"Jadi SPG?" seru Zora ketika ia sudah sampai di lokasi yang menjadi tempat pertemuan itu.
"Ya, di sini sedang mengadakan event tahunan. Ada salah satu perusahaan otomotif yang mengadakan pameran di sini dan kebetulan membutuhkan seseorang lagi untuk dijadikan representatif produk mereka," kata si perekrut itu. Namanya Robi, berusia 30 tahun. Ia menatap CV yang Zora kirim via email kemarin di layar ponselnya, membacanya sebentar lantas melanjutkan, "Di sini tertulis pengalaman pekerjaan kamu pernah dua kali menjadi SPG untuk dua perusahaan berbeda."
Zora mengangguk. Ia memang pernah menjalani profesi SPG sebanyak dua kali dan itupun sudah lama sekali, ketika dirinya baru lulus sekolah menengah. Kala itu Zora betul-betul tengah membutuhkan pekerjaan dan karena pada saat itu hanya ada lowongan sebagai SPG, ia pun nekat melamar. Tetapi kalau bisa memilih, Zora sungguh tidak ingin lagi menjadi SPG. Di samping pekerjaannya yang cukup
"Nevano, sakit!" keluh Zora ketika Nevano tak juga melepaskan cengkramannya dari tangan gadis itu selama perjalanan mereka menuju pintu luar mall.Meski sudah berkali-kali mendengar keluhan Zora, tetap saja Nevano bergeming. Sama sekali tak berniat menghentikan langkah ataupun mengendurkan cengkramannya. Pemuda itu juga beberapa kali mendelik tajam pada siapapun yang memandangi Zora karena penampilannya yang cukup mengundang.Sungguh. Pemuda itu tak menyangka bisa bertemu dengan Zora di sini. Keisengannya untuk melihat-lihat pameran mobil setelah urusan bisnisnya bersama Direktur Graha Plaza mall satu jam sebelumnya selesai, malah mempertemukannya dengan gadis itu."Kamu mau bawa aku ke mana sih?" seru Zora yang sudah kewalahan mengikuti langkah panjang pemuda itu. Apalagi dengan menggunakan sepatu high heels seperti ini, tentu membuatnya kesulitan berjalan. "Tolong, berhenti dulu!"
Stay awhile, stay awhileStay here with meLay here with me, ayy-ayy, ayy-ayy, ohDamn, I like me better when I'm with youI like me better when I'm with youI knew from the first time, I'd stay for a long time 'causeI like me better whenI like me better when I'm with you(I Like Me Better ~ Jaehyun Cover Song From Lauv)❣"Papa Tuan memerintahkan Tuan untuk pulang ke rumah sekarang. Beliau ingin membicarakan sesuatu dengan Tuan.""Pulang?" dengus Nevano sambil memutar bola mata. "Gue nggak mau pulan
Zora memanyunkan bibir seraya mengembuskan napas frustrasi ketika Nevano membelokkan mobilnya ke sebuah rumah mewah berlantai dua bergaya mediteranian itu.Rumah bercat putih gading dengan pagar besi dan pilar-pilar kokoh yang mengelilingi bangunannya. Rumah yang sudah amat melekat dalam sejarah kelam kehidupan Zora. Rumah yang menjadi saksi bisu atas pilihan terburuk yang pernah diambilnya di masa lalu."Kenapa kita malah ke rumah kamu?" seru gadis itu kemudian, sementara Nevano memarkir mobilnya di carport."Terus lo mau ke mana dalam keadaan begini?" Nevano menaikkan sebelah alis. Dimatikannya mesin mobil begitu selesai memarkir, lalu melepas seatbelt yang terpasang di tubuhnya."Udah aku bilang, aku mau pulang." Zora menatapnya tajam. "Kenapa sih kamu selalu bersikap seenaknya?"Nevano mendesah, lalu balas menatap Zora sembari tersenyum. "Kita u
Kinanti meremat buku-buku jarinya dengan perasaan berdebar. Tajuk berita online yang tak sengaja lewat di beranda ponselnya, membuat wanita itu didera kegelisahan. Menjelang Peringatan Hari Kematiannya, Lagu Ciptaan Agnia yang Dulu Sempat Dituding Plagiat, Belakangan Kembali Viral di Sosial Media dan Platform Video Musik Online. Benarkah Lagu Tersebut Plagiat? Kinanti menggigit bibir. Ia ingin men-skip berita itu. Tapi, rasa penasaran membuat dirinya tak bisa menahan dorongan untuk membaca isi beritanya. Plagiat. Plagiat. Plagiat. Kata-kata itu terus berenang-renang dalam benak Kinanti. Agnia si musisi plagiat. Agnia si musisi tak punya bakat dan sebagainya. Kinanti ingat dengan jelas semua julukan-julukan kejam sempat tersemat dalam nama Agnia Martadinata dan menjadi skandal yang cukup menghebohkan kala
"Selamat malam, Nona! Maaf, saya terlambat untuk mengantarkan Nona pulang," sapa Pak Septian waktu ia sampai ke rumah Nevano untuk menjemput Zora."Iya, Pak. Nggak papa," sahut Zora, meski dirinya sudah gelisah sejak tadi lantaran sekarang hampir pukul setengah sembilan malam dan Zia masih berada di rumah sakit sendirian.Pak Septian membukakan pintu belakang mobil untuk Zora. Gadis itu berjalan hati-hati masuk ke mobil. Untung saja kakinya yang terkilir tidak terlalu sakit lagi, sehingga tak menyulitkannya untuk berjalan normal.Nevano sudah berangkat ke bandara sejak pukul enam sore lalu. Ia harus pergi guna mengurus masalah perusahaan. Sebelum pergi, ia mewanti-wanti Zora untuk makan makanan yang telah disiapkan pelayan. Pemuda itu juga meninggalkan salah satu kartu kreditnya, memaksa gadis itu menerima dan memakainya.Zora selalu tidak mengerti dengan jalan pikiran Nevano. Pemu
"Ini semua adalah produk kopi Robusta yang diproduksi oleh perusahaan kami. Biji kopi yang kami pakai adalah hasil dari perkebunan kopi kami sendiri dan telah memenuhi sertifikasi 4C sesuai ketentuan standarisasi lembaga kopi internasional," jelas seorang pria berkacamata dengan perawakan sedikit gempal. Ia menjabat sebagai Direktur Operasional PT. Jaya Nusantara, yaitu perusahaan biji kopi yang sedang Nevano kunjungi di Lampung.Ini adalah hari kedua Nevano berada di sini. Setelah kemarin ia diajak berkunjung melihat-lihat perkebunan kopi yang mereka budidayakan. Sekarang gilirannya mengunjungi pabrik pengelolaan biji kopi mereka. Dan mengenai 4C yang dimaksud oleh pria berkacamata itu adalah Common Code for the Coffee Community, yang artinya semua petani kopi harus mengikuti pelatihan dalam menerapkan budidaya Kopi Robusta dengan memperhatikan ekonomi, sosial dan lingkungan. Dan sertifikasi petani akan diaudit setiap tahun oleh Sustainability Development Serv
"Nevano ngasih lo Black Card?!" seru Alin dengan mata terbelalak. Saat ini ia sedang mengunjungi Zora di rumah sakit sekaligus menjenguk Zia yang besok pagi jadwal operasinya diadakan.Tadi pagi, tim dokter yang akan mengoperasi Zia datang membesuk gadis itu. Mulai malam nanti Zia sudah diharuskan berpuasa, beristirahat yang cukup dan mandi menggunakan sabun khusus yang mereka berikan.Untungnya, Zia tampak tenang sekali menghadapi operasi perdana yang mesti dilakukannya. Ia bahkan yang memberi Zora semangat lantaran Zora tak henti merasa gelisah dan tegang memikirkan jalannya operasi tersebut.Kadang-kadang, Zia memang sering bersikap lebih dewasa dibanding gadis seusianya dan ini yang membuat Zora semakin menyayanginya."Iya, Mbak. Nevano ngasih Black Card-nya kemarin sama aku." Zora menjawab dengan anggukan pelan, lalu menunjukkan Black Card Nevano kepada sahabat karibnya itu.
"Wah!" seru Zia seraya menutup mulut dengan kedua tangan sewaktu melihat kedatangan Nevano yang mendadak di depan pintu kamar perawatannya.Kesan pertama yang gadis itu tangkap dari sosok Nevano saat ini adalah, pemuda itu wangi, rapi, ganteng dan sangat tinggi. Namun, hal yang paling menarik perhatian Zia sampai membuat rahang gadis remaja itu terbuka lebar adalah roman wajah Nevano yang mengingatkannya dengan seseorang."Jaehyun Oppa?" Zia masih menatap Nevano dengan perasaan tak percaya, lantas mengucek-ngucek mata. Berpikir mungkin saja ia salah lihat. "Kenapa Jaehyun Oppa ada di sini?"Kedua alis tebal Nevano otomatis terangkat. Sungguh, ia sendiri juga merasa bingung dengan reaksi Zia yang seperti melihat hantu di siang bolong kala menatapnya.Pemuda itu kemudian mengendarkan pandang. Bertanya-tanya apakah ia salah memasuki kamar? Tidak ada Zora di sini, hanya ada seorang gad