Share

| 67 |

Penulis: Poetry Alexandria
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

šŸ’«

"Jadi ini tempatnya?" tanya Nevano seraya menghentikan mobil di depan sebuah restoran bercat putih yang terletak di sudut kota.

Zora mengangguk. "Iya, di sini."

Nevano menatap sekali lagi bangunan yang di kelilingi dinding kaca tersebut dengan tidak yakin.

"Tenang aja. Restoran ini beneran enak." Zora yang memerhatikan ekspresi ragu di wajah Nevano buru-buru berkata.

"Kamu yakin ini bakalan berhasil?" Nevano kali ini menatap Zora. Nada suaranya masih terdengar sangsi.

Saat di perjalanan menuju tempat meeting mereka bersama calon investor tersebut, Zora mendadak memberikan usul dan meminta Nevano mengubah tempat meeting mereka ke restoran lain. Zora bilang, sebaiknya memperkenalkan product baru perusahaan dengan cara yang lebih persuasif dan inilah ide yang terpikirkan oleh gadis itu.

"Iya. Karena kupikir kalau kita cuma mengajukan proposal dan mengenalkan product hanya sebatas presentasi, rasanya itu terlalu biasa. Peluangnya pun masih fifty-fifty. Jadi ada baiknya kita juga menge
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Stuck With Mr. DevilĀ Ā Ā | 68 |

    Pernah mendengar tentang benang merah takdir?Konon katanya, di jari kelingking setiap manusia terdapat benang merah tak kasat mata yang terhubung dengan jodohnya. Legenda ini bernama Unmei no Akai Ito dalam kepercayaan Jepang yang sebetulnya berasal dari Cina. Menurut legenda tersebut, Dewa mengaitkan benang merah di setiap jari para kekasih sejati agar suatu saat nanti pasangan itu dapat bertemu dan saling jatuh cinta.Benang itu bisa saja menjadi sangat panjang atau mungkin kusut karena beberapa hal. Namun, tidak peduli seberapa jauh jarak, seberapa banyak problematika menerpa, seberapa dalam perbedaan yang membentang, mereka yang telah terikat benang merah tetap akan dipertemukan oleh takdir dan takkan ada yang bisa memutus benang itu, kecuali maut.Dan dari semua hal yang terjadi dalam kehidupan seorang Zora Kaureen, bila memang legenda itu benar. Mungkin benang merah yang mengikat jari kelingking Zora tidak hanya terhubung pada satu orang, melainkan dua orang, yaitu Nevano dan j

  • Stuck With Mr. DevilĀ Ā Ā | 69 |

    "Zo-ra?" Suara itu menyentakkan pikiran Zora yang sejak tadi tertegun memandang Levi di hadapannya. Gadis itu mengerjap, lalu mengembuskan napas yang rasanya sudah sejak tadi ia tahan. Levi pun masih bereaksi terkejut yang sama. Kendati pemuda itu akhirnya berhasil mengucapkan namanya dengan terbata. Ada sorot kerinduan yang terpancar dari netra hitam Levi. Pemuda itu memang sudah beberapa hari ini ingin sekali menemui Zora. Namun, ia belum memiliki waktu luang. "Kak Levi kenal sama dia?" Evelina seketika bertanya penasaran. Ia menatap Levi dan Zora secara bergantian dengan kedua alis terangkat. Namun, sebelum Zora maupun Levi sempat menjawab, tiba-tiba Nevano datang dan mengatakan sesuatu yang membuat jantung Levi mencelos sampai ke dasar perutnya. "Sayang, kayaknya meeting kita sama calon investor itu hari ini batal, soalnya mereka tadi telepon dan bilang lagi ada trouble. Mereka minta meeting-nya diundur." Pemuda itu menghampiri meja mereka dan mendudukkan diri di sebelah Zora

  • Stuck With Mr. DevilĀ Ā Ā | 70 |

    Seorang pelayan secara hati-hati menyusun satu demi satu piring berisi makanan serta minuman di atas meja. Hanya Evelina yang tampak begitu antusias, sementara yang lain cuma diam memandangi sajian makanan di atas piring masing-masing. "Kak Levi bener, rasa mienya memang enak," komentar Evelina ketika ia sudah mencicipinya sesendok. Levi cuma membalas dengan tersenyum. Tak ada lagi yang bicara setelah itu. Zora merasa seperti menelan butiran pasir setiap kali ia mencoba memakan mie tersebut. Sementara Nevano nyaris tak menyentuh makanannya sama sekali. Pemuda itu sejujurnya sudah kehilangan selera makan sejak kehadiran Levi di sini, apalagi mengingat fakta bahwa mie sagu merupakan makanan bersejarah bagi Levi dan Zora. Rasanya ia ingin sekali membalik meja di hadapan mereka. "Oh ya, Kak Levi sama Kak Zora pernah satu sekolah, 'kan?" Tiba-tiba suara Evelina kembali terdengar. Ia mengaduk-aduk mie di hadapan dan menatap kedua orang itu bergantian. "Apa kalian berdua pernah makan be

  • Stuck With Mr. DevilĀ Ā Ā | 71 |

    You didn't love when you had meBut now you need me so badlyYou can't be seriousThat's hilariousThinkin' I would still want youAfter the things you put me throughYeah, you're deliriousThat's hilarious(That's Hillarious ~ Charlie Puth)ā£Sepanjang perjalanan pulang, tak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut Nevano. Pandangan pemuda itu lurus ke depan, wajahnya kaku dan tegang, sementara kedua tangan mencengkram erat kemudi dengan napas bergemuruh tak beraturan. Jangan ditanya berapa kecepatan yang tengah melaju saat ini. Hampir 180km/jam!Zora bahkan berkali-kali memejamkan mata ketika Nevano membawa mobil mereka menyalip di antara kendaraan lain yang melaju. Belum lagi dua kali menerobos lampu merah menyala. Rasanya jantung Zora seperti sedang berlompatan dalam rongga dada. Zora berharap Tuhan masih memberikan mereka nyawa cadangan bila terjadi hal-hal yang tak diinginkan. "Nevano!" seru Zora ketika Nevano lagi-lagi menyalip mobil lain, sementara dari arah berlawanan t

  • Stuck With Mr. DevilĀ Ā Ā | 72 |

    Rabu, 08.22 WIB.Nevano mengayunkan langkah menyusuri koridor bandara menuju pintu keluar Terminal Kedatangan Soekarno-Hatta. Ia baru saja tiba setelah melakukan kunjungan bisnis ke Bali bertemu dengan calon investor yang gagal ia temui hari Minggu silam. Pemuda itu melepas kacamata hitam yang ia kenakan ketika sebuah mobil SUV putih datang menjemput. Sebuah kernyitan pun Nevano layangkan pada Pak Septian yang saat itu tengah membukakan pintu belakang mobil untuk ia naiki."Kenapa pake mobil ini?" tanyanya, tampak tidak suka.Pak Septian mengangkat kedua alis, lalu menjawab dalam nada bingung, "Saya pikir Tuan akan sering menggunakan mobil ini karena kemarin Tuan mengatakan kalau-""Lain kali jangan pake mobil ini lagi, gue nggak suka. Buang aja," potong Nevano tanpa tedeng aling-aling.Pak Septian serta-merta membungkukkan badan. "Baik, Tuan."Nevano mendesah jengkel, lantas masuk ke mobil dengan wajah cemberut. Well, tentu saja ia jengkel, sebab mobil SUV putih itu otomatis menging

  • Stuck With Mr. DevilĀ Ā Ā | 73 |

    "Gimana rasanya? Enak 'kan?" Semua orang menatap Zora yang sedang mencicipi product sample mie sagu serta snack macaron yang akan mereka bawa ke dalam ruang meeting.Zora mengecap-ngecap sebentar, merasakan dua produk makanan itu terserap di lidah dengan baik, sebelum akhirnya ia mengangguk. "Ini udah cukup enak, walau kayaknya ada komposisi bahan yang mesti kita tambahkan ulang saat uji coba yang kedua nanti," jelasnya. "Tapi, aku suka sama tekstur mie dan juga rasa selai buah di snack macaronnya."Semua orang menarik napas lega. Vania bergegas mencatat apa yang Zora katakan di sebuah notes kecil sebagai bahan perbaikan nanti. Setidaknya, untuk meeting kali ini mereka dalam situasi aman."Baiklah, Resi. Bagaimana dengan desain prototype product yang kemarin Bapak suruh evaluasi. Apa sudah kamu perbaiki?" Pak Arizal menatap Resi."Sudah, Pak!" sahut Resi. "Saya sudah menambahkan layout dengan yang lebih menarik. Dan kemarin kami juga mencoba memasukkannya ke website perusahaan untuk

  • Stuck With Mr. DevilĀ Ā Ā | 74 |

    And it's new, the shape of your bodyIt's blue, the feeling I've gotAnd it's ooh, whoa, ohIt's a cruel summerIt's cool, that's what I tell 'emNo rules in breakable heavenBut ooh, whoa ohIt's a cruel summerWith you(Cruel Summer ~ Taylor Swift)ā£Suasana berubah hening ketika Nevano menatap dingin product sample yang tersaji di hadapannya sementara Pak Arizal menjelaskan slide presentasi di depan. Tak ada sepatah kata pun yang keluar dari bibir pemuda berlesung pipi itu. Ekspresi Nevano-yang sejak meeting ini dimulai memang sudah tidak bersahabat-terlihat jadi semakin kelam."Si-silakan Anda coba, Pak." Pak Arizal berkata dengan terbata. Sejak tadi berusaha menahan gugup melihat raut Nevano yang tidak menunjukkan keramahan sama sekali dalam meeting kali ini. "Ini product sample mie sagu yang Bapak minta waktu itu. Kami sudah merampungkannya sebaik mungkin dan jika masih ada yang perlu dievaluasi. Akan segera kami perbaiki."Nevano mengeraskan rahang. Raut dinginnya masih tetap t

  • Stuck With Mr. DevilĀ Ā Ā | 75 |

    Nevano mengeluarkan bungkus rokok dari balik saku celana, mengambil sebatang gulungan nikotin tersebut, menyematkannya di ujung bibir dan memantiknya dengan pemantik gas. Embusan penuh asap seketika menguar dari rongga penciuman. Memberi efek rileks yang menyenangkan.Meeting baru saja selesai beberapa menit lalu dan Nevano mengambil kesempatan ini untuk mencari jeda sejenak dari padatnya rutinitas yang cukup membuat raga serta pikirannya terkuras.Ia kemudian mengeluarkan ponsel guna mengirim pesan pada Pak Septian agar segera menyiapkan mobil. Ia harus pergi ke pabrik setelah ini untuk membereskan kekacauan yang terjadi akibat kelalaian manager QCA dalam mengontrol quality product perusahaan.Dilepaskannya vest yang ia kenakan lantaran noda merah muda itu masih menempel dan sedikit merusak pemandangan. Meski ia bukan pribadi yang fanatik akan kebersihan. Namun, dalam urusan penampilan, Nevano selalu menjunjung tinggi esensi kerapihan dalam berpakaian.Melihat noda pink itu, tiba-tib

Bab terbaru

  • Stuck With Mr. DevilĀ Ā Ā | 99 |

    "Bagaimana kalau kita mencoba mengenalkan new product kita dengan mengusung tema healthy, smarty and friendly?" usul Zora saat Tim Perencanaan, Tim Marketing dan Tim Produksi meeting bersama untuk ke sekian kali di Rabu pagi hari itu.Meeting kali ini dilakukan untuk membahas pengembangan desain serta penyempurnaan uji coba new product yang sebentar lagi akan dirilis ke pasaran."Healthy, smarty and friendly?" ulang Tami, salah satu staff Divisi Marketing, yang duduk tak jauh dari Zora. Ia terlihat menimbang-nimbang usul tersebut.Zora menatap ke arah wanita berambut hitam legam itu dan mengangguk. "Iya, karena dari product concept yang sudah kita kembangkan, tema ini yang paling cocok. Terutama untuk mie sagu.""Bisa dijelaskan lebih rinci?" pinta staff yang lain."Oke." Zora bangkit dari duduknya, sementara rekan-rekannya di Tim Perencanaan menatap gadis itu takjub. Ya, selama meeting berlangsung, mereka tak menyangka Zora begitu antusias memberikan banyak ide ajaib yang amat sangat

  • Stuck With Mr. DevilĀ Ā Ā | 98 |

    RING DING DONG!RING DING DONG!Suara dering alarm dari jam weker digital di atas nakas terdengar beberapa kali berdering. Pemuda di balik selimut itu perlahan-lahan mengulurkan tangan ke atas nakas untuk mematikannya. Namun, karena tak berhati-hati ia malah menjatuhkan benda berbentuk segi empat itu hingga menimbulkan bunyi jatuh cukup keras.Levi mengerang kasar. Matanya yang masih terpejam, seketika terbuka. Disibak selimut yang masih membalut tubuhnya dan menegakkan badan. Rasa pusing tiba-tiba saja mendera dan pemuda itu tersentak kala menyadari bahwa ada jejak air mata yang membasahi kedua pipinya.Hell? Rupanya tanpa sadar, Levi sejak tadi menangis dalam tidurnya.Apa-apaan ini? pikir pemuda itu, heran sekaligus aneh. Kenapa ia bisa menangis seperti ini?Dengan napas yang terembus kasar, Levi pun mencoba mengingat-ingat. Dan pemuda itu langsung terhenyak kala menyadari apa yang menyebabkan dirinya menangis dalam tidur. Ternyata itu karena ia memimpikan Zora.Ya Tuhan! Apa sih y

  • Stuck With Mr. DevilĀ Ā Ā | 97 |

    Sepi.Tak ada apapun selain angin yang berembus menerbangkan dedaunan kering serta tapak sepatu beradu aspal hitam yang dipenuhi jejak hujan semalam. Matahari baru sejengkal menampakkan sinarnya di ujung cakrawala dan keheningan itu masih terasa sama seperti hari-hari sebelumnya.Namun, ada sesuatu yang rasanya janggal.Sesuatu yang menjadi alasan remaja laki-laki itu berdiri diam dengan alis bertautan. Menatap penasaran pada sosok gadis di balik pintu gerbang. "Zora?" Vokal itu datang dengan sedikit tertahan. Ada keterkejutan di ujung nadanya."Ada apa? Kenapa nggak kasih tahu mau kemari sepagi ini?"Gadis yang dipanggil Zora itu tak menjawab. Ia berdiri dengan kepala tertunduk serta kedua bahu bergetar, seolah-olah sedang menahan sesuatu yang mengguncang. Jejemarinya mengepal, mencengkram ujung seragam lusuh yang masih dikenakan, sementara rambut hitam panjangnya yang tergerai, tampak lembab dan kusut di beberapa bagian."Kenapa kamu masih pake seragam? Kamu nggak pulang ke rumah?

  • Stuck With Mr. DevilĀ Ā Ā | 96 |

    "Jadi Nevano membuat ulah lagi di kantor?" Rafianto menatap sekretaris pribadinya yang sedang berdiri di hadapannya dengan pandangan tajam."Ya, Pak. Saya mendengar dari sekretaris Tuan Nevano kalau Tuan Muda mencium gadis bernama Zora itu di kantor kemarin. Sepertinya Tuan Muda sengaja melakukannya untuk membuat kehebohan," sahut Pak Hendris seraya menganggukkan kepala.Rafianto mengepalkan buku-buku jarinya dan mendengkus kasar. "Anak brengsek itu kenapa selalu saja bertindak ceroboh?""Apa yang harus kita lakukan, Pak?"Pertanyaan itu membuat perasaan Rafianto berkecamuk."Apa Anda yakin ingin tetap menjodohkan Tuan Nevano dengan putri Adi Nugraha itu? Saya rasa ini tidak akan berjalan lancar.""Saya harus melakukannya," tegas Rafianto. "Saya tidak bisa membiarkan apa yang sudah saya bangun dengan susah payah harus runtuh begitu saja. Lagipula ini semua demi kebaikan Nevano juga. Dia adalah ahli waris utama keluarga Abraham saat ini. Jadi mencarikannya pendamping yang tepat adalah s

  • Stuck With Mr. DevilĀ Ā Ā | 95 |

    "Oh ya, Pak Septian mana?" tanya Zora seraya mengedarkan pandang. Baru tersadar kalau pria tangan kanan Nevano itu sejak tadi tak kelihatan batang hidungnya."Pak Septian udah pergi dari subuh tadi," jawab Nevano. Kali ini ia bergerak memecah beberapa butir telur dan mengocoknya di dalam wadah kecil untuk dijadikan omelet. "Ke mana?""Ke acara peringatan kematian bunda."Kalimat itu membuat Zora tersentak. "Kamu nggak pergi?"Nevano menoleh sekilas dan menggeleng. "Nggak.""Kenapa?""That's just waste of time." Pemuda itu tersenyum miris. "Aku lebih suka ziarah ke makam bunda secara langsung daripada ikut acara seperti itu."Jeda."Karena apapun yang mereka lakukan sekarang, nggak mengubah fakta kalau mereka dulunya juga ikut andil atas kematian bunda."Zora terdiam. Ia tidak tahu harus bereaksi bagaimana. Tetapi, ucapan itu juga turut membuat hati Zora merasa sedih."Nanti siang kita jadi ziarah ke makam bunda kamu, 'kan?" tanya Zora kemudian, menatap Nevano lekat.Yang ditatap refl

  • Stuck With Mr. DevilĀ Ā Ā | 94 |

    It's so sweet, knowing that you love me.Though we don't need to say it to each other, sweet...Knowing that I love you, and running my fingers through your hair.It's so sweet...(Sweet ~ Cigarettes After Sex)ā£"Ayo, kita menikah, Zora."Kalimat itu terus terngiang-ngiang dalam benak Zora sepanjang hari itu. Sepanjang Zora membuka mata dan terbangun dari tidurnya.Gadis itu bahkan sudah membersihkan diri dalam bathub selama nyaris satu jam. Memasang instrumental klasik kesukaan pada speaker phone. Menghidu lilin aromatherapy yang ia bakar dan diletakkan di atas lemari nakas. Melihat bagaimana sinar mentari pagi menyusup masuk melalui jendela dan membias di langit-langit membentuk pola kristal temaram.Namun, Zora masih saja belum bisa mengenyahkan kalimat itu dari pikirannya.Oke, satu hal yang rasanya aneh.Sepanjang Zora mengenal Nevano, pemuda itu memang tipikal pribadi yang spontanitas, impulsif dan sulit ditebak. Namun, tak pernah terbayangkan Nevano bisa mengatakan kalimat ing

  • Stuck With Mr. DevilĀ Ā Ā | 93 |

    "Lo nyari Nevano?" Kedua tangan Zora yang berada di sisi tubuh, mengepal sesaat. Gadis itu kemudian mengangguk sebagai jawaban.Laki-laki dengan tato bergambar mawar hitam di pergelangan tangan itu menilai sejenak penampilan Zora yang mungkin terlalu mencolok. Ya, mengingat gadis itu masih mengenakan seragam di hari menjelang petang dan di tempat para anak muda bermain billiard, tentu hal ini cukup menarik perhatian.Namun, laki-laki itu akhirnya mengendikkan kepala ke arah belakang punggungnya. "Dia ada di lantai dua. Masuk aja. Di meja paling ujung sebelah kiri.""Terima kasih," ucap Zora seraya menganggukkan kepala dan berjalan cepat menaiki tangga yang berada tiga meter dari laki-laki bertato itu.Hal pertama yang menyambut Zora ketika kakinya menjejak di lantai dua adalah bau asap rokok di mana-mana, dentuman keras musik punk serta gelak tawa dan suara geretakan bola-bola dipukul di atas meja pool.Pandangan Zora mengedar. Mencari sosok Nevano di antara para pengunjung yang nyar

  • Stuck With Mr. DevilĀ Ā Ā | 92 |

    "Zora, sudah berapa kali rasanya nilai ulanganmu turun drastis. Sebentar lagi kita akan ujian akhir kenaikan kelas. Kalau nilaimu begini terus, bisa-bisa beasiswamu terancam," tegur Pak Agung pada Zora yang tengah duduk di hadapannya.Saat ini sekolah sudah berakhir dan Zora secara khusus dipanggil oleh guru wali kelas XI IPA 1 itu. Membahas nilai Zora yang menurun beberapa minggu belakangan."Ini adalah nilai ulangan matematikamu kemarin. Bapak benar-benar tidak menyangka kamu bisa mendapat nilai di bawah 60 pada ulangan kali ini."Zora memandangi lembar ulangan miliknya dengan nanar. Angka 58 tertulis besar-besar di sana, membuat gadis itu menelan ludah. Ya, bila mengingat lagi ke belakang, ini adalah pertama kalinya Zora bisa mendapat nilai seburuk ini dalam sejarahnya bersekolah. Paling rendah nilai yang ia dapatkan setiap ulangan adalah 80. Jadi, kejadian ini tentu membuat wali kelasnya itu merasa kaget. "Apa terjadi sesuatu? Apa kamu sedang ada masalah?" Pak Agung menatap Zora

  • Stuck With Mr. DevilĀ Ā Ā | 91 |

    Haloo, berhubung update-an kali ini super duper molor, disarankan untuk membaca part sebelumnya biar gak lupa.Dan juga tiga bab ke depan akan menampilkan adegan flashback yaa.Terimakasih ā¤Sembilan tahun lalu ketika rasa cinta itu belum bermekaran."Anjing!""Bangsat!""Mati aja lo sekarang!"Serentetan makian dan sumpah serapah mengiringi hantaman, tendangan serta pukulan bertubi-tubi pada sosok laki-laki bertubuh agak ringkih di pojokan teras rumah.Laki-laki itu adalah Gustian, ayah Zora. Ia hanya bisa mengerang serta meringkuk tak berdaya setiap kali menerima pukulan keras yang dilakukan oleh lima orang pria berwajah sangar yang mengelilinginya."Berani-beraninya lo kabur dan sembunyi setelah nipu kami semua! Lo pikir kami ini goblok, hah!?" seru pria berperawakan paling kekar di antara yang lain. Sepertinya pria itu merupakan pemimpin gerombolan preman-preman tersebut dan yang sejak tadi paling sadis menghajar Gustian."Mampus lo, anjing!"Satu tendangan lagi mendarat ke perut

DMCA.com Protection Status