Nevano mengetuk-ngetukkan jari ke atas meja sambil menatap laporan proposal di hadapannya dengan serius.
"Bagaimana, Pak? Apa laporannya sudah benar? Kami sudah merevisi sesuai yang Bapak perintahkan kemarin," kata Arizal—Leader Tim Perencanaan—dengan perasaan berdebar. Ia takut ada kesalahan lagi dan berakhir kena semprot seperti hari-hari kemarin gara-gara laporan yang mereka ajukan tidak ada yang memuaskan.
Arizal sedikit takjub ketika kemarin CEO mereka itu tiba-tiba datang ke Divisi Perencanaan, membawa contoh laporan proposal produk yang sudah direvisi keseluruhan untuk mereka salin dan kaji ulang.
Nevano mengangkat mata, menatap pria dengan janggut tipis itu sejenak, kemudian ia mengangguk pelan. "Oke, ini sudah baik dan sesuai dengan apa yang telah direvisi kemarin. Saya juga suka dengan product design yang kalian buat kali ini."
Ucapan itu membuat Arizal menarik napas
"Zia, Kakak pergi dulu, ya? Kamu nggak papa di sini sendirian?" Zora memandangi Zia yang berbaring di brankar dengan perasaan gelisah."Pergi aja, Kak. Di sini 'kan ada dokter sama suster, jadi nggak usah khawatir," sahut Zia sambil tersenyum, berusaha menenangkan kegelisahan kakaknya itu.Zora menatap jam tangannya. Hampir pukul 10 pagi. Hari ini Zora harus pergi ke salah satu mall di daerah Thamrin. Kemarin Alin mengatakan bahwa kenalannya yang bekerja di sebuah perusahaan recruitment agency mengajak Zora bertemu lantaran ingin menawarkan pekerjaan kepada gadis itu.Recruitment agency adalah sebuah perusahaan atau instansi yang menyediakan jasa pencarian kandidat (pencari kerja) untuk direkrut oleh klien mereka, misalnya sebuah perusahaan.Tentu saja Zora tak menolak tawaran itu. Ia memang sedang membutuhkan pekerjaan. Meski ia belum diberitahu oleh sang perekru
"Jadi SPG?" seru Zora ketika ia sudah sampai di lokasi yang menjadi tempat pertemuan itu."Ya, di sini sedang mengadakan event tahunan. Ada salah satu perusahaan otomotif yang mengadakan pameran di sini dan kebetulan membutuhkan seseorang lagi untuk dijadikan representatif produk mereka," kata si perekrut itu. Namanya Robi, berusia 30 tahun. Ia menatap CV yang Zora kirim via email kemarin di layar ponselnya, membacanya sebentar lantas melanjutkan, "Di sini tertulis pengalaman pekerjaan kamu pernah dua kali menjadi SPG untuk dua perusahaan berbeda."Zora mengangguk. Ia memang pernah menjalani profesi SPG sebanyak dua kali dan itupun sudah lama sekali, ketika dirinya baru lulus sekolah menengah. Kala itu Zora betul-betul tengah membutuhkan pekerjaan dan karena pada saat itu hanya ada lowongan sebagai SPG, ia pun nekat melamar. Tetapi kalau bisa memilih, Zora sungguh tidak ingin lagi menjadi SPG. Di samping pekerjaannya yang cukup
"Nevano, sakit!" keluh Zora ketika Nevano tak juga melepaskan cengkramannya dari tangan gadis itu selama perjalanan mereka menuju pintu luar mall.Meski sudah berkali-kali mendengar keluhan Zora, tetap saja Nevano bergeming. Sama sekali tak berniat menghentikan langkah ataupun mengendurkan cengkramannya. Pemuda itu juga beberapa kali mendelik tajam pada siapapun yang memandangi Zora karena penampilannya yang cukup mengundang.Sungguh. Pemuda itu tak menyangka bisa bertemu dengan Zora di sini. Keisengannya untuk melihat-lihat pameran mobil setelah urusan bisnisnya bersama Direktur Graha Plaza mall satu jam sebelumnya selesai, malah mempertemukannya dengan gadis itu."Kamu mau bawa aku ke mana sih?" seru Zora yang sudah kewalahan mengikuti langkah panjang pemuda itu. Apalagi dengan menggunakan sepatu high heels seperti ini, tentu membuatnya kesulitan berjalan. "Tolong, berhenti dulu!"
Stay awhile, stay awhileStay here with meLay here with me, ayy-ayy, ayy-ayy, ohDamn, I like me better when I'm with youI like me better when I'm with youI knew from the first time, I'd stay for a long time 'causeI like me better whenI like me better when I'm with you(I Like Me Better ~ Jaehyun Cover Song From Lauv)❣"Papa Tuan memerintahkan Tuan untuk pulang ke rumah sekarang. Beliau ingin membicarakan sesuatu dengan Tuan.""Pulang?" dengus Nevano sambil memutar bola mata. "Gue nggak mau pulan
Zora memanyunkan bibir seraya mengembuskan napas frustrasi ketika Nevano membelokkan mobilnya ke sebuah rumah mewah berlantai dua bergaya mediteranian itu.Rumah bercat putih gading dengan pagar besi dan pilar-pilar kokoh yang mengelilingi bangunannya. Rumah yang sudah amat melekat dalam sejarah kelam kehidupan Zora. Rumah yang menjadi saksi bisu atas pilihan terburuk yang pernah diambilnya di masa lalu."Kenapa kita malah ke rumah kamu?" seru gadis itu kemudian, sementara Nevano memarkir mobilnya di carport."Terus lo mau ke mana dalam keadaan begini?" Nevano menaikkan sebelah alis. Dimatikannya mesin mobil begitu selesai memarkir, lalu melepas seatbelt yang terpasang di tubuhnya."Udah aku bilang, aku mau pulang." Zora menatapnya tajam. "Kenapa sih kamu selalu bersikap seenaknya?"Nevano mendesah, lalu balas menatap Zora sembari tersenyum. "Kita u
Kinanti meremat buku-buku jarinya dengan perasaan berdebar. Tajuk berita online yang tak sengaja lewat di beranda ponselnya, membuat wanita itu didera kegelisahan. Menjelang Peringatan Hari Kematiannya, Lagu Ciptaan Agnia yang Dulu Sempat Dituding Plagiat, Belakangan Kembali Viral di Sosial Media dan Platform Video Musik Online. Benarkah Lagu Tersebut Plagiat? Kinanti menggigit bibir. Ia ingin men-skip berita itu. Tapi, rasa penasaran membuat dirinya tak bisa menahan dorongan untuk membaca isi beritanya. Plagiat. Plagiat. Plagiat. Kata-kata itu terus berenang-renang dalam benak Kinanti. Agnia si musisi plagiat. Agnia si musisi tak punya bakat dan sebagainya. Kinanti ingat dengan jelas semua julukan-julukan kejam sempat tersemat dalam nama Agnia Martadinata dan menjadi skandal yang cukup menghebohkan kala
"Selamat malam, Nona! Maaf, saya terlambat untuk mengantarkan Nona pulang," sapa Pak Septian waktu ia sampai ke rumah Nevano untuk menjemput Zora."Iya, Pak. Nggak papa," sahut Zora, meski dirinya sudah gelisah sejak tadi lantaran sekarang hampir pukul setengah sembilan malam dan Zia masih berada di rumah sakit sendirian.Pak Septian membukakan pintu belakang mobil untuk Zora. Gadis itu berjalan hati-hati masuk ke mobil. Untung saja kakinya yang terkilir tidak terlalu sakit lagi, sehingga tak menyulitkannya untuk berjalan normal.Nevano sudah berangkat ke bandara sejak pukul enam sore lalu. Ia harus pergi guna mengurus masalah perusahaan. Sebelum pergi, ia mewanti-wanti Zora untuk makan makanan yang telah disiapkan pelayan. Pemuda itu juga meninggalkan salah satu kartu kreditnya, memaksa gadis itu menerima dan memakainya.Zora selalu tidak mengerti dengan jalan pikiran Nevano. Pemu
"Ini semua adalah produk kopi Robusta yang diproduksi oleh perusahaan kami. Biji kopi yang kami pakai adalah hasil dari perkebunan kopi kami sendiri dan telah memenuhi sertifikasi 4C sesuai ketentuan standarisasi lembaga kopi internasional," jelas seorang pria berkacamata dengan perawakan sedikit gempal. Ia menjabat sebagai Direktur Operasional PT. Jaya Nusantara, yaitu perusahaan biji kopi yang sedang Nevano kunjungi di Lampung.Ini adalah hari kedua Nevano berada di sini. Setelah kemarin ia diajak berkunjung melihat-lihat perkebunan kopi yang mereka budidayakan. Sekarang gilirannya mengunjungi pabrik pengelolaan biji kopi mereka. Dan mengenai 4C yang dimaksud oleh pria berkacamata itu adalah Common Code for the Coffee Community, yang artinya semua petani kopi harus mengikuti pelatihan dalam menerapkan budidaya Kopi Robusta dengan memperhatikan ekonomi, sosial dan lingkungan. Dan sertifikasi petani akan diaudit setiap tahun oleh Sustainability Development Serv