Semua Bab Stuck With Mr. Devil: Bab 41 - Bab 50
99 Bab
| 40 |
  Masih jaga malam ya, Kak? Levi memandangi ponselnya sambil mendudukkan diri di bangku panjang depan taman rumah sakit di lantai enam. Pesan itu dari Evelyna dan telah dikirim sekitar tiga jam lalu. Ia belum sempat mengecek ponsel sejak tadi lantaran disibukkan mengurus beberapa pasien korban kecelakaan di bagian IGD. Sejak awal masuk kemari, Levi memang seringkali ditugaskan oleh para seniornya untuk menangani unit IGD—unit paling sibuk di rumah sakit. Levi bisa saja memprotes atau menolak karena bagian IGD sebenarnya bukanlah prioritasnya, mengingat ia adalah lulusan spesialis toraks, bukan lagi dokter residen biasa. Tapi tentu saja, itu bukanlah hal yang menjadi masalah bagi Levi. Lagipula, ia sedang menjalankan program adaptasi, sementara hal-hal seperti ini secara tidak langsung akan menjadi
Baca selengkapnya
| 41 |
Siang itu, udara terasa begitu panas menyengat. Levi membawa langkahnya menuju perpustakaan yang berada di sebelah barat gedung sekolah. Ia bermaksud untuk menemui Zora yang sedang berada di sana. Selain rooftop, tempat favorit keduanya menghabiskan waktu adalah di perpustakaan.Begitu sampai, Levi mendapati Zora sedang duduk sambil menelungkupkan kepala ke atas meja dekat jendela. Kedua mata Zora terpejam sementara buku pelajaran matematika teronggok di hadapan gadis itu. Sepertinya Zora tertidur saat sedang membaca buku tersebut. Ya, mengingat bagaimana kerasnya Zora belajar selama ini, tak heran Levi kadang sering melihat Zora tertidur sambil memeluk buku.Selama beberapa saat, Levi hanya memerhatikan gadis itu sambil sesekali tersenyum mendengar suara dengkuran halus yang tertangkap telinganya. Diulurkan tangan untuk mengusap beberapa helai rambut Zora yang menutupi kening dan diselipkan ke belakang telinga
Baca selengkapnya
| 42 |
  Zora mundur selangkah, menatap Levi dengan kedua mata terbelalak. Ia tidak salah dengar, 'kan? Bagaimana mungkin ... bagaimana mungkin Levi bisa mengatakan hal seperti itu? Bagaimana Levi bisa mengajaknya mengulang lagi dari awal? "Aku tahu kamu pasti terkejut dan aku juga nggak tahu harus apa lagi. Tapi, kita bisa mencobanya pelan-pelan, Zora. Kita—" "Levi ...." Zora menahan napas. Kepalanya menggeleng-geleng. "Ini nggak akan semudah yang kamu pikirkan." Levi terdiam. "Kamu tahu sendiri, aku udah melakukan hal yang buruk sama kamu. Aku dan Nevano—" "Aku tahu, nggak usah kamu perjelas," sela Levi dengan nada getir. "Aku cuma nggak tahu lagi harus gimana. Sembilan tahun, Zora. Sembilan tahun aku harus tersiksa. Aku bahkan nggak bisa melakukan apa-apa gara-gara perasaan sialan ini." Zora menunduk. Jari-jemarinya t
Baca selengkapnya
| 43 |
"Ini adalah pasien yang direncanakan akan melakukan Maze Surgery atau prosedur ablasi* pada bulan depan nanti," jelas dokter Fadli di depan layar proyektor. Saat ini sedang ada rapat koordinasi bersama Direktur dan para dokter unit toraks atau kardiovaskular di dalam ruang rapat.Rapat ini rutin diadakan setiap Selasa pagi, sebelum para dokter memulai aktivitas resmi masing-masing. Rapat yang bertujuan membahas segala permasalahan pasien serta kendala-kendala apa saja yang terjadi termasuk yang berkaitan dalam pelayanan rumah sakit.Levi juga turut serta dalam rapat ini. Biasanya para dokter residen diberikan kesempatan untuk menjelaskan kondisi pasien yang sedang mereka tangani agar bisa di evaluasi bersama dengan para dokter senior di dalam ruang rapat."Pasien adalah anak laki-laki berusia sepuluh tahun, menderita Aritmia akut dengan jenis sindrom Wolff-Parkinson-W
Baca selengkapnya
| 44 |
Nevano mengetuk-ngetukkan jari ke atas meja sambil menatap laporan proposal di hadapannya dengan serius."Bagaimana, Pak? Apa laporannya sudah benar? Kami sudah merevisi sesuai yang Bapak perintahkan kemarin," kata Arizal—Leader Tim Perencanaan—dengan perasaan berdebar. Ia takut ada kesalahan lagi dan berakhir kena semprot seperti hari-hari kemarin gara-gara laporan yang mereka ajukan tidak ada yang memuaskan.Arizal sedikit takjub ketika kemarin CEO mereka itu tiba-tiba datang ke Divisi Perencanaan, membawa contoh laporan proposal produk yang sudah direvisi keseluruhan untuk mereka salin dan kaji ulang.Nevano mengangkat mata, menatap pria dengan janggut tipis itu sejenak, kemudian ia mengangguk pelan. "Oke, ini sudah baik dan sesuai dengan apa yang telah direvisi kemarin. Saya juga suka dengan product design yang kalian buat kali ini."Ucapan itu membuat Arizal menarik napas
Baca selengkapnya
| 45 |
"Zia, Kakak pergi dulu, ya? Kamu nggak papa di sini sendirian?" Zora memandangi Zia yang berbaring di brankar dengan perasaan gelisah."Pergi aja, Kak. Di sini 'kan ada dokter sama suster, jadi nggak usah khawatir," sahut Zia sambil tersenyum, berusaha menenangkan kegelisahan kakaknya itu.Zora menatap jam tangannya. Hampir pukul 10 pagi. Hari ini Zora harus pergi ke salah satu mall di daerah Thamrin. Kemarin Alin mengatakan bahwa kenalannya yang bekerja di sebuah perusahaan recruitment agency mengajak Zora bertemu lantaran ingin menawarkan pekerjaan kepada gadis itu.Recruitment agency adalah sebuah perusahaan atau instansi yang menyediakan jasa pencarian kandidat (pencari kerja) untuk direkrut oleh klien mereka, misalnya sebuah perusahaan.Tentu saja Zora tak menolak tawaran itu. Ia memang sedang membutuhkan pekerjaan. Meski ia belum diberitahu oleh sang perekru
Baca selengkapnya
| 46 |
"Jadi SPG?" seru Zora ketika ia sudah sampai di lokasi yang menjadi tempat pertemuan itu."Ya, di sini sedang mengadakan event tahunan. Ada salah satu perusahaan otomotif yang mengadakan pameran di sini dan kebetulan membutuhkan seseorang lagi untuk dijadikan representatif produk mereka," kata si perekrut itu. Namanya Robi, berusia 30 tahun. Ia menatap CV yang Zora kirim via email kemarin di layar ponselnya, membacanya sebentar lantas melanjutkan, "Di sini tertulis pengalaman pekerjaan kamu pernah dua kali menjadi SPG untuk dua perusahaan berbeda."Zora mengangguk. Ia memang pernah menjalani profesi SPG sebanyak dua kali dan itupun sudah lama sekali, ketika dirinya baru lulus sekolah menengah. Kala itu Zora betul-betul tengah membutuhkan pekerjaan dan karena pada saat itu hanya ada lowongan sebagai SPG, ia pun nekat melamar. Tetapi kalau bisa memilih, Zora sungguh tidak ingin lagi menjadi SPG. Di samping pekerjaannya yang cukup
Baca selengkapnya
| 47 |
"Nevano, sakit!" keluh Zora ketika Nevano tak juga melepaskan cengkramannya dari tangan gadis itu selama perjalanan mereka menuju pintu luar mall.Meski sudah berkali-kali mendengar keluhan Zora, tetap saja Nevano bergeming. Sama sekali tak berniat menghentikan langkah ataupun mengendurkan cengkramannya. Pemuda itu juga beberapa kali mendelik tajam pada siapapun yang memandangi Zora karena penampilannya yang cukup mengundang.Sungguh. Pemuda itu tak menyangka bisa bertemu dengan Zora di sini. Keisengannya untuk melihat-lihat pameran mobil setelah urusan bisnisnya bersama Direktur Graha Plaza mall satu jam sebelumnya selesai, malah mempertemukannya dengan gadis itu."Kamu mau bawa aku ke mana sih?" seru Zora yang sudah kewalahan mengikuti langkah panjang pemuda itu. Apalagi dengan menggunakan sepatu high heels seperti ini, tentu membuatnya kesulitan berjalan. "Tolong, berhenti dulu!"
Baca selengkapnya
| 48 |
Stay awhile, stay awhileStay here with meLay here with me, ayy-ayy, ayy-ayy, oh Damn, I like me better when I'm with youI like me better when I'm with youI knew from the first time, I'd stay for a long time 'causeI like me better whenI like me better when I'm with you (I Like Me Better ~ Jaehyun Cover Song From Lauv) ❣"Papa Tuan memerintahkan Tuan untuk pulang ke rumah sekarang. Beliau ingin membicarakan sesuatu dengan Tuan.""Pulang?" dengus Nevano sambil memutar bola mata. "Gue nggak mau pulan
Baca selengkapnya
| 49 |
Zora memanyunkan bibir seraya mengembuskan napas frustrasi ketika Nevano membelokkan mobilnya ke sebuah rumah mewah berlantai dua bergaya mediteranian itu.Rumah bercat putih gading dengan pagar besi dan pilar-pilar kokoh yang mengelilingi bangunannya. Rumah yang sudah amat melekat dalam sejarah kelam kehidupan Zora. Rumah yang menjadi saksi bisu atas pilihan terburuk yang pernah diambilnya di masa lalu."Kenapa kita malah ke rumah kamu?" seru gadis itu kemudian, sementara Nevano memarkir mobilnya di carport."Terus lo mau ke mana dalam keadaan begini?" Nevano menaikkan sebelah alis. Dimatikannya mesin mobil begitu selesai memarkir, lalu melepas seatbelt yang terpasang di tubuhnya."Udah aku bilang, aku mau pulang." Zora menatapnya tajam. "Kenapa sih kamu selalu bersikap seenaknya?"Nevano mendesah, lalu balas menatap Zora sembari tersenyum. "Kita u
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
10
DMCA.com Protection Status