Home / Romansa / Stuck With Mr. Devil / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Stuck With Mr. Devil: Chapter 51 - Chapter 60

99 Chapters

| 50 |

  Kinanti meremat buku-buku jarinya dengan perasaan berdebar. Tajuk berita online yang tak sengaja lewat di beranda ponselnya, membuat wanita itu didera kegelisahan. Menjelang Peringatan Hari Kematiannya, Lagu Ciptaan Agnia yang Dulu Sempat Dituding Plagiat, Belakangan Kembali Viral di Sosial Media dan Platform Video Musik Online. Benarkah Lagu Tersebut Plagiat? Kinanti menggigit bibir. Ia ingin men-skip berita itu. Tapi, rasa penasaran membuat dirinya tak bisa menahan dorongan untuk membaca isi beritanya. Plagiat. Plagiat. Plagiat. Kata-kata itu terus berenang-renang dalam benak Kinanti. Agnia si musisi plagiat. Agnia si musisi tak punya bakat dan sebagainya. Kinanti ingat dengan jelas semua julukan-julukan kejam sempat tersemat dalam nama Agnia Martadinata dan menjadi skandal yang cukup menghebohkan kala
Read more

| 51 |

"Selamat malam, Nona! Maaf, saya terlambat untuk mengantarkan Nona pulang," sapa Pak Septian waktu ia sampai ke rumah Nevano untuk menjemput Zora."Iya, Pak. Nggak papa," sahut Zora, meski dirinya sudah gelisah sejak tadi lantaran sekarang hampir pukul setengah sembilan malam dan Zia masih berada di rumah sakit sendirian.Pak Septian membukakan pintu belakang mobil untuk Zora. Gadis itu berjalan hati-hati masuk ke mobil. Untung saja kakinya yang terkilir tidak terlalu sakit lagi, sehingga tak menyulitkannya untuk berjalan normal.Nevano sudah berangkat ke bandara sejak pukul enam sore lalu. Ia harus pergi guna mengurus masalah perusahaan. Sebelum pergi, ia mewanti-wanti Zora untuk makan makanan yang telah disiapkan pelayan. Pemuda itu juga meninggalkan salah satu kartu kreditnya, memaksa gadis itu menerima dan memakainya.Zora selalu tidak mengerti dengan jalan pikiran Nevano. Pemu
Read more

| 52 |

"Ini semua adalah produk kopi Robusta yang diproduksi oleh perusahaan kami. Biji kopi yang kami pakai adalah hasil dari perkebunan kopi kami sendiri dan telah memenuhi sertifikasi 4C sesuai ketentuan standarisasi lembaga kopi internasional," jelas seorang pria berkacamata dengan perawakan sedikit gempal. Ia menjabat sebagai Direktur Operasional PT. Jaya Nusantara, yaitu perusahaan biji kopi yang sedang Nevano kunjungi di Lampung.Ini adalah hari kedua Nevano berada di sini. Setelah kemarin ia diajak berkunjung melihat-lihat perkebunan kopi yang mereka budidayakan. Sekarang gilirannya mengunjungi pabrik pengelolaan biji kopi mereka. Dan mengenai 4C yang dimaksud oleh pria berkacamata itu adalah Common Code for the Coffee Community, yang artinya semua petani kopi harus mengikuti pelatihan dalam menerapkan budidaya Kopi Robusta dengan memperhatikan ekonomi, sosial dan lingkungan. Dan sertifikasi petani akan diaudit  setiap tahun oleh Sustainability Development Serv
Read more

| 53 |

 "Nevano ngasih lo Black Card?!" seru Alin dengan mata terbelalak. Saat ini ia sedang mengunjungi Zora di rumah sakit sekaligus menjenguk Zia yang besok pagi jadwal operasinya diadakan. Tadi pagi, tim dokter yang akan mengoperasi Zia datang membesuk gadis itu. Mulai malam nanti Zia sudah diharuskan berpuasa, beristirahat yang cukup dan mandi menggunakan sabun khusus yang mereka berikan. Untungnya, Zia tampak tenang sekali menghadapi operasi perdana yang mesti dilakukannya. Ia bahkan yang memberi Zora semangat lantaran Zora tak henti merasa gelisah dan tegang memikirkan jalannya operasi tersebut. Kadang-kadang, Zia memang sering bersikap lebih dewasa dibanding gadis seusianya dan ini yang membuat Zora semakin menyayanginya. "Iya, Mbak. Nevano ngasih Black Card-nya kemarin sama aku." Zora menjawab dengan anggukan pelan, lalu menunjukkan Black Card Nevano kepada sahabat karibnya itu.
Read more

| 54 |

"Wah!" seru Zia seraya menutup mulut dengan kedua tangan sewaktu melihat kedatangan Nevano yang mendadak di depan pintu kamar perawatannya.Kesan pertama yang gadis itu tangkap dari sosok Nevano saat ini adalah, pemuda itu wangi, rapi, ganteng dan sangat tinggi. Namun, hal yang paling menarik perhatian Zia sampai membuat rahang gadis remaja itu terbuka lebar adalah roman wajah Nevano yang mengingatkannya dengan seseorang."Jaehyun Oppa?" Zia masih menatap Nevano dengan perasaan tak percaya, lantas mengucek-ngucek mata. Berpikir mungkin saja ia salah lihat. "Kenapa Jaehyun Oppa ada di sini?"Kedua alis tebal Nevano otomatis terangkat. Sungguh, ia sendiri juga merasa bingung dengan reaksi Zia yang seperti melihat hantu di siang bolong kala menatapnya.Pemuda itu kemudian mengendarkan pandang. Bertanya-tanya apakah ia salah memasuki kamar? Tidak ada Zora di sini, hanya ada seorang gad
Read more

| 55 |

 "Tolong, berikan ini untuk Zia. Aku harap operasinya bisa berjalan lancar." Levi menyerahkan sebuah toples kaca berukuran sedang, berisi lipatan origami pada Zora. "Kebetulan aku bakal ikut dalam operasi Zia besok."Zora menerima toples kaca itu dengan terperangah. "Levi ... ini?"Levi mengangguk. "Maaf, pasti kamu kaget. Itu memang origami yang kita buat dulu. Aku nggak sengaja nemuinnya di dalam lemari aku." Ia tersenyum getir. "Dan aku rasa, sebaiknya diberikan ke orang yang tepat daripada dibuang atau jadi barang rongsokan yang sia-sia."Zora menarik napas. Tiba-tiba saja dadanya terasa sesak. Dipandanginya burung-burung bangau warna-warni dalam toples kaca tersebut. Origami yang mereka buat bersama. Origami yang berisi bait permohonan mereka."Berapa jumlahnya? Aku lupa udah berapa bangau yang kita buat waktu itu," kata
Read more

| 56 |

All the storms we weatheredEverything that we went throughNow, without you, what on earth am I to do?When I called the mathematicians and I ask them to explainThey said love is only equal to the pain And when everything was going wrongYou could turn my sorrow into songOh, it hurts like soTo let somebody goTo let somebody go (Let Somebody Go ~ Coldplay Feat Selena Gomez) ❣"Selamat ulang tahun, Nevano!"Bocah laki-laki dengan lesung di kedua pipi i
Read more

| 57 |

Nevano meletakkan seikat bunga lili di atas pusara makam bernisankan Agnia Martadinata binti Harsa Prawijaya. Angin sepoi-sepoi berembus menyapa tatkala Nevano memejamkan mata dan melantunkan beberapa bait doa di dalam hatinya untuk sang bunda.Ia kemudian berjongkok, membersihkan beberapa ranting dan dedaunan kering yang terjatuh di atas pusara. Napasnya terembus panjang. Sejak pulang ke Indonesia, terhitung baru saat ini ia menyempatkan diri datang kemari. Dan meski sudah bertahun-tahun kepergian sang bunda, entah mengapa rasa sesak itu masih sama. Menyakitkan tiap kali netranya menatap ukiran nama Agnia di atas nisan berwarna puting gading itu."Apa kabar, Bunda? Maaf, Nevano baru bisa datang kemari," gumam Nevano setelah terdiam beberapa saat. Ia mengulurkan tangan, mengusap halus batu nisan di hadapannya. "Sebentar lagi Bunda ulang tahun. Kalau Bunda masih hidup, sekarang usia Bunda sudah 53 tahun. Dan Bund
Read more

| 58 |

Zora meremat jari-jemarinya selama menunggu di depan ruang operasi dengan perasaan gundah. Saat ini operasi katup jantung Zia sedang berlangsung dan sudah nyaris empat jam ia menunggu di sini. Namun, belum ada tanda-tanda operasi tersebut akan berakhir. Gadis itu mondar-mandir. Sesekali menatap jam tangan yang melingkari pergelangan tangannya. Bibirnya tak henti menyenandungkan doa. Berharap Zia akan baik-baik saja selama operasi. Sebenarnya, dokter Gibran yang menjadi kepala tim bedah kali ini sudah menjelaskan bahwa tingkat keberhasilan operasi Zia mencapai 95%. Itu artinya Zora tidak perlu mengkhawatirkan hal yang tidak penting. Namun, tetap saja Zora merasa gugup dan cemas, sebab ini adalah operasi perdana yang Zia lakukan dalam hidupnya. 
Read more

| 56 |

Dua jam sebelumnya, "Akhirnya Bapak CEO kita dateng juga," sapa Rendy sewaktu menyambut kedatangan Nevano di depan pintu apartemennya. "Nggak usah lebay." Nevano memutar bola mata seraya mengayunkan langkah melewati pintu dan masuk ke dalam. Tangannya mengangsurkan sesuatu yang disambut Rendy dengan sukacita. "Apaan nih?" "Hadiah buat apartemen baru." Kedua mata Rendy melebar. Dua botol wine merk Carbenet Sauvignon dengan tanggal pembuatan tahun 2006, membuat pemuda berpotongan undercut itu tersenyum semringah. Jelas Rendy senang. Seperti Nevano, ia juga penyuka wine. Dan sebagai seseorang yang menggemari minuman terbuat dari anggur itu, semakin tua umur wine maka semakin baik pula kualitasnya. Jadi, sudah barang tentu wine yang
Read more
PREV
1
...
45678
...
10
DMCA.com Protection Status