"Zo-ra?" Suara itu menyentakkan pikiran Zora yang sejak tadi tertegun memandang Levi di hadapannya. Gadis itu mengerjap, lalu mengembuskan napas yang rasanya sudah sejak tadi ia tahan. Levi pun masih bereaksi terkejut yang sama. Kendati pemuda itu akhirnya berhasil mengucapkan namanya dengan terbata. Ada sorot kerinduan yang terpancar dari netra hitam Levi. Pemuda itu memang sudah beberapa hari ini ingin sekali menemui Zora. Namun, ia belum memiliki waktu luang. "Kak Levi kenal sama dia?" Evelina seketika bertanya penasaran. Ia menatap Levi dan Zora secara bergantian dengan kedua alis terangkat. Namun, sebelum Zora maupun Levi sempat menjawab, tiba-tiba Nevano datang dan mengatakan sesuatu yang membuat jantung Levi mencelos sampai ke dasar perutnya. "Sayang, kayaknya meeting kita sama calon investor itu hari ini batal, soalnya mereka tadi telepon dan bilang lagi ada trouble. Mereka minta meeting-nya diundur." Pemuda itu menghampiri meja mereka dan mendudukkan diri di sebelah Zora
Seorang pelayan secara hati-hati menyusun satu demi satu piring berisi makanan serta minuman di atas meja. Hanya Evelina yang tampak begitu antusias, sementara yang lain cuma diam memandangi sajian makanan di atas piring masing-masing. "Kak Levi bener, rasa mienya memang enak," komentar Evelina ketika ia sudah mencicipinya sesendok. Levi cuma membalas dengan tersenyum. Tak ada lagi yang bicara setelah itu. Zora merasa seperti menelan butiran pasir setiap kali ia mencoba memakan mie tersebut. Sementara Nevano nyaris tak menyentuh makanannya sama sekali. Pemuda itu sejujurnya sudah kehilangan selera makan sejak kehadiran Levi di sini, apalagi mengingat fakta bahwa mie sagu merupakan makanan bersejarah bagi Levi dan Zora. Rasanya ia ingin sekali membalik meja di hadapan mereka. "Oh ya, Kak Levi sama Kak Zora pernah satu sekolah, 'kan?" Tiba-tiba suara Evelina kembali terdengar. Ia mengaduk-aduk mie di hadapan dan menatap kedua orang itu bergantian. "Apa kalian berdua pernah makan be
You didn't love when you had meBut now you need me so badlyYou can't be seriousThat's hilariousThinkin' I would still want youAfter the things you put me throughYeah, you're deliriousThat's hilarious(That's Hillarious ~ Charlie Puth)❣Sepanjang perjalanan pulang, tak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut Nevano. Pandangan pemuda itu lurus ke depan, wajahnya kaku dan tegang, sementara kedua tangan mencengkram erat kemudi dengan napas bergemuruh tak beraturan. Jangan ditanya berapa kecepatan yang tengah melaju saat ini. Hampir 180km/jam!Zora bahkan berkali-kali memejamkan mata ketika Nevano membawa mobil mereka menyalip di antara kendaraan lain yang melaju. Belum lagi dua kali menerobos lampu merah menyala. Rasanya jantung Zora seperti sedang berlompatan dalam rongga dada. Zora berharap Tuhan masih memberikan mereka nyawa cadangan bila terjadi hal-hal yang tak diinginkan. "Nevano!" seru Zora ketika Nevano lagi-lagi menyalip mobil lain, sementara dari arah berlawanan t
Rabu, 08.22 WIB.Nevano mengayunkan langkah menyusuri koridor bandara menuju pintu keluar Terminal Kedatangan Soekarno-Hatta. Ia baru saja tiba setelah melakukan kunjungan bisnis ke Bali bertemu dengan calon investor yang gagal ia temui hari Minggu silam. Pemuda itu melepas kacamata hitam yang ia kenakan ketika sebuah mobil SUV putih datang menjemput. Sebuah kernyitan pun Nevano layangkan pada Pak Septian yang saat itu tengah membukakan pintu belakang mobil untuk ia naiki."Kenapa pake mobil ini?" tanyanya, tampak tidak suka.Pak Septian mengangkat kedua alis, lalu menjawab dalam nada bingung, "Saya pikir Tuan akan sering menggunakan mobil ini karena kemarin Tuan mengatakan kalau-""Lain kali jangan pake mobil ini lagi, gue nggak suka. Buang aja," potong Nevano tanpa tedeng aling-aling.Pak Septian serta-merta membungkukkan badan. "Baik, Tuan."Nevano mendesah jengkel, lantas masuk ke mobil dengan wajah cemberut. Well, tentu saja ia jengkel, sebab mobil SUV putih itu otomatis menging
"Gimana rasanya? Enak 'kan?" Semua orang menatap Zora yang sedang mencicipi product sample mie sagu serta snack macaron yang akan mereka bawa ke dalam ruang meeting.Zora mengecap-ngecap sebentar, merasakan dua produk makanan itu terserap di lidah dengan baik, sebelum akhirnya ia mengangguk. "Ini udah cukup enak, walau kayaknya ada komposisi bahan yang mesti kita tambahkan ulang saat uji coba yang kedua nanti," jelasnya. "Tapi, aku suka sama tekstur mie dan juga rasa selai buah di snack macaronnya."Semua orang menarik napas lega. Vania bergegas mencatat apa yang Zora katakan di sebuah notes kecil sebagai bahan perbaikan nanti. Setidaknya, untuk meeting kali ini mereka dalam situasi aman."Baiklah, Resi. Bagaimana dengan desain prototype product yang kemarin Bapak suruh evaluasi. Apa sudah kamu perbaiki?" Pak Arizal menatap Resi."Sudah, Pak!" sahut Resi. "Saya sudah menambahkan layout dengan yang lebih menarik. Dan kemarin kami juga mencoba memasukkannya ke website perusahaan untuk
And it's new, the shape of your bodyIt's blue, the feeling I've gotAnd it's ooh, whoa, ohIt's a cruel summerIt's cool, that's what I tell 'emNo rules in breakable heavenBut ooh, whoa ohIt's a cruel summerWith you(Cruel Summer ~ Taylor Swift)❣Suasana berubah hening ketika Nevano menatap dingin product sample yang tersaji di hadapannya sementara Pak Arizal menjelaskan slide presentasi di depan. Tak ada sepatah kata pun yang keluar dari bibir pemuda berlesung pipi itu. Ekspresi Nevano-yang sejak meeting ini dimulai memang sudah tidak bersahabat-terlihat jadi semakin kelam."Si-silakan Anda coba, Pak." Pak Arizal berkata dengan terbata. Sejak tadi berusaha menahan gugup melihat raut Nevano yang tidak menunjukkan keramahan sama sekali dalam meeting kali ini. "Ini product sample mie sagu yang Bapak minta waktu itu. Kami sudah merampungkannya sebaik mungkin dan jika masih ada yang perlu dievaluasi. Akan segera kami perbaiki."Nevano mengeraskan rahang. Raut dinginnya masih tetap t
Nevano mengeluarkan bungkus rokok dari balik saku celana, mengambil sebatang gulungan nikotin tersebut, menyematkannya di ujung bibir dan memantiknya dengan pemantik gas. Embusan penuh asap seketika menguar dari rongga penciuman. Memberi efek rileks yang menyenangkan.Meeting baru saja selesai beberapa menit lalu dan Nevano mengambil kesempatan ini untuk mencari jeda sejenak dari padatnya rutinitas yang cukup membuat raga serta pikirannya terkuras.Ia kemudian mengeluarkan ponsel guna mengirim pesan pada Pak Septian agar segera menyiapkan mobil. Ia harus pergi ke pabrik setelah ini untuk membereskan kekacauan yang terjadi akibat kelalaian manager QCA dalam mengontrol quality product perusahaan.Dilepaskannya vest yang ia kenakan lantaran noda merah muda itu masih menempel dan sedikit merusak pemandangan. Meski ia bukan pribadi yang fanatik akan kebersihan. Namun, dalam urusan penampilan, Nevano selalu menjunjung tinggi esensi kerapihan dalam berpakaian.Melihat noda pink itu, tiba-tib
Ada beberapa hal yang rasanya baru Nevano sadari, salah satunya adalah fakta bahwa mencintai seseorang ternyata sesulit dan serumit ini. Dulu, ia berpikir cinta merupakan sesuatu paling remeh yang bisa terjadi dalam kehidupan seseorang.Jika dalam studi ilmiah, cinta terbentuk karena perasaan yang melibatkan emosi serta hormon kimiawi dalam otak. Namun, Nevano berpikir cinta hanyalah sebentuk perasaan egois mengerikan yang tercipta pada diri manusia.Sebab cintalah, kedua orangtua Nevano harus berpisah.Sebab cintalah, ibunda Nevano harus meninggalkan dunia dengan derai air mata.Sebab cintalah, Nevano harus kehilangan asa dan juga hal paling disayanginya.Jadi ketika bertahun-tahun berusaha membentengi diri, rasanya menyedihkan sekali jika ia akhirnya harus kembali bertekuk lutut oleh sesuatu yang ia benci. Sesuatu yang telah berhasil melumpuhkan logika serta membuatnya kehilangan arah. Sesuatu yang entah bagaimana bisa menjadikannya lemah dan juga tak berdaya. Sesuatu itulah yang ora