Dylan menjadi terdiam. Haruskah dia menyakiti salah satu wanita yang amat dicintainya. Lalu siapa orangnya?
Malam sudah menyapa dan pikiran Dylan masih saja berantakan. Memilih antara Nafisah sebagai istrinya atau Asia teman kantornya? Tiba-tiba wajah dua wanita itu bermunculan secara bersama-sama. Kata dari Mama Shita pun ikut memenuhi pikiran Dylan.
"Arrggh!!" keluhnya kasar. Dylan memukuli kepalanya dan menutup kepalanya menggunakan sebuah bantal. Dia berharap agar kedua wanita itu cepat menghilang dari kehidupannya.
Bukannya menghilang, Dylan malah tidak bisa bernapas sama sekali. Lalu Dylan langsung saja melempar bantal itu dengan tangannya.
"Nyebelin banget, sih, ini bantal!" Dylan langsung melempar bantal yang berada di tangannya.
Gimana Dylan nggak kehabisan napas, soalnya Dylan menutupi semua wajahnya. Jadi, wajar saja kalau tidak bisa bernapas.
Lalu ia meraih ponselnya dan melihat media sosial Asia. Di
Asia baru saja berbaring di tempat tidurnya yang empuk. Badannya sudah siap untuk tidur tetapi matanya masih terbelalak kemana-mana. Pikirannya masih melayang sejak ucapan Nanda waktu itu. Nanda menawarkan dirinya sebagai salah satu pegangan Asia agar bisa menjauh dari Dylan."Lo bisa jadiin gue target, As,""Itu hak Lo, mau nganggep gue ada atau enggak,""Please, kali ini ijinin gue supaya Dylan bisa cemburu karena kedekatan kita,""Gue juga bisa membuat Dylan untuk pergi dari Lo, As"Saat mengingat ucapan Nanda, Asia tidak terlihat senang sama sekali. Melainkak keningnya mulai bercucuran keringat dingin. Hari ini ia hanya menghabiskan waktu bersama Alya dan Nanda aja. Sedangkan sekarang ada tawaran menarik yang ditawarkan oleh Nanda.Asia serba salah, ingin menjauh dari Dylan tapi tidak suka Nanda. Asia pun bisa - bisa saja untuk memberikan kesempatan kepada Nanda.Tetapi hatinya masih menginginkan Dylan dan sulit berpal
"Asia!" Dylan memanggil Asia dengan alasan agar duduk di samping Dylan. Ya mau tidak mau dia harus duduk tepat di samping orang yang dicintai oleh Asia.Tetapi harapan Dylan semakin terbukti sejak keberadaan Asia di sisinya. Walaupun Alya memperbolehkan Asia untuk duduk disamping Dylan, tapi tetap saja Alya masih meminta Asia untuk menjauhi Dylan.Dylan hanya tersenyum saja saat melihat gadis pujaannya ada dan duduk di sampingnya. Tapi harapannya pupus, saat Alya masih saja memperingati gadis itu untuk tetap menjauh.Walaupun sekarang pekerjaannya sudah menumpuk, tetapi tak satupun pekerjaan yang dapat dilakukan. Bagaimana mau menyelesaikan pekerjaan kalau wajah cantiknya Asia selalu menghipnotis dirinya?. Mulai dari cara saat Asia tertawa, kefokusan Asia saat mengerjakan pekerjaannya. Apalagi di saat - saat itulah adalah hal yang terindah bagi Dylan. "Kok lucu banget, sih" desis Asia.Temannya yang melihat keanehan pada Dylan langsung m
"Lo suka sama Asia, kan?" bisik Ardi. Saat suara itu sampai ke telinganya, Dylan langsung kaget. "NGGAK USAH KEPO, DEH, LO!" Dylan kesal, tanpa sadar Dylan berteriak. Seisi ruangan beserta Asia tiba-tiba melotot ke arah mereka berdua. "Ardi! Dylan!" Mati gue. Dylan menolek dan mendapati atasannya Pak Genta sedang menatap mereka berdua dengan kemarahan. Beliau ini jarang sekali marah tetapi sekalinya diganggu bisa - bisa ruangan kantor hancur dibuatnya. "Kalian bukannya kerja, malah bercanda!" "Ini, lho Pak, Dylan yang mulai duluan, nih" kata Ardi sambil menoleh ke arah Dylan. Coba kalau Dylan, nggak teriak juga mereka nggak akan terkena marah. "Bukan saya, Pak, itu mah si Ardi tuh yang ganggu saya dari tadi. Kan saya mau fokus dari tadi jadi nggak bisa," Ardi hanya mampu melirik temannya yang satu ini. Ingin rasanya langsung menghajar Dylan di saat itu juga. Awas ya! Kapan - kapan gue bongkar ra
"Gue nih yah menduga kalau Angel hamil diluar nikah, Lo percaya gak? Terus tahun ini dia tiba - tiba aja nggak mengadakan pesta ulang tahun," Alya berapi - api saat menjelaskannya ke Asia. "Sumpah, Al, itu berita yang nggak bermutu. Dan gue sih nggak peduli, lagian kok bisa-bisanya sih dia hamil diluar nikah. Nggak habis pikir, deh, sama anak jaman sekarang kok bisa sampai kebobolan gitu," tutur Asia menimpali ucapan Alya. "Iya masih mending dia yang nemenin, Lo emang ada?" Kemudian tidak lama tangan Asia langsung mengacak-acak rambut Alya. "Berisik, lo, Alya! Diam kenapa, sih!" kata Asia. "Tuh, kan, rambut gue jadi berantakan," keluh Alya berusaha untuk merapikan rambut Asia. Jangan salahkan Alya, kalau pekerjaannya nggak selesai-selesai. Keseringan mengacak-ngacak rambut Alya, sih. "Eh tumben lagi disini," Ardi langsung duduk di sebelah Asia. "Eh kok berenti, sih, lanjutin aja gapapa. Santai aja, lah," ujar Ardi yan
"Tapi btw sikap dia kayaknya semakin aneh tanpa sama Lo, As. Agak sedikit gesrek aja gitu otaknya,""Heh? Lo jangan asal ngomong deh, Ar. Masa sih cuma gara-gara dijauhin sama Asia, Dylan jadi agak gila?" kata Alya histeris mendengar Dylan mulai gila gara-gara Asia. Bukan hanya gila, bisa hilang akal kali ya kalau sampai Asia punya gebetan."Lo berisik tahu, nanya mulu. Kalau nggak percaya liat aja sendiri sana!. Gue juga nggak habis pikir udah dapet istri yang cantik masih aja negedeketin gadis yang suci ini?" ucap Ardi tanpa omong kosong."Heh? Serius dia masih punya istri?""Ya masih, lah, liat aja di ignya juga masih ada foto Dylan sama Nafisah,""Kebangetan banget ya, kok bisa sih dia tega mau menyakiti kedua wanita," ucap Alya yang masih kesal dengan perbuatannya Dylan. "Yaudah gue balik ke meja gue dulu, nggak enak udah lama gue disini,""Ye, nyebelin banget, sih, Lo""Eh sebentar deh.." Ardi mulai berbalik dan mula
Dylan mulai menyenderkan kepalanya di kursi ruang kerjanya. Pikirannya mulai kemana - mana memikirkan dirinya, hubungan bersama Asia sampai Nafisah. Tak habis pikir betapa sulitnya pikiran Dylan saat ini terutama sejak Asia mulai menjauhinya. Sudah lama rasanya Dylan tidak pernah datang kembali ke rumah Asia. Kalau berkunjung ke rumah Asia pun, Dylan bingung harus beralasan apa.Setiap kali Dylan datang kesana pasti ada saja alasan dari Asia. Entah itu ada urusan bersama Nanda ataupun Alya. Sayangnya kehadiran Dylan hanya berakhir berbicara dengan ayahnya Asia hingga kakaknya.Dylan menghembuskan napas. Ia masih merasa kesal hingga saat ini. Sampai suatu ketika ia merasa ada yang menepuk tubuhnya."Heh! Lu masih waras?"Mendengar suara itu, Dylan langsung menengok sekilas. Di sana sudah ada seorang pria dengan rambut hitam yang berdiri tepat di tempat Dylan duduk."Ihh kok cuma diliatin aja, sih. Lo tumben disini, nggak bias
Ardi mulai menyenderkan tubuhnya tepat di sebelah Dylan. Lalu dia mengeluarkan minuman dingin dan sepotong cokelat. "Dan gue mau tanya sama Lo sekarang, Lo cinta sama siapa?"Mendengar pertanyaan dari Ardi, Dylan hanya bisa terdiam saja dan merenung. Sebenarnya siapa, sih, yang dia cintai? Asia atau Nafisah?"Sekarang gue tanya lo masih cinta nggak sama Nafisah?""Gue masih cinta tapi dia sekarang super sibuk jadi males banget, deh, gue," Dylan mengalihkan pandangannya."Kalau sama Asia gimana?"Dylan hanya mengangguk saja."Dyl, Lo nggak bisa sayang sama 2 perempuan yang sama. Lo harus pilih salah satu, siapa yang bener-bener Lo cintai?"Dylan hanya terdiam."Lo jangan cuma diem terus menggeleng kayak gini, gue nggak ngerti, nih. Bersuara kek, dari tadi gue ajak ngomong juga,""Gue cinta sama Asia, Asia tuh beda kalau gue deket dia gue bisa nyaman. Nggak tahu aja tuh Asia gemesin, beda kalau sama Nafis
"Mau kemana kita hari ini?" Nanda masih berdiri tepat di hadapan Asia. Dia mulai membersihkan kacamatanya yang buram. Sedangkan Alya hanya menjadi nyamuk saja antara dua orang sepasang kekasih ini."Nggak tahu, terserah aja, deh," kata Asia. Ia lalu mengalihkan pandangannya ke arah lain.Nanda mulai menggunakan kembali kacamatanya, dan mengelus pipi Asia agar matanya mengarah ke dirinya. "Kalau orang lagi ngomong itu arahnya ke depan bukan malah memalingkan pandangan," ucap Nanda sambil tersenyum sedikit."Demi apapun ya ampun tolonglah kalau lagi jatuh cinta jangan buat baper orang jomblo, nih,"Mendengar ucapan sahabatnya, Asia langsung mencubit tangan Alya sekeras mungkin. Sampai - sampai Alya kesakitan gara - gara ulah dari Asia. Lagian ini, salah satu usaha Asia yang dilakukan untuk melupakan Dylan. Ini lagi si Alya cari masalah nggak mungkin secepat itu jatuh cinta. Dasar si Alya emang menyebalkan!"Oh iya, Al jalan -
Asia hanya bisa terdiam!Ia hanya ingin tahu bukan hanya dia yang mencintai pemuda itu. Dia hanya menginginkan pemuda itu juga mencintainya tetapi sayangnya itu tidak terjadi. Lagian Dylan susah banget, sih, ngomong cinta aja gengsinya setinggi langit.“Bodoh!” batinnya. “Bodoh banget sih lo, Dyl!”Asia mulai berdiri dari tempat tidurnya, dia ingin menutup pintu yang sengaja dibuka lebar oleh Dylan. Tetapi saat ingin keluar, tak sengaja tubuh mereka saling bertabrakan hingga jatuh ke lantai.“Duhh..”Lalu Dylan datang menghampiri gadis itu untuk mencari tahu apakah ada yang terluka. “Kamu ada masalah?”“Ehemm..jangan bikin baper kenapa bang! Kasian tahu kalau cinta mah perjuangin kali,” katanya.Dylan ingin sekali memberikan pelajaran kepada adik tercintanya ini.“Bodoh banget sih bang. Kalau cinta itu ya diperjuangin bukan malah ditinggalin, parah banget lo udah
Hufft!Si Asia ada ada aja kalau lagi galau. Masa masalah jendela aja sampai teriak - teriak, untung nggak rusak kuping bang Rizky. Coba kalau bermasalah gimana, gue juga kan yang repot. Batin Rizky.“Ehh.. gelap banget sih kok ditutup segala. Kan gue minta tadi dibuka bang?” protes Asia yang berteriak kencang dari tadi.“Ehh abangg,” erang Asia dengan suara bangun tidur khasnya.”Ya ampun dimintain tolong kayak mau minta hutang aja,”Asia mulai kesal dengan tingkah laku abangnya, dia mulai membuka matanya perlahan - lahan. Lalu dia tidak menyangka kenapa ada Dylan, pria yang disukainya selama ini. Apakah ini nyata atau fiksi?Asia mulai menyadarkan diri, apa mungkin ini mimpi? Dia lalu mengerjapkan matanya kembali dan pandangannya tetap sama itu Dylan.“Kaa..kamu kenapa?”Kata Dylan yang seolah memberikan hipnotis kepada Asia, ia tahu pemuda itu memang masih ada di kamarnya. Mata Asia se
Dylan langsung jalan perlahan – lahan ke kamar Asia. Ya, seingetnya kamar Asia memang ada di atas. Dulu, dia sama Asia sering mengobrol di kamar Asia entah itu membicarakan pekerjaan atau membicarakan hal yang lainnya. Sudah lama sekali, ia tidak berkunjung ke kamar gadis itu.Dia mulai memutar kenop pintu kemudian membuka kamar Asia perlahan – lahan. Kamarnya terlihat seperti biasa, dengan jendela yang masih terbuka lepat.Dylan hanya bisa tersenyum saja lalu memandang gadis itu di tempat tidur. Sudah tahu lagi sakit, bandel banget sih!Ia lalu mulai berjalan dan ingin menutup jendela kamar Asia. Lalu dia tidak sengaja melihat gadis itu sedang tertidur lelap layaknya seorang puteri.Cantik sekali!Memang cantik sekali gadis itu, jadi wajar saja kenapa Dylan bisa terpesona dengan wajah cantiknya. Tetapi dia tidak sengaja melihat Asia sedang memeluk sebuah benda, benda yang sepertinya dikenalinya.Boneka doraemon.Iya, bone
Dylan yang masih khawatir dengan kondisi Asia, dia langsung masuk saja melewati Rania dan pacarnya yang masih memakan potongan mangga yang sempat diberikan oleh abangnya Asia. Disana ia masih melihat Asia sedang terbaring lemas di kasurnya, sedangkan Rania asik berpacaran dengan kekasihnya.Kok bisa sih dia asik bermesraan di depan orang yang lagi sakit!“Bang Rizky kemana sih?” katanya. Sejak mendengar ucapan Dylan, keduanya langsung terkejut dan mulai berjauhan antara satu sama lain.“Aa..an.u..di ruang tamu bang,” kata Denny yang mulai terbata – bata.“Heh.. jangan deket – deketan belum halal kalian tuh. Jangan sampai kalian nikah duluan sebelum gue sama Asia nikah dulu, inget ya gue nggak kasih lampu hijau nanti,” kata Dylan yang mulai meninggalkan mereka berdua.Setelah kepergian Dylan, mereka berdua mulai terlihat rona merah di pipinya. Tak hanya itu, mereka pun mulai memberikan ucapan kesalnya.
“Ma, suapin dong,” Dylan mulai membuka mulutnya dan sang mama mulai memberikan suapan salad buah yang baru saja dibuat.“Ihh curang banget, papa juga mau,” kata sang Papa yang cemburu melihat kedekatan antara Dylan dan sang mama.Subhanallah sudah pada besar, manjanya nggak hilang – hilang. Untung aja Mama Shita ada kalau enggak bisa berantem kali.“Tuh ada di meja jangan manja,” kata Mama Shita yang kembali memberikan sepotong salad kepada anaknya. Sedangkan Dylan merasa menjadi tuan rumahnya saat ini dan hanya memberikan senyuman kecil kepada papanya.“Nyebelin banget kamu dyl, lihat aja nanti awas aja,” kata Papa yang mulai kesal dengan tingkah laku anaknya itu.Saat ingin mengunyah salad itu, tiba – tiba telepon dari adiknya pun berdering. Setelah mendengar panggilan itu, Dylan jadu khawatir apa yang terjadi dengan adiknya, Rania.“Ehh, kamu kenapa?”“Se
“Eh kak Asia kenapa kok jadi kurus kering gini sih?” kata Rania yang terkejut melihat Asia sedang terbaring lemah.Asia masih terbaring lemah dengan mata panda hingga tubuh yang mirip seperti lidi. Ia hanya bisa mendengar pembicaraan gadis itu, tanpa mimik wajah yang jelas ia hanya tersenyum. Coba deh kalau Dylan menerima gue, nggak bakal kayak gini nih jadinya! Batin Asia dalam hati.“Tahu nggak kak? Aku sudah lama banget nggak ketemu kakak, kangen aja gitu,” Rania yang mulai mengelus – elus badan Asia. Sedangkan pacarnya hanya bertugas untuk mengantarinya saja hari ini.“Oh iya, kemarin aku habis jalan – jalan lho dan kebetulan habis ketemu makanan kesukaan kakak. Nanti harus dimakan ya nggak boleh kayak gini kurus banget”“Permisi gadis yang cantik, hari ini udah waktunya Asia untuk minum obat. Diminum ya adik aku tercinta, Asia Armelina,” kata Abangnya dari kejauhan yang mulai menghampiri mer
“Tumben banget sudah rapi pagi – pagi, mau kemana?” kata Mamanya yang lalu melirik ke anak bungsunya itu. Sedangkan sang Papa yang masih sibuk dengan laptopnya sendiri untuk mengerjakan pekerjaan kantornya.“Ini lho kebetulan kemarin aku nggak sengaja lihat makanan kesukaan kak Asia. Dan kebetulan aku mau beliin,” katanya sambil membawa – bawa oleh – oleh makanan itu. “Boleh kan, Ma? Kebetulan kan sudah lama nggak ketemu kak Asia jadi kangen,” Iya, sudah lama sekali mereka bertemu mungkin terakhir mereka bertemu saat Asia masih bersama dengan Dylan. Ya, dan di saat itu juga dia mulai kehilangan teman. Bukan sebagai teman kakaknya, melainkan teman sehari – hari yang selalu bersama Asia. Sekarang ia sadar, semuanya pasti akan berubah dan hanya menunggu waktunya saja.Dylan yang sejak tadi mendengar kata Asia hanya bisa diam saja dan melirik. Sudah lama memangnya dia tidak berjumpa dengan gadis itu. Ya, itu justr
Kini Mama Asia mulai kebingungan, ia tahu ada beberapa pria yang bersama dengan Asia dulu sebut saja Dylan dan Nanda.Tak hanya Mama Asia yang kebingungan bagaimana menanggapi anaknya, Asia Armelina. Mama Dylan pun sama seperti itu, ia hampir kehilangan cara bagaimana menasihati sang anak, Dylan Jalaludin Akbar.Padahal dulu Dylan sering sekali bercerita tentang apapun yang terjadi di hari itu. Mulai dari cerita bahagia, sedih, galau tetapi kini yang didapatkan oleh Mama Dylan hanya kehampaan belaka. Anaknya sudah berubah drastis 100 persen, entah apa yang harus dilakukanya saat ini.Sedangkan sang anak, Dylan masih saja mengaduk – ngaduk mienya di mangkuk. Sedangkan tatapannya hanya kosong seperti sedang ada masalah. Ya, kalau gini jadinya mienya bisa jadi surut kan?Perempuan setengah abad itu hanya bisa membuang napasnya. Sekarang mie rebus itu sudah layaknya seperti mie yang dicincang – cincang. Dan rasanya pasti sekarang sud
Liburan hari ini sepertinya menjadi hari – hari yang menakutkan bagi seorang Asia. Asia yang dulu ceria, bersemangat dan selalu mewarnai hari – harinya itu sudah tidak terlihat lagi. Melainkan beberapa hari ini dia selalu memberikan wajah yang murung dan seperti tidak memiliki semangat untuk hidup. Tak hanya itu, ibunya juga pernah melihat saat Asia membersihkan lantai. Malah kain pelnya yang tidak dikeringkan, alhasil semua lantai tidak ada satu pun yang kering malah basah semua seperti air yang sengaja ditumpahkan.Air – air kain pel itu menyebabkan sang ibunda hampir jatuh. Abang dan ayahnya sampai kebingungan ada apa dengan Asia yang sebenarnya.Tak hanya itu, dia juga mulai membantu sang ibu untuk belanja ke pasar. Tetapi dia selalu pulang terlambat, entah kemana. Mama Asia langsung kebingungan tak biasanya anaknya pulang terlambat. Padahal dulu kalau pulang dari tempat manapun selalu cepat.Tetapi yang didapatkannya sekarang, hanya rasa p