"Kalau Lo lembur lagi. Gue jemput Lo ya?" Dylan melirik ke arah Asia.
"Terserah!" Asia menjawabnya dengan ketus.
"Hmm..malamnya Lo mau makan apa? Kapan-kapan bareng gue aja ya?"
Asia semakin kesal. Kenapa, sih, Dylan selalu memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan. Bisa-bisa Asia semakin menjauh kalau Dylan seperti ini.
"Lo makin kesini makin gemes, deh," Dylan gemas melihat pipi Asia.
"Nggak usah pegang-pegang. Pipi gue jerawatan nanti," balas Asia dengan tatapan tajam.
"Eh, maaf, deh. Yaudah Lo mau pulang bareng gue?"
"Nggak perlu. Gue bisa pulang sendiri,"
Dylan suka sekali mengerjai Asia. Rasanya ingin mengajak Asia pulang.
"Oke, gue nggak maksa, kok. Besok, kan, hari Minggu, jalan yuk?"
"Nggak bisa, gua ada acara sama Alya," kata Asia sigap.
"Bukannya dia lagi di luar kota ya, kan, dia ada meeting di luar kota."
Bodoh banget, sih, Lo Asia. Bisa-bisanya l
Asia masih kesal, dan tidak percaya pagi-pagi ini Dylan malah datang ke rumah. Asia mengira kalau Dylan hanya bercanda saja. Ternyata Dylan beneran datang ke rumahnya di pagi buta. Mendengar kedatangan Dylan, Asia langsung turun dari kamarnya dan membuka pintu untuk Dylan."Lo tuh ya bisa nggak sih nggak usah ganggu gue. Masih ngantuk tahu, nih?"Asia bahkan masih dalam keadaan muka kusut. Bahkan belum sempat sikat gigi sejak kedatangan Dylan. Sejak Dylan datang, Asia pun sudah tidak peduli apakah Dylan akan kebauan karena Asia belum mandi. Biarkan saja Dylan semakin menjauh karena ini salah satu cara agar Asia bisa move-on dari Dylan.Tetapi Dylan malah bersikap enteng saja dan tidak ada masalah kalau Asia belum mandi. "Buruan mandi, gue mau numpang makan disini. Boleh, kan?" katanya.Asia semakin kesal dengan tingkah Dylan.Demi Allah, apa dosa Asia selama ini jika masih dihantui dengan Dylan setiap harinya."
Asia langsung masuk ke kamar mandi, dan mengganti pakaiannya sesuai permintaan ibunya. Kalau bukan permintaan ibunya, Asia sudah pasti mengusir Dylan sejak tadi. Seharusnya hari libur Asia bsia dinikmati dengan menonton oppa - oppa Korea kesukaannya. Tetapi yang datang malah Dylan, menyebalkan!Saat Asia membuka pintu kamarnya,"Gitu, dong, cantik, deh," ucap Dylan yang terpesona melihat kecantikan Asia. "Lo nggak usah kegeeran ya, gue dandan begini demi permintaan ibu gue. Bukan gara-gara Lo?" kata Asia dengan ucapan yang sinis."Eh..Asia nggak boleh gitu sama tamu. Harus ngomong yang lembut, kan, mau diajak jalan," kata kakaknya Asia.Sedangkan ibunya yang tidak sengaja mendengar percakapan anaknya dengan Dylan hanya senyum-senyum saja. Terkadang anak-anaknya ini bisa memberikan kebahagiaan walaupun dalam hal yang kecil.Melihat hal itu, Dylan ikut tertawa saja mendengar perbincangan kedua kakak beradik ini. Setelah perbincangan i
"Kemana aja, sih, kamu kok pagi-pagi udah nggak ada?" protes Nafisah. Ia kesal lalu melipatkan tangannya di dada."Tadi aku ada perlu sama temen, jadi maaf nggak bilang kamu dulu," kata Dylan. Padahal Dylan baru saja mengajak Asia jalan. Ada-ada saja kebohongan yang dilakukan Dylan."Ayo duduk, bantuin aku dong," Nafisah memberikan tempat untuk Dylan agar duduk. "Aku lagi ada projects, nih, tapi si Rico lagi ada urusan,""Lah kok gitu, sih, dia?""Iya, soalnya lagi ada acara keluarga katanya. Jadi mau nggak mau aku yang edit, deh. Mana susah lagi," Nafisah curhat kepada Dylan.Rico teman Dylan dan sekaligus pacar temannya Nafisah. Hanya Rendi, salah satu teman Nafisah yang Dylan kenal."Kalau kamu nggak bisa lebih baik nunggu Rendi aja. Daripada hasilnya jadi berantakan nanti, toh kamu sendiri yang rugi,""Iya, tahu yang. Tapi masalahnya aku harus update hari ini juga, soalnya aku dapat projectnya juga ud
Asia semakin kesal, temannya ini kalau bicara selalu tidak ada remnya. "Lo ngomong sekali, tangan gue siap ngehajar Lo, nih".Alya hanya pasrah, takut sekali kalau Asia ngamuk. Tahu sendiri kalau sekali tamparan Asia bisa membekas merah di wajahnya. "Iya santai dong. Lo mau, kan, tapi gengsi?""Iya nggak harus sama Dylan juga kali. Ya kali gue disuruh balikan gitu sama dia,""Jadi, Lo maunya apa? Sama Nanda atau sama Dylan?" Alya bertanya dengan tatapan yang tak biasa. Bukan main, punya temen kok ada sih ngajak ribut kayak si Alya.Asia rasanya ingin mencekik temannya satu ini. Bukannya mendukung Asia untuk move on, tetap saja Alya memancing emosi Asia. Jangan salahkan Asia, kalau besok nyawa Alya bisa melayang. Dan sudah pasti yang terbunuh adalah Alya dan yang membunuh adalah Asia."Ampun deh, dosa gue masih banyak jangan digorok dulu. Bahaya, nih, masuk neraka gue nanti" kata Alya sambil memohon ampun ke Asia."Awas Lo bilang
"Sha, gue harus gimana sekarang?" Nafisah langsung berada tempat di rumah Shayra. Ia menduduki sofa empuk nan lembut berwarna cokelat muda."Kalau gue jadi Lo, udah gue maki-maki itu orang," bentak Shayra yang seolah membela sahabatnya ini, Nafisah. "Dan apa Lo mau kehilangan Dylan selamanya. Suami Lo itu?""Justru itu gue bingung sekarang. Gue masih cinta sama Dylan tapi di sisi lain sikap Dylan tuh udah berubah 100 persen ke gue. Dan gue harus gimana sekarang?""Lo labrak aja tuh si Asia. Pasti cowok itu nggak bakal ngedeketin kalau nggak digoda duluan. Percaya deh sama gue,""Nggak baik, tahu, nggak? Kalian ngelabrak tapi belum ada bukti yang sah. Gimana kalau jadinya mereka cuma sahabatan saja. Contohnya kayak Nafisah sama gue? Bisa aja, kan?""Tapi bener juga kata Rico, Sha. Nah, ini nih yang bikin aku bingung,""Tolong, dong, ada yang patah hati, nih, kalian malah pamer kemesraan lagi, kan gue jadi itu. Gue kangen banget dikasih
"Kalem atuh yang! Jangan ngegas kan aku cuma nanya," Rico mencium pipi Shayra di saat itu juga."Walau gini-gini juga aku nggak bakal kayak Dylan tukang selingkuh dan aku tetep setia kok sama kamu,""Kalian, tuh, ya nyebelin banget, deh. Udah tahu lagi diajak ngomong masih aja bahas yang lain?" kesal Nafisah. "Dan nasib gue gimana sekarang?""Nih, ya, saran gue lebih baik kalian cari bukti dulu. Nggak baik, lho, ngelabrak tapi nggak ada bukti yang jelas. Coba kalau kalian ngelabrak pasti nggak ada yang percaya. Banyak kok cewek cowok temenan dekat akhirnya bisa buat pasangannya cemburu. Contohnya kayak si Nafisah ini,""Mustahil! Masa temen jalan bareng malem-malem lagi makan jagung. Apa coba maksudnya?" cecer Shayra yang masih tidak suka dengan apa yang Dylan lakukan."Contohnya aku sama Nafisah juga sering berdua. Ngerjain apa-apa berdua dan apa Dylan langsung cemburu kay
"Kalian kok jarang kesini berdua, ya?" Mama Shita yang sedang meminum secangkir teh tiba-tiba menengok ke arah anak lelakinya itu.Matahari sudah perlahan-lahan menjauh tetapi Dylan masih saja berpenampilan yang sama sejak matahari terbit. Dulu setelah matahari terbit, dia selalu semangat untuk mendekati Asia. Sekarang keinginannya untuk mendekati Asia kian menurun. Dylan selalu mengirimkan pesannya tapi tak satupun pesan dibalas oleh Asia. Padahal niatnya baik ingin mendekati Asia dan keluarganya.Setiap Dylan mendekati Asia, Asia selalu menghindari. Dan pada jam istirahat kerja, Asia selalu dijaga ketata oleh Alya. Tak heran ini yang membuat Dylan dan Asai semakin jauh. Berbagai cara yang Dylan telah lakukan tetapi itu selalu gagal. Sampai saat ini, Dylan masih mengalami kesulitan untuk mendekati Asia."Dyl, kok diem aja sih kasian tuh mama kamu penasaran sama jawabannya," celetuk Papanya yang masih memperhatikan anak lelakinya melamun ke ara
Mama Shita mengetuk pintu Dylan,"Ya, siapa?" sahut Dylan dari dalam kamarnya."Ini Mama, Dyl," Shita membuka pintunya perlahan dan mulai memperlihatkan kepalanya di balik pintu."Sini mah, masuk aja," Dylan hanya tidur-tiduran saja di atas kasur dan hanya melihat ponselnya.Shita masuk atas permintaan anak lelaki sematawayangnya. Lalu Dylan menyenderkan kepalanya di bahu milik ibunya itu.Shita mengusap wajah anaknya, Dylan dengan penuh cinta. "Kamu lagi kenapa, sih? Kayaknya lagi memikirkan sesuatu," kata wanita itu."Dylan udah jahat banget jadi seorang pasangan, Ma" katanya.Sedangkan Mama Shita hanya tertawa saja melihat tingkah anaknya. Definisi jahat bagi Dylan adalah telah menyakiti Nafisah. Dan meninggalkan Asia tanpa kabar.Dylan malah kesal melihat reaksi mamanya. "Dylan serius, nih, kok malah senyum, sih?""Mama! Ihh nyebelin banget, sih!" Dylan langsung mencubit perut Mamany
Asia hanya bisa terdiam!Ia hanya ingin tahu bukan hanya dia yang mencintai pemuda itu. Dia hanya menginginkan pemuda itu juga mencintainya tetapi sayangnya itu tidak terjadi. Lagian Dylan susah banget, sih, ngomong cinta aja gengsinya setinggi langit.“Bodoh!” batinnya. “Bodoh banget sih lo, Dyl!”Asia mulai berdiri dari tempat tidurnya, dia ingin menutup pintu yang sengaja dibuka lebar oleh Dylan. Tetapi saat ingin keluar, tak sengaja tubuh mereka saling bertabrakan hingga jatuh ke lantai.“Duhh..”Lalu Dylan datang menghampiri gadis itu untuk mencari tahu apakah ada yang terluka. “Kamu ada masalah?”“Ehemm..jangan bikin baper kenapa bang! Kasian tahu kalau cinta mah perjuangin kali,” katanya.Dylan ingin sekali memberikan pelajaran kepada adik tercintanya ini.“Bodoh banget sih bang. Kalau cinta itu ya diperjuangin bukan malah ditinggalin, parah banget lo udah
Hufft!Si Asia ada ada aja kalau lagi galau. Masa masalah jendela aja sampai teriak - teriak, untung nggak rusak kuping bang Rizky. Coba kalau bermasalah gimana, gue juga kan yang repot. Batin Rizky.“Ehh.. gelap banget sih kok ditutup segala. Kan gue minta tadi dibuka bang?” protes Asia yang berteriak kencang dari tadi.“Ehh abangg,” erang Asia dengan suara bangun tidur khasnya.”Ya ampun dimintain tolong kayak mau minta hutang aja,”Asia mulai kesal dengan tingkah laku abangnya, dia mulai membuka matanya perlahan - lahan. Lalu dia tidak menyangka kenapa ada Dylan, pria yang disukainya selama ini. Apakah ini nyata atau fiksi?Asia mulai menyadarkan diri, apa mungkin ini mimpi? Dia lalu mengerjapkan matanya kembali dan pandangannya tetap sama itu Dylan.“Kaa..kamu kenapa?”Kata Dylan yang seolah memberikan hipnotis kepada Asia, ia tahu pemuda itu memang masih ada di kamarnya. Mata Asia se
Dylan langsung jalan perlahan – lahan ke kamar Asia. Ya, seingetnya kamar Asia memang ada di atas. Dulu, dia sama Asia sering mengobrol di kamar Asia entah itu membicarakan pekerjaan atau membicarakan hal yang lainnya. Sudah lama sekali, ia tidak berkunjung ke kamar gadis itu.Dia mulai memutar kenop pintu kemudian membuka kamar Asia perlahan – lahan. Kamarnya terlihat seperti biasa, dengan jendela yang masih terbuka lepat.Dylan hanya bisa tersenyum saja lalu memandang gadis itu di tempat tidur. Sudah tahu lagi sakit, bandel banget sih!Ia lalu mulai berjalan dan ingin menutup jendela kamar Asia. Lalu dia tidak sengaja melihat gadis itu sedang tertidur lelap layaknya seorang puteri.Cantik sekali!Memang cantik sekali gadis itu, jadi wajar saja kenapa Dylan bisa terpesona dengan wajah cantiknya. Tetapi dia tidak sengaja melihat Asia sedang memeluk sebuah benda, benda yang sepertinya dikenalinya.Boneka doraemon.Iya, bone
Dylan yang masih khawatir dengan kondisi Asia, dia langsung masuk saja melewati Rania dan pacarnya yang masih memakan potongan mangga yang sempat diberikan oleh abangnya Asia. Disana ia masih melihat Asia sedang terbaring lemas di kasurnya, sedangkan Rania asik berpacaran dengan kekasihnya.Kok bisa sih dia asik bermesraan di depan orang yang lagi sakit!“Bang Rizky kemana sih?” katanya. Sejak mendengar ucapan Dylan, keduanya langsung terkejut dan mulai berjauhan antara satu sama lain.“Aa..an.u..di ruang tamu bang,” kata Denny yang mulai terbata – bata.“Heh.. jangan deket – deketan belum halal kalian tuh. Jangan sampai kalian nikah duluan sebelum gue sama Asia nikah dulu, inget ya gue nggak kasih lampu hijau nanti,” kata Dylan yang mulai meninggalkan mereka berdua.Setelah kepergian Dylan, mereka berdua mulai terlihat rona merah di pipinya. Tak hanya itu, mereka pun mulai memberikan ucapan kesalnya.
“Ma, suapin dong,” Dylan mulai membuka mulutnya dan sang mama mulai memberikan suapan salad buah yang baru saja dibuat.“Ihh curang banget, papa juga mau,” kata sang Papa yang cemburu melihat kedekatan antara Dylan dan sang mama.Subhanallah sudah pada besar, manjanya nggak hilang – hilang. Untung aja Mama Shita ada kalau enggak bisa berantem kali.“Tuh ada di meja jangan manja,” kata Mama Shita yang kembali memberikan sepotong salad kepada anaknya. Sedangkan Dylan merasa menjadi tuan rumahnya saat ini dan hanya memberikan senyuman kecil kepada papanya.“Nyebelin banget kamu dyl, lihat aja nanti awas aja,” kata Papa yang mulai kesal dengan tingkah laku anaknya itu.Saat ingin mengunyah salad itu, tiba – tiba telepon dari adiknya pun berdering. Setelah mendengar panggilan itu, Dylan jadu khawatir apa yang terjadi dengan adiknya, Rania.“Ehh, kamu kenapa?”“Se
“Eh kak Asia kenapa kok jadi kurus kering gini sih?” kata Rania yang terkejut melihat Asia sedang terbaring lemah.Asia masih terbaring lemah dengan mata panda hingga tubuh yang mirip seperti lidi. Ia hanya bisa mendengar pembicaraan gadis itu, tanpa mimik wajah yang jelas ia hanya tersenyum. Coba deh kalau Dylan menerima gue, nggak bakal kayak gini nih jadinya! Batin Asia dalam hati.“Tahu nggak kak? Aku sudah lama banget nggak ketemu kakak, kangen aja gitu,” Rania yang mulai mengelus – elus badan Asia. Sedangkan pacarnya hanya bertugas untuk mengantarinya saja hari ini.“Oh iya, kemarin aku habis jalan – jalan lho dan kebetulan habis ketemu makanan kesukaan kakak. Nanti harus dimakan ya nggak boleh kayak gini kurus banget”“Permisi gadis yang cantik, hari ini udah waktunya Asia untuk minum obat. Diminum ya adik aku tercinta, Asia Armelina,” kata Abangnya dari kejauhan yang mulai menghampiri mer
“Tumben banget sudah rapi pagi – pagi, mau kemana?” kata Mamanya yang lalu melirik ke anak bungsunya itu. Sedangkan sang Papa yang masih sibuk dengan laptopnya sendiri untuk mengerjakan pekerjaan kantornya.“Ini lho kebetulan kemarin aku nggak sengaja lihat makanan kesukaan kak Asia. Dan kebetulan aku mau beliin,” katanya sambil membawa – bawa oleh – oleh makanan itu. “Boleh kan, Ma? Kebetulan kan sudah lama nggak ketemu kak Asia jadi kangen,” Iya, sudah lama sekali mereka bertemu mungkin terakhir mereka bertemu saat Asia masih bersama dengan Dylan. Ya, dan di saat itu juga dia mulai kehilangan teman. Bukan sebagai teman kakaknya, melainkan teman sehari – hari yang selalu bersama Asia. Sekarang ia sadar, semuanya pasti akan berubah dan hanya menunggu waktunya saja.Dylan yang sejak tadi mendengar kata Asia hanya bisa diam saja dan melirik. Sudah lama memangnya dia tidak berjumpa dengan gadis itu. Ya, itu justr
Kini Mama Asia mulai kebingungan, ia tahu ada beberapa pria yang bersama dengan Asia dulu sebut saja Dylan dan Nanda.Tak hanya Mama Asia yang kebingungan bagaimana menanggapi anaknya, Asia Armelina. Mama Dylan pun sama seperti itu, ia hampir kehilangan cara bagaimana menasihati sang anak, Dylan Jalaludin Akbar.Padahal dulu Dylan sering sekali bercerita tentang apapun yang terjadi di hari itu. Mulai dari cerita bahagia, sedih, galau tetapi kini yang didapatkan oleh Mama Dylan hanya kehampaan belaka. Anaknya sudah berubah drastis 100 persen, entah apa yang harus dilakukanya saat ini.Sedangkan sang anak, Dylan masih saja mengaduk – ngaduk mienya di mangkuk. Sedangkan tatapannya hanya kosong seperti sedang ada masalah. Ya, kalau gini jadinya mienya bisa jadi surut kan?Perempuan setengah abad itu hanya bisa membuang napasnya. Sekarang mie rebus itu sudah layaknya seperti mie yang dicincang – cincang. Dan rasanya pasti sekarang sud
Liburan hari ini sepertinya menjadi hari – hari yang menakutkan bagi seorang Asia. Asia yang dulu ceria, bersemangat dan selalu mewarnai hari – harinya itu sudah tidak terlihat lagi. Melainkan beberapa hari ini dia selalu memberikan wajah yang murung dan seperti tidak memiliki semangat untuk hidup. Tak hanya itu, ibunya juga pernah melihat saat Asia membersihkan lantai. Malah kain pelnya yang tidak dikeringkan, alhasil semua lantai tidak ada satu pun yang kering malah basah semua seperti air yang sengaja ditumpahkan.Air – air kain pel itu menyebabkan sang ibunda hampir jatuh. Abang dan ayahnya sampai kebingungan ada apa dengan Asia yang sebenarnya.Tak hanya itu, dia juga mulai membantu sang ibu untuk belanja ke pasar. Tetapi dia selalu pulang terlambat, entah kemana. Mama Asia langsung kebingungan tak biasanya anaknya pulang terlambat. Padahal dulu kalau pulang dari tempat manapun selalu cepat.Tetapi yang didapatkannya sekarang, hanya rasa p