ini! Sialan! Desis Asia dalam hati. Entah sudah seberapa kuat Asia berusaha melawan semesta. Dan entah kenapa semesta selalu tidak berpihak padanya. Asia kurang yakin apakah dia bisa move-on dari Dylan atau tidak?"Asia, gue mau pesen makan, nih. Lo mau apa?" tanya Dylan seolah ingin mencairkan suasana. Ia mengelus tangan Asia dan berusaha untuk mengajaknya makan. Ini, sih, Dylan, ke
Baca selengkapnya

Bab 7: Part 4

"Kalau Lo lembur lagi. Gue jemput Lo ya?" Dylan melirik ke arah Asia. "Terserah!" Asia menjawabnya dengan ketus. "Hmm..malamnya Lo mau makan apa? Kapan-kapan bareng gue aja ya?"Asia semakin kesal. Kenapa, sih, Dylan selalu memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan. Bisa-bisa Asia semakin menjauh kalau Dylan seperti ini. "Lo makin kesini makin gemes, deh," Dylan gemas melihat pipi Asia. "Nggak usah pegang-pegang. Pipi gue jerawatan nanti," balas Asia dengan tatapan tajam. "Eh, maaf, deh. Yaudah Lo mau pulang bareng gue?""Nggak perlu. Gue bisa pulang sendiri,"Dylan suka sekali mengerjai Asia. Rasanya ingin mengajak Asia pulang. "Oke, gue nggak maksa, kok. Besok, kan, hari Minggu, jalan yuk?""Nggak bisa, gua ada acara sama Alya," kata Asia sigap. "Bukannya dia lagi di luar kota ya, kan, dia ada meeting di luar kota."Bodoh banget, sih, Lo Asia. Bisa-bisanya l
Baca selengkapnya

Bab 8: Part 1

Asia masih kesal, dan tidak percaya pagi-pagi ini Dylan malah datang ke rumah. Asia mengira kalau Dylan hanya bercanda saja. Ternyata Dylan beneran datang ke rumahnya di pagi buta. Mendengar kedatangan Dylan, Asia langsung turun dari kamarnya dan membuka pintu untuk Dylan. "Lo tuh ya bisa nggak sih nggak usah ganggu gue. Masih ngantuk tahu, nih?"Asia bahkan masih dalam keadaan muka kusut. Bahkan belum sempat sikat gigi sejak kedatangan Dylan. Sejak Dylan datang, Asia pun sudah tidak peduli apakah Dylan akan kebauan karena Asia belum mandi. Biarkan saja Dylan semakin menjauh karena ini salah satu cara agar Asia bisa move-on dari Dylan. Tetapi Dylan malah bersikap enteng saja dan tidak ada masalah kalau Asia belum mandi. "Buruan mandi, gue mau numpang makan disini. Boleh, kan?" katanya. Asia semakin kesal dengan tingkah Dylan. Demi Allah, apa dosa Asia selama ini jika masih dihantui dengan Dylan setiap harinya. "
Baca selengkapnya

Bab 8: Part 2

Asia langsung masuk ke kamar mandi, dan mengganti pakaiannya sesuai permintaan ibunya. Kalau bukan permintaan ibunya, Asia sudah pasti mengusir Dylan sejak tadi. Seharusnya hari libur Asia bsia dinikmati dengan menonton oppa - oppa Korea kesukaannya. Tetapi yang datang malah Dylan, menyebalkan! Saat Asia membuka pintu kamarnya,"Gitu, dong, cantik, deh," ucap Dylan yang terpesona melihat kecantikan Asia. "Lo nggak usah kegeeran ya, gue dandan begini demi permintaan ibu gue. Bukan gara-gara Lo?" kata Asia dengan ucapan yang sinis. "Eh..Asia nggak boleh gitu sama tamu. Harus ngomong yang lembut, kan, mau diajak jalan," kata kakaknya Asia. Sedangkan ibunya yang tidak sengaja mendengar percakapan anaknya dengan Dylan hanya senyum-senyum saja. Terkadang anak-anaknya ini bisa memberikan kebahagiaan walaupun dalam hal yang kecil. Melihat hal itu, Dylan ikut tertawa saja mendengar perbincangan kedua kakak beradik ini. Setelah perbincangan i
Baca selengkapnya

Bab 8: Part 3

"Kemana aja, sih, kamu kok pagi-pagi udah nggak ada?" protes Nafisah. Ia kesal lalu melipatkan tangannya di dada. "Tadi aku ada perlu sama temen, jadi maaf nggak bilang kamu dulu," kata Dylan. Padahal Dylan baru saja mengajak Asia jalan. Ada-ada saja kebohongan yang dilakukan Dylan. "Ayo duduk, bantuin aku dong," Nafisah memberikan tempat untuk Dylan agar duduk. "Aku lagi ada projects, nih, tapi si Rico lagi ada urusan," "Lah kok gitu, sih, dia?""Iya, soalnya lagi ada acara keluarga katanya. Jadi mau nggak mau aku yang edit, deh. Mana susah lagi," Nafisah curhat kepada Dylan.Rico teman Dylan dan sekaligus pacar temannya Nafisah. Hanya Rendi, salah satu teman Nafisah yang Dylan kenal. "Kalau kamu nggak bisa lebih baik nunggu Rendi aja. Daripada hasilnya jadi berantakan nanti, toh kamu sendiri yang rugi," "Iya, tahu yang. Tapi masalahnya aku harus update hari ini juga, soalnya aku dapat projectnya juga ud
Baca selengkapnya

Bab 9: Part 1

Asia semakin kesal, temannya ini kalau bicara selalu tidak ada remnya. "Lo ngomong sekali, tangan gue siap ngehajar Lo, nih".Alya hanya pasrah, takut sekali kalau Asia ngamuk. Tahu sendiri kalau sekali tamparan Asia bisa membekas merah di wajahnya. "Iya santai dong. Lo mau, kan, tapi gengsi?""Iya nggak harus sama Dylan juga kali. Ya kali gue disuruh balikan gitu sama dia,""Jadi, Lo maunya apa? Sama Nanda atau sama Dylan?" Alya bertanya dengan tatapan yang tak biasa. Bukan main, punya temen kok ada sih ngajak ribut kayak si Alya. Asia rasanya ingin mencekik temannya satu ini. Bukannya mendukung Asia untuk move on, tetap saja Alya memancing emosi Asia. Jangan salahkan Asia, kalau besok nyawa Alya bisa melayang. Dan sudah pasti yang terbunuh adalah Alya dan yang membunuh adalah Asia. "Ampun deh, dosa gue masih banyak jangan digorok dulu. Bahaya, nih, masuk neraka gue nanti" kata Alya sambil memohon ampun ke Asia."Awas Lo bilang
Baca selengkapnya

Bab 9: Part 2

"Sha, gue harus gimana sekarang?" Nafisah langsung berada tempat di rumah Shayra. Ia menduduki sofa empuk nan lembut berwarna cokelat muda. "Kalau gue jadi Lo, udah gue maki-maki itu orang," bentak Shayra yang seolah membela sahabatnya ini, Nafisah. "Dan apa Lo mau kehilangan Dylan selamanya. Suami Lo itu?""Justru itu gue bingung sekarang. Gue masih cinta sama Dylan tapi di sisi lain sikap Dylan tuh udah berubah 100 persen ke gue. Dan gue harus gimana sekarang?""Lo labrak aja tuh si Asia. Pasti cowok itu nggak bakal ngedeketin kalau nggak digoda duluan. Percaya deh sama gue,""Nggak baik, tahu, nggak? Kalian ngelabrak tapi belum ada bukti yang sah. Gimana kalau jadinya mereka cuma sahabatan saja. Contohnya kayak Nafisah sama gue? Bisa aja, kan?""Tapi bener juga kata Rico, Sha. Nah, ini nih yang bikin aku bingung,""Tolong, dong, ada yang patah hati, nih, kalian malah pamer kemesraan lagi, kan gue jadi itu. Gue kangen banget dikasih
Baca selengkapnya

Bab 9: Part 3

"Kalem atuh yang! Jangan ngegas kan aku cuma nanya," Rico mencium pipi Shayra di saat itu juga. "Walau gini-gini juga aku nggak bakal kayak Dylan tukang selingkuh dan aku tetep setia kok sama kamu," "Kalian, tuh, ya nyebelin banget, deh. Udah tahu lagi diajak ngomong masih aja bahas yang lain?" kesal Nafisah. "Dan nasib gue gimana sekarang?" "Nih, ya, saran gue lebih baik kalian cari bukti dulu. Nggak baik, lho, ngelabrak tapi nggak ada bukti yang jelas. Coba kalau kalian ngelabrak pasti nggak ada yang percaya. Banyak kok cewek cowok temenan dekat akhirnya bisa buat pasangannya cemburu. Contohnya kayak si Nafisah ini," "Mustahil! Masa temen jalan bareng malem-malem lagi makan jagung. Apa coba maksudnya?" cecer Shayra yang masih tidak suka dengan apa yang Dylan lakukan.  "Contohnya aku sama Nafisah juga sering berdua. Ngerjain apa-apa berdua dan apa Dylan langsung cemburu kay
Baca selengkapnya

Bab 9: Part 4

"Kalian kok jarang kesini berdua, ya?" Mama Shita yang sedang meminum secangkir teh tiba-tiba menengok ke arah anak lelakinya itu. Matahari sudah perlahan-lahan menjauh tetapi Dylan masih saja berpenampilan yang sama sejak matahari terbit. Dulu setelah matahari terbit, dia selalu semangat untuk mendekati Asia. Sekarang keinginannya untuk mendekati Asia kian menurun. Dylan selalu mengirimkan pesannya tapi tak satupun pesan dibalas oleh Asia. Padahal niatnya baik ingin mendekati Asia dan keluarganya. Setiap Dylan mendekati Asia, Asia selalu menghindari. Dan pada jam istirahat kerja, Asia selalu dijaga ketata oleh Alya. Tak heran ini yang membuat Dylan dan Asai semakin jauh. Berbagai cara yang Dylan telah lakukan tetapi itu selalu gagal. Sampai saat ini, Dylan masih mengalami kesulitan untuk mendekati Asia. "Dyl, kok diem aja sih kasian tuh mama kamu penasaran sama jawabannya," celetuk Papanya yang masih memperhatikan anak lelakinya melamun ke ara
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
12
DMCA.com Protection Status