Nanda sudah tiba di rumah Asia, dan langsung diajak makan oleh kedua orangtuanya. Nanda dan Asia langsung masuk saat dipersilakan untuk masuk ke rumah orang tua Asia.
Di sana Mama Asia terlihat sudah selesai memasak makanan kesukaan Asia. Harumnya sampai tercium ke hidung Asia dan Nanda.
"Wah Tante, harum banget. Lagi masak apa?" Nanda berusaha berdiri dan mengarah ke meja makan.
"Ini, lho, Nan, Tante habis masak makanan kesukaan Asia. Nanda udah makan, kalau belum makan bareng aja ya sama Tante sama Asia juga?" Mama Asia berusaha mempersilakan Nanda untuk makan bareng bersama keluarganya.
"Oh iya Asia, coba panggilin papamu dong. Ini biar mama yang panggil kakakmu," Mama Asia berusaha bangun dari tempatnya dan menuju ke kamar kakaknya Asia.
"Nanda tunggu disini ya, Tante!" Nanda seketika tersenyum lalu mulai merubah raut wajahnya.
Nanda baru ingat kalau sudah satu bulan lamanya menjalin hubungan dengan wanita itu. Te
Asia hanya tersenyum saja saat melihat mata mereka berdua saling bertatap satu sama lain. Lucu saja ketika dua sejoli yang dulunya berjauhan kini menjadi satu dan canggung. Sudah sekitar 1 bulan lamanya hubungan ini mulai berjalan. Tetapi Asia masih belum bisa menerima seutuhnya Asia. Terkadang ia bingung bagaimana harus merespon sikap dan tingkah laku dari Nanda. Sampai saat ini hanya ada satu nama Dylan, bodohnya lagi Asia belum bisa menerima pemuda 190 cm itu.Asia mulai menggandeng tangan Nanda dengan kuat, sentuhan itu membuat Nanda tersadar dan langsung melirik ke arah Asia. Tak biasanya Asia merespon lebih dulu, melainkan selalu Nanda lah yang memulai paling utama. Tetapi kini Asia mulai merespon dan Nanda merasa Asia mulai membuka hati untuknya."Kok ngelamun, sih, awas kesambet jin. Laper, kan? Yuk turun," Asia mengajak Nanda untuk turun ke ruang makan. Di sana sudah ada keluarga Asia yang sudah menunggu mereka di ruang makan.
"Sekarang, sih, begitu ya? Tapi kamu belum tahu, kan, kalau Asia marah udah kayak harimau kelaparan, lho!" kata kakaknya Asia yang berucap dan menghadiahkan calon adik iparnya dengan injakan di jempolnya. Hingga membuatnya kesakitan."Ya ampun anak mama ini kok diam aja! Dilihatin cowoknya, tuh, nggak malu apa kamu," seru sang Mama yang tiba - tiba ikut campur saat memberikan piring ke suaminya.Nanda yang melihat uniknya keluarga Asia hanya tertawa saja. Sedangkan pacarnya, Asia seolah berusaha memulai hubungan dengan Nanda. Terlihat Asia sekarang dibandingkan Asia pertama kali berjumpa dengan Nanda hening dan selalu menolak. Asia sekarang sudah jauh berbeda.Usai makan selesai, Nanda dan Asia bergegas membantu Mama Asia untuk membereskan sisa makanan. Sembari mereka mempersiapkan dan membersihkan makanan. Tak jarang mereka sempat saja bercerita seolah kawan lama yang tidak pernah bertemu kini berjumpa kembali.Bisa dibayangkan ka
"Mau beliin hadiah apa buat Ria, Nan?" Asia menoleh ke arah Nanda yang sedang fokus mengendarai sepeda motornya."Aku aja bingung..menurut kamu gimana?" Nanda hanya tersenyum kecil saja saat berbicara dengan Asia.Asia menatapnya dengan pandangan yang berbeda. Buat apa, sih, ke mall kalau nggak tahu apa yang dibeli. Heran, deh, sama Nanda? Lebih baik kita minum di kafe gitu daripada kayak anak hilang. Apalagi kafe di dekat mall ini juga lagi diskon, lumayan, kan?"Aku nggak tahu buku mana aja yang menarik untuk anak remaja gitu. Kamu mau bantuin pilihin nggak?" kata Nanda sambil memberentikan motornya di tempat parkir."Biasanya Ria suka baca komik apa?" Asia yang baru turun dari motor Nada. Gadis itu mulai merapikan rambut, dia tahu naik motor membuat rambutnya menjadi tidak beraturan. Sesekali dia merapikan rambutnya melalui cermin yang dibawa di tasnya.Nanda hanya tersenyum saat melihat rambut Asia yang berantakan. Rasan
Asia Armelina!Please, demi saya kamu jangan jadi pelakor. Nggak baik lebih baik bangun cinta sendiri daripada harus merebut punya orang lain.Iya.. iya, gue juga nggak mungkin kali jadi pelakor. Iya kali, Asia juga sadar diri Nafisah, kan, banyak duit. Lah Asia mah apa atuh cuma anak yang baru kerja beberapa bulan aja. Tapi, sih, kalau Nafisah mau ngasih uang, Asia mah nggak keberatan sama sekali. Apalagi lumayan juga, kan, buat jajan di tempat ternama hehe.Eh kok malah ngelantur begini, sih. Apa, sih, Lo As? Bahaya jadi pelakor, dosanya besar dan dia pasti jadi omongan banyak orang. Apalagi mereka berdua memang udah couple banget. Apaan blasteran Jawa sama Lombok, dia mah cantik blasteran lah. Ya nggak ada yang salah, sih, kalau dia lebih cantik daripada Asia.Ihh ya ampun Asia, kok mikirinnya malah makin ngelantur, sih."Heh, kok malah ngelamun, jadi beli nggak nih," Nanda menepuk bahu Asia. Entah kenapa saja gadis ini k
Sedangkan Dylan di tempat lain sedang menuju ke apartemen milik Nafisah. Ternyata saat dicari, Nafisah sedang tidak ada di tempat. Dan dia justru memperhatikan sebuah pakaian yang diincar lama olehnya.Ternyata saat ingin dibuka itu adalah pakaian yang diinginkan selama ini. Sejak melihat itu, kemudian Dylan mulai menutupnya kembali. Dan mulai mengingat kalau Nafisah pun tahu kalau Dylan menginginkan hal itu. Sebenarnya Dylan ingin membeli pakaian itu, tetapi rasanya dia nggak sanggup. Sampai ketika dia akhirnya tahu kalau Nafisah lah yang membelikan untuk dirinya sendiri.Sejak saat itu Dylan merasa menjadi suami yang paling bodoh di dunia ini. Brengsek! Pastinya apalagi dia sudah menyakiti wanita itu.Melihat Nafisah tidak ada di tempat, Dylan tahu ada seseorang yang bisa membantunya. Iya, sahabatnya Nafisah, siapa lagi kalau bukan dia? Dylan mulai menyalakan ponselnya dan mencari nomor seseorang yang bisa membantunya."Hallo Sha
"Tenangin diri Lo aja, tunggu gue buatin minuman buat Lo,""Thanks ya," Nafisah langsung menerima gelas yang berisikan lemon hangat. Rasanya asam sekali seperti kisah cintanya."Maaf ya cuma bisa ngasih lemon hangat. Keaseman ya?"Nafisah melihat ke arah sahabatnya itu, dia selalu ada untuk Nafisah. Bukan seperti Dylan yang selalu mencari pencarian lain. Entah kenapa cuma sahabatnya ini yang lebih peduli dengan dirinya dibandingkan dengan kekasihnya itu. Sebenarnya yang jadi pacarnya itu sahabatnya atau Dylan, sih?Tetapi tak lama air matanya mulai menetes. Demi apapun, kali ini pertahanan Nafisah sudah roboh!"Eh..kenapa lagi kok nangis?! Ya ampun gue salah ya. Atau keaseman lemon hangatnya?!" Nafisah meletakkan gelasnya di meja. Lalu menutup wajahnya dengan tangan, saat ini Nafisah merasa menjadi seorang wanita yang dikhianati oleh pacarnya sendiri. Tetapi sahabatnya berusaha menenangkan Nafisah."Dylan..," Nafisah masih
Lalu pemuda itu mulai merapikan rambut Nafisah yang mulai berantakan."Lo nggak usah nangisin dia lagi. Dan Lo tuh cantik cocok cari cowok yang lebih baik dari Dylan. Dia tuh lebih cewek lain dibandingkan sama Lo,"Rico mengambil tisu lalu mengelap airmata dari Nafisah. Rico sudah tahu apa saja hal yang terjadi Nafisah menangis. Wajar saja kalau mereka dekat karena mereka saling bertemu satu sama lain.Rico memang selalu tahu kenapa Nafisah tiba - tiba menangis itu hanya karena ulah dari Dylan.Sedangkan sekarang hidung Nafisah lah yang mulai tersumbat. Melihat Nafisah yang kesulitan bernapas, Rico jadi tidak tega. Rico kembali mengambil tisu lalu melipatnya menjadi dua.Lalu langsung menekan satu hidung dari Nafisah agar ingusnya bisa keluar. Rico pun melakukan hal yang sama di hidung lainnya.Preeeet! Preepet!Melihat kebiasaan Nafisah, sepertinya Rico sudah terbiasa melakukan hal ini. Sebab Nafisah pun
Saat sampai di rumah Shayra, Dylan langsung masuk ke rumah Shayra. Pikirannya saat ini sudah kalut kemana - mana. Tak bisa memikirkan apapun selain Nafisah, sekarang hanya Nafisah saja yang ingin ditemui. Dari tempat parkir, ia berlari menuju ruangan Shayra. Perasaannya mengatakan kalau Nafisah ada disini."Nafisah dimana?" kata Dylan tanpa menyapa gadis yang berambut sebahu itu."Nafisah nggak ada disini, salah alamat Lo Dylan," kata seorang cowok yang sedang bersama Shayra."Bro, disini gue baik - baik mau cari istri gue, Nafisah," tegas Dylan."Lo kalau nggak percaya, cek aja sendiri. Nafisah nggak ada disini!" kata Cowok itu yang masih menegaskan kepada Dylan."Nggak percaya gue, minggir gue mau masuk aja lah. Naf! Nafisah keluar sayang!" teriak Dylan yang seolah tidak percaya dengan ucapan pria itu.Deny menarik tangan Dylan untuk mengajaknya keluar. "Lo bisa nggak sih, sopan sedikit kek, udah tamu ng
Asia hanya bisa terdiam!Ia hanya ingin tahu bukan hanya dia yang mencintai pemuda itu. Dia hanya menginginkan pemuda itu juga mencintainya tetapi sayangnya itu tidak terjadi. Lagian Dylan susah banget, sih, ngomong cinta aja gengsinya setinggi langit.“Bodoh!” batinnya. “Bodoh banget sih lo, Dyl!”Asia mulai berdiri dari tempat tidurnya, dia ingin menutup pintu yang sengaja dibuka lebar oleh Dylan. Tetapi saat ingin keluar, tak sengaja tubuh mereka saling bertabrakan hingga jatuh ke lantai.“Duhh..”Lalu Dylan datang menghampiri gadis itu untuk mencari tahu apakah ada yang terluka. “Kamu ada masalah?”“Ehemm..jangan bikin baper kenapa bang! Kasian tahu kalau cinta mah perjuangin kali,” katanya.Dylan ingin sekali memberikan pelajaran kepada adik tercintanya ini.“Bodoh banget sih bang. Kalau cinta itu ya diperjuangin bukan malah ditinggalin, parah banget lo udah
Hufft!Si Asia ada ada aja kalau lagi galau. Masa masalah jendela aja sampai teriak - teriak, untung nggak rusak kuping bang Rizky. Coba kalau bermasalah gimana, gue juga kan yang repot. Batin Rizky.“Ehh.. gelap banget sih kok ditutup segala. Kan gue minta tadi dibuka bang?” protes Asia yang berteriak kencang dari tadi.“Ehh abangg,” erang Asia dengan suara bangun tidur khasnya.”Ya ampun dimintain tolong kayak mau minta hutang aja,”Asia mulai kesal dengan tingkah laku abangnya, dia mulai membuka matanya perlahan - lahan. Lalu dia tidak menyangka kenapa ada Dylan, pria yang disukainya selama ini. Apakah ini nyata atau fiksi?Asia mulai menyadarkan diri, apa mungkin ini mimpi? Dia lalu mengerjapkan matanya kembali dan pandangannya tetap sama itu Dylan.“Kaa..kamu kenapa?”Kata Dylan yang seolah memberikan hipnotis kepada Asia, ia tahu pemuda itu memang masih ada di kamarnya. Mata Asia se
Dylan langsung jalan perlahan – lahan ke kamar Asia. Ya, seingetnya kamar Asia memang ada di atas. Dulu, dia sama Asia sering mengobrol di kamar Asia entah itu membicarakan pekerjaan atau membicarakan hal yang lainnya. Sudah lama sekali, ia tidak berkunjung ke kamar gadis itu.Dia mulai memutar kenop pintu kemudian membuka kamar Asia perlahan – lahan. Kamarnya terlihat seperti biasa, dengan jendela yang masih terbuka lepat.Dylan hanya bisa tersenyum saja lalu memandang gadis itu di tempat tidur. Sudah tahu lagi sakit, bandel banget sih!Ia lalu mulai berjalan dan ingin menutup jendela kamar Asia. Lalu dia tidak sengaja melihat gadis itu sedang tertidur lelap layaknya seorang puteri.Cantik sekali!Memang cantik sekali gadis itu, jadi wajar saja kenapa Dylan bisa terpesona dengan wajah cantiknya. Tetapi dia tidak sengaja melihat Asia sedang memeluk sebuah benda, benda yang sepertinya dikenalinya.Boneka doraemon.Iya, bone
Dylan yang masih khawatir dengan kondisi Asia, dia langsung masuk saja melewati Rania dan pacarnya yang masih memakan potongan mangga yang sempat diberikan oleh abangnya Asia. Disana ia masih melihat Asia sedang terbaring lemas di kasurnya, sedangkan Rania asik berpacaran dengan kekasihnya.Kok bisa sih dia asik bermesraan di depan orang yang lagi sakit!“Bang Rizky kemana sih?” katanya. Sejak mendengar ucapan Dylan, keduanya langsung terkejut dan mulai berjauhan antara satu sama lain.“Aa..an.u..di ruang tamu bang,” kata Denny yang mulai terbata – bata.“Heh.. jangan deket – deketan belum halal kalian tuh. Jangan sampai kalian nikah duluan sebelum gue sama Asia nikah dulu, inget ya gue nggak kasih lampu hijau nanti,” kata Dylan yang mulai meninggalkan mereka berdua.Setelah kepergian Dylan, mereka berdua mulai terlihat rona merah di pipinya. Tak hanya itu, mereka pun mulai memberikan ucapan kesalnya.
“Ma, suapin dong,” Dylan mulai membuka mulutnya dan sang mama mulai memberikan suapan salad buah yang baru saja dibuat.“Ihh curang banget, papa juga mau,” kata sang Papa yang cemburu melihat kedekatan antara Dylan dan sang mama.Subhanallah sudah pada besar, manjanya nggak hilang – hilang. Untung aja Mama Shita ada kalau enggak bisa berantem kali.“Tuh ada di meja jangan manja,” kata Mama Shita yang kembali memberikan sepotong salad kepada anaknya. Sedangkan Dylan merasa menjadi tuan rumahnya saat ini dan hanya memberikan senyuman kecil kepada papanya.“Nyebelin banget kamu dyl, lihat aja nanti awas aja,” kata Papa yang mulai kesal dengan tingkah laku anaknya itu.Saat ingin mengunyah salad itu, tiba – tiba telepon dari adiknya pun berdering. Setelah mendengar panggilan itu, Dylan jadu khawatir apa yang terjadi dengan adiknya, Rania.“Ehh, kamu kenapa?”“Se
“Eh kak Asia kenapa kok jadi kurus kering gini sih?” kata Rania yang terkejut melihat Asia sedang terbaring lemah.Asia masih terbaring lemah dengan mata panda hingga tubuh yang mirip seperti lidi. Ia hanya bisa mendengar pembicaraan gadis itu, tanpa mimik wajah yang jelas ia hanya tersenyum. Coba deh kalau Dylan menerima gue, nggak bakal kayak gini nih jadinya! Batin Asia dalam hati.“Tahu nggak kak? Aku sudah lama banget nggak ketemu kakak, kangen aja gitu,” Rania yang mulai mengelus – elus badan Asia. Sedangkan pacarnya hanya bertugas untuk mengantarinya saja hari ini.“Oh iya, kemarin aku habis jalan – jalan lho dan kebetulan habis ketemu makanan kesukaan kakak. Nanti harus dimakan ya nggak boleh kayak gini kurus banget”“Permisi gadis yang cantik, hari ini udah waktunya Asia untuk minum obat. Diminum ya adik aku tercinta, Asia Armelina,” kata Abangnya dari kejauhan yang mulai menghampiri mer
“Tumben banget sudah rapi pagi – pagi, mau kemana?” kata Mamanya yang lalu melirik ke anak bungsunya itu. Sedangkan sang Papa yang masih sibuk dengan laptopnya sendiri untuk mengerjakan pekerjaan kantornya.“Ini lho kebetulan kemarin aku nggak sengaja lihat makanan kesukaan kak Asia. Dan kebetulan aku mau beliin,” katanya sambil membawa – bawa oleh – oleh makanan itu. “Boleh kan, Ma? Kebetulan kan sudah lama nggak ketemu kak Asia jadi kangen,” Iya, sudah lama sekali mereka bertemu mungkin terakhir mereka bertemu saat Asia masih bersama dengan Dylan. Ya, dan di saat itu juga dia mulai kehilangan teman. Bukan sebagai teman kakaknya, melainkan teman sehari – hari yang selalu bersama Asia. Sekarang ia sadar, semuanya pasti akan berubah dan hanya menunggu waktunya saja.Dylan yang sejak tadi mendengar kata Asia hanya bisa diam saja dan melirik. Sudah lama memangnya dia tidak berjumpa dengan gadis itu. Ya, itu justr
Kini Mama Asia mulai kebingungan, ia tahu ada beberapa pria yang bersama dengan Asia dulu sebut saja Dylan dan Nanda.Tak hanya Mama Asia yang kebingungan bagaimana menanggapi anaknya, Asia Armelina. Mama Dylan pun sama seperti itu, ia hampir kehilangan cara bagaimana menasihati sang anak, Dylan Jalaludin Akbar.Padahal dulu Dylan sering sekali bercerita tentang apapun yang terjadi di hari itu. Mulai dari cerita bahagia, sedih, galau tetapi kini yang didapatkan oleh Mama Dylan hanya kehampaan belaka. Anaknya sudah berubah drastis 100 persen, entah apa yang harus dilakukanya saat ini.Sedangkan sang anak, Dylan masih saja mengaduk – ngaduk mienya di mangkuk. Sedangkan tatapannya hanya kosong seperti sedang ada masalah. Ya, kalau gini jadinya mienya bisa jadi surut kan?Perempuan setengah abad itu hanya bisa membuang napasnya. Sekarang mie rebus itu sudah layaknya seperti mie yang dicincang – cincang. Dan rasanya pasti sekarang sud
Liburan hari ini sepertinya menjadi hari – hari yang menakutkan bagi seorang Asia. Asia yang dulu ceria, bersemangat dan selalu mewarnai hari – harinya itu sudah tidak terlihat lagi. Melainkan beberapa hari ini dia selalu memberikan wajah yang murung dan seperti tidak memiliki semangat untuk hidup. Tak hanya itu, ibunya juga pernah melihat saat Asia membersihkan lantai. Malah kain pelnya yang tidak dikeringkan, alhasil semua lantai tidak ada satu pun yang kering malah basah semua seperti air yang sengaja ditumpahkan.Air – air kain pel itu menyebabkan sang ibunda hampir jatuh. Abang dan ayahnya sampai kebingungan ada apa dengan Asia yang sebenarnya.Tak hanya itu, dia juga mulai membantu sang ibu untuk belanja ke pasar. Tetapi dia selalu pulang terlambat, entah kemana. Mama Asia langsung kebingungan tak biasanya anaknya pulang terlambat. Padahal dulu kalau pulang dari tempat manapun selalu cepat.Tetapi yang didapatkannya sekarang, hanya rasa p