Zora meremat jari-jemarinya selama menunggu di depan ruang operasi dengan perasaan gundah. Saat ini operasi katup jantung Zia sedang berlangsung dan sudah nyaris empat jam ia menunggu di sini. Namun, belum ada tanda-tanda operasi tersebut akan berakhir.
Gadis itu mondar-mandir. Sesekali menatap jam tangan yang melingkari pergelangan tangannya. Bibirnya tak henti menyenandungkan doa. Berharap Zia akan baik-baik saja selama operasi.
Sebenarnya, dokter Gibran yang menjadi kepala tim bedah kali ini sudah menjelaskan bahwa tingkat keberhasilan operasi Zia mencapai 95%. Itu artinya Zora tidak perlu mengkhawatirkan hal yang tidak penting. Namun, tetap saja Zora merasa gugup dan cemas, sebab ini adalah operasi perdana yang Zia lakukan dalam hidupnya.
Dua jam sebelumnya,"Akhirnya Bapak CEO kita dateng juga," sapa Rendy sewaktu menyambut kedatangan Nevano di depan pintu apartemennya."Nggak usah lebay." Nevano memutar bola mata seraya mengayunkan langkah melewati pintu dan masuk ke dalam. Tangannya mengangsurkan sesuatu yang disambut Rendy dengan sukacita."Apaan nih?""Hadiah buat apartemen baru."Kedua mata Rendy melebar. Dua botol wine merk Carbenet Sauvignon dengan tanggal pembuatan tahun 2006, membuat pemuda berpotongan undercut itu tersenyum semringah. Jelas Rendy senang. Seperti Nevano, ia juga penyuka wine. Dan sebagai seseorang yang menggemari minuman terbuat dari anggur itu, semakin tua umur wine maka semakin baik pula kualitasnya. Jadi, sudah barang tentu wine yang
"Jangan lupa selesaikan latihan soal yang tadi Ibu berikan dan jangan lupa dikumpulkan besok pagi," ujar Bu Sri, guru Matematika kelas XI IPA 1 bersamaan dengan bel pulang sekolah yang berdering nyaring."Iya, Bu!" sahut semua murid dalam kelas serempak dan langsung membereskan alat tulis masing-masing ke dalam tas, termasuk Zora.Setelah memberi salam dipimpin oleh ketua kelas, Bu Sri pun bergegas keluar.Zora menyandang tas dan beranjak dari kursi. Atensinya sedang terfokus pada pesan yang baru saja masuk ke ponselnya. Zora, orang-orang itu tadi datang lagi mencari Ayah kamu. Apa masih belum ada kabar dari Ayah kamu ke mana dia pergi? Zora membaca pesan tersebut sambil menghela napas panjang. Sudah hampir tiga hari ayahnya tidak pulang ke rumah dan beberapa kali orang berpakaian sangar seperti preman berkeliling mencari keberadaan ayahnya. Zora bahkan takut untuk pulang ke rumah karena harus menghadapi preman-preman tersebut.Zora:Belum, Tan. Nomor Ayah masih belum bisa dihubungi
Sepanjang 27 tahun Nevano hidup di dunia, mungkin ini adalah salah satu hal tergila yang pernah Nevano lakukan. Bagaimana ia bisa kalap dan mengalami emosi tak terkendali hanya karena seorang wanita. Wanita yang bahkan bukan berstatus kekasih apalagi istrinya. Wanita yang jelas bukan siapa-siapanya.Sungguh memalukan. Sungguh menyedihkan.Dua kalimat itu mungkin akan terucap lantang dari vokal Nevano bila nalarnya sedang berjalan normal. Bila pikirannya tak terdistraksi oleh perubahan emosi.Namun, Nevano sungguh-sunguh tak bisa lagi membendung apa yang dirasakannya. Ia seperti terjebak dalam labirin raksasa tanpa bisa menemukan jalan keluar. Labirin yang mengungkung serta memaksanya untuk berputar di satu arah."Nevano?" bisik Zora lantaran pemuda itu masih saja memeluknya erat, sementara orang-orang di sekeliling menatap mereka dengan terperangah.Nevano memejamkan mata. Napasnya masih tersengal. Ia tidak tahu harus bagaimana, tapi reaksi kimia dalam otaknya memaksa pemuda itu untuk
Ada beberapa proses neurokimia yang terjadi bila seseorang sedang jatuh cinta. Di antaranya adalah, tubuh akan melepaskan beberapa hormon yang berkaitan dengan keseimbangan emosi dan juga rasa bahagia. Banyak yang beranggapan bahwa semua aktivitas yang menyebabkan rasa ketertarikan, jatuh cinta atau kasih sayang adalah sesuatu yang berasal dari hati. Namun faktanya, otak manusia-lah yang bertanggung jawab atas seluruh reaksi emosi tersebut.Dan bila berbicara tentang cinta, rasanya mustahil bagi Nevano jika tak menyangkut-pautkannya dengan logika. Hanya saja untuk saat ini, entah mengapa logika pemuda itu seperti sedang tidak berjalan. Lagipula, pepatah mengatakan bahwa cinta bukanlah sesuatu yang memerlukan logika, bukan? Cinta itu buta. Tidak ada yang pernah tahu atau bisa memilih kepada siapa ia akan dan harus jatuh cinta.Jadi jelas sejauh apapun nalar, otak, insting serta hormon kimiawi bekerja, urusan jatuh cinta tetaplah menjadi misteri yang tak bisa ditebak."Zora ...," bisik
"Selamat pagi, Tuan Rafianto!" sambut para pelayan begitu Rafianto menjejakkan kaki ke dalam istana megahnya setelah baru saja pulang dari perjalanan bisnisnya di Jepang.Sambil menatap sekilas para pelayan yang menyambut, pria berusia 55 tahun itu berjalan tegap menyusuri lorong yang membawanya ke tangga utama yang terletak di ruang tengah."Sudah pulang, Mas?" sapa Kinanti yang kebetulan baru saja turun dari lantai dua. Wanita itu serta-merta menyambut kedatangan suaminya dengan semringah. "Aku kira Mas sampe di Jakarta sore nanti.""Penerbangannya dipercepat. Lagipula urusan di sana juga sudah selesai," sahut Rafianto sementara Kinanti mencium tangannya sebagai tanda hormat. Pria itu menatap istrinya yang tampak rapi dalam balutan dress formal dengan dahi berkerut. "Apa kamu mau pergi ke suatu tempat?""Iya, Mas. Istri Tuan Raharja mengajak makan siang hari ini bersama ibu-ibu lain. Kebetulan dia mengundang aku untuk datang, jadi tidak enak rasanya kalau tidak ikut.""Kamu yakin ak
"Aku mencintaimu."Kalimat romantis yang terucap dari bibir sang aktor yang dramanya sedang Zora tonton saat ini, membuat perut gadis itu bergejolak. Nyaris saja Zora tersedak makanan yang baru ia telan detik sebelumnya jika tak cepat-cepat meneguk air putih di dekatnya."Kakak kenapa?" tegur Zia yang diam-diam memerhatikan tingkah aneh sang kakak dari atas brankar."Hmm?" Zora menoleh. Tangannya dengan cepat menekan tombol pause pada layar ponsel, lalu menggeleng. "Nggak papa. Cuma lagi nonton drakor, tapi dialog-nya cringe banget.""Drakor apaan, Kak?""Apa sih itu judulnya, lupa. Drakor yang lagi booming di sosmed. Katanya seru.""Oh, yang cerita CEO bucin itu ya, Kak?"Zora meringis. "Iya, yang itu. Kok kamu tahu?""Tahu dong. Kalo soal Korea, aku nggak bakal ketinggalan."Zora berdecak. "Korea mulu kamu."Zia terkekeh. "Tumben Kakak nonton drakor. Biasanya jarang-jarang.""Ya, lagi pengen aja," sahut Zora seraya melanjutkan makannya kembali. Namun, ia memilih berhenti untuk menon
"Apa dokter sudah menikah?" Pertanyaan itu meluncur begitu saja dari mulut seorang pasien lansia yang sedang Levi kunjungi.Namanya Nyonya Kusuma. Berusia 64 tahun. Pasien VIP yang menderita Penyakit Jantung Koroner atau istilah medisnya disebut Coronary Heart Disease (CDH). Pasien ini minggu lalu menjalani operasi bypass jantung atau Coronary Artery Bypass Grafting (CABG), yaitu prosedur bedah yang dilakukan akibat penumpukan plak dalam pembuluh darah yang menyebabkan arteri koroner menyempit sehingga membatasi aliran darah ke jantung.Saat ini Levi sedang memantau perkembangan kondisi Nyonya Kusuma pasca operasi. Kendati operasi bypass diyakini bisa memperpanjang usia pasien. Namun, prosedur bedah ini juga dapat menimbulkan beberapa risiko komplikasi."Apa ada keluhan hari ini, Nyonya?" tanya Levi mengabaikan pertanyaan bernada humor sang pasien, seraya menatap rekam medis yang ia pegang dengan saksama.Sebenarnya hari Minggu adalah jadwal Levi libur, tetapi ia lebih memilih untuk b
💫"Jadi ini tempatnya?" tanya Nevano seraya menghentikan mobil di depan sebuah restoran bercat putih yang terletak di sudut kota.Zora mengangguk. "Iya, di sini."Nevano menatap sekali lagi bangunan yang di kelilingi dinding kaca tersebut dengan tidak yakin. "Tenang aja. Restoran ini beneran enak." Zora yang memerhatikan ekspresi ragu di wajah Nevano buru-buru berkata."Kamu yakin ini bakalan berhasil?" Nevano kali ini menatap Zora. Nada suaranya masih terdengar sangsi.Saat di perjalanan menuju tempat meeting mereka bersama calon investor tersebut, Zora mendadak memberikan usul dan meminta Nevano mengubah tempat meeting mereka ke restoran lain. Zora bilang, sebaiknya memperkenalkan product baru perusahaan dengan cara yang lebih persuasif dan inilah ide yang terpikirkan oleh gadis itu."Iya. Karena kupikir kalau kita cuma mengajukan proposal dan mengenalkan product hanya sebatas presentasi, rasanya itu terlalu biasa. Peluangnya pun masih fifty-fifty. Jadi ada baiknya kita juga menge