Home / Urban / DOWN UNDER DOWN / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of DOWN UNDER DOWN: Chapter 61 - Chapter 70

157 Chapters

Menjelang Wisuda

SEJUMLAH pesan singkat mulai ke handphone sehari jelang wisuda. Pesan itu berisi undangan makan-makan bersama dari para calon sarjana. Haidar sendiri tak mengadakan acara makan-makan. Pertama, ia tak memiliki uang yang bisa digunakan untuk pesta keci-kecilan dalam rangka kelulusan. Sedangkan yang kedua, ia juga tak seperti calon sarjana lainnya yang memiliki keluarga. Sementara kawan-kawannya memiliki hajatan masing-masing. Haidar melihat sejumlah pesan singkat yang masuk ke handphone dalam kamar asrama. Termasuk pesan dari Rina yang juga akan diwisuda sepertinya. Beberapa hari terakhir, Haidar memang lebih banyak menghabiskan waktu dalam kamar. Haidar bimbang antara datang ke Mbak Moel untuk memenuhi undangan Rina atau tidak. Ia ingin meminta maaf pada gadis itu karena menjaga jarak dengannya selama ini. Mungkin, hajatan kecil yang dibuat Rina adalah pertemuan terakhir mereka. Karena setelah wisuda nanti, mereka akan sulit bertemu. Haidar sen
Read more

Undangan

“Sefti,” gumam Haidar.Haidar mendekat dengan penuh keraguan. Ia takut jika kehadirannya justru menganggu komunikasi antara Insani dan gadis itu. Haidar menduga jika Insani adalah pria misterius yang selama ini membuat Sefti tak menghubunginya.Namun ia sudah palang tanggung. Kehadirannya sudah dilihat oleh kedua sosok itu.Haidar mencoba bersikap tenang. Wajahnya kemudian menyorot seisi kantin. Ada beberapa orang asing di sana tapi tak satupun dikenalnya. Ia mencoba mencari orang yang dibilang oleh Gunawan ingin ketemu dengannya. Namun di luar Insani, hanya Sefti yang dikenalnya di sana.“Mungkinkah Sefti yang mencariku?” gumam Haidar dalam hati. Ia kemudian berjalan untuk mendekati meja tempat Insani dan Sefti duduk.“Hai San. Hai Sefti, apa kabar. Sorry jika aku menganggu nie. Tadi Gunawan bilang ada yang cari aku. Makanya ke kantin,” ujarnya pelan. Ada rasa cemburu dalam kalimatnya itu.Insani paham de
Read more

Sedikit Berbeda

USAI Salat Subur, Haidar mulai merapikan diri. Ia memakai baju putih dan celana kain hitam. Ada juga sepatu dan jas hitam yang dipinjam dari Insani. Hari ini ia berpenampilan beda dari biasanya. Meskipun sepatu bermerek yang dipakaiannya adalah pinjaman belaka. Haidar mematung beberapa lama di depan kaca. Ia hampir tak mengenali dirinya sendiri. “Cukup ganteng. Mudah-mudahan setelah hari ini, garis hidupmu berubah, Dar,” ujar Insani tiba-tiba. Sosok ini berdiri di pintu kamar. Ia terlihat tersenyum di samping Gunawan yang juga terlihat sedang memandanginya. Kedua sosok itu juga terlihat berpakaian rapi. Haidar memandingi kedua kawan se-asrama ini dengan alis berkerut. Kemudian ia tiba-tiba tersenyum. “Kalian ikut aku juga ke lokasi wisuda? Terimakasih Wak, Dek Gun. Kalian temanku yang sangat baik,” ujar Haidar senang. Ia tidak memiliki keluarga kandung di hari wisuda, tapi ia masih memiliki sahabat. Insani tersenyum. Demikian juga deng
Read more

Pendamping

MOBIL itu dikemudi oleh Insani. Gunawan duduk di sisi kirinya. Sementara Sefti dan Haidar ditempatkan di deretan kedua. Mereka berdua terlihat sangat serasi. Seperti mempelai yang hendak menuju ke KUA.“Semoga kalian berdua dijodohkan,” ujar Insani sambil melirik Haidar dan Sefti dari kaca spion. Sefti tersenyum mendengar pengakuan Insani. Sementara Haidar berwajah merona tapi tak merespon perkataan Insani.Dari asrama, mobil itu mengarah ke AAC Dayan Dawood. Jaraknya sekitar satu kilometer.Sefti merapikan baju Haidar sebelum ia turun dan bergabung dalam antrian panjang para sarjana yang akan dikukuhkan beberapa jam lagi.Kebersamaan mereka berdua sempat diabadikan oleh Insani melalui kamera handphone secara diam-diam.Senyum keduanya terlihat lepas. Haidar seperti bahagia didampingi oleh Sefti meski tak memiliki keluarga untuk datang ke acara spesialnya.Insani dan Gunawan kemudian memilih menuju kantin untuk ngopi pagi.
Read more

Mundur

PROSESI wisuda berakhir beberapa menit jelang azan Dhuhur. Sederetan upacara skaral dilalui Haidar dengan baik. Ia kini resmi menyandang gelar S.Pd. Title tingkat pertama untuk para sarjana pendidikan.Namun saat hendak keluar ruangan untuk bertemu dengan Sefti dan Insani. Di pintu keluar, ia berpas-pasan dengan Rina. Gadis mungil itu terlihat anggun dengan baju batik serta toga yang dikenakannya.“Dar, jadikan ke syukuran kecil-kecilan aku?”tanya Rina.“Aku tak bermaksud apa-apa kok! Aku tahu kalau kamu hanya menganggap aku teman. Aku restui kamu dengan Sefti. Aku sudah tahu semua kok. Yang aku harapkan, kamu bisa datang ke acaraku. Mungkin ini, bisa jadi pertemuan kita yang terakhir,” ujar Rina dengan nada pasrah.Haidar sempat bingung dengan kalimat Rina soal restu dan Sefti. Namun pernyataan Rina terakhir lebih penting untuk dijawab.“Boleh. Tapi aku datang bawa kawan ya,” ujar Haidar kemudian.Rina me
Read more

Menghindar

Sefti memberi isyarat ke Insani sambil menunjuk ke arah ayahnya. Insani yang awalnya garuk-garuk kepala akhirnya tahu apa yang terjadi. Ia mendekati Haidar dan mengajak sosok itu ke toilet dengan alasan minta ditemani. Untungnya, Haidar dengan cepat mengangguk tanda setuju. Keduanya kemudian melangkah ke arah belakang. Insani mencoba memisahkan Haidar agar tak ketemu dengan ayah Sefti yang sedang berpakaian loreng. Insani yakin jika Haidar shock jika mengetahui ayah Sefti, komandan Gusti, adalah seorang tentara. Di toilet, ternyata ada beberapa pengunjung yang sedang antri untuk tujuan yang sama. Insani justru senang akan keadaan tersebut sehingga mereka memiliki waktu yang relative lama untuk menghindari. “Dar, kita ke masjid aja yok. Aku tak tahan lagi nie,” ujar Insani beralasan agar mereka bisa keluar dari Café Mbak Moel. Haidar lagi-lagi mengangguk tanpa membantak. Haidar memang tipe orang yang setia kawan dan baik hati. Keduanya kemudian
Read more

Bahan Candaan

DUA bulan usai wisuda, Haidar dan Insani mulai menempati kos baru di kawasan Krueng Cut Aceh Besar. Haidar menggunakan waktu di pagi hari untuk mengajar di salah satu sekolah swasta di Banda Aceh. Siangnya ia membantu Bang Ilham di bengkel-nya. Sementara malam harinya, ia jualan burger di Warkop Pinggir Kali. Haidar mulai menyusun program untuk melanjutkan pendidikan Magister ke Australia. Untuk mencapai target tersebut, ia mulai menabung sedikit demi sedikit. Haidar pernah beberapa kali mencoba mengajukan beasiswa ke Pemerintah Aceh. Namun perjuangannya selalu kandas di tengah jalan. Alasannya berbagai macam, mulai dari persyaratan yang ribet hingga waktu pendaftaran yang teramat singkat. Ia sempat putus asa dan akhirnya memilih untuk berangkat dengan jerih payah sendiri. Untuk itu, ia harus menyisihkan uang hasil kerjanya setiap hari. “Aku yakin pasti bisa,” ujarnya optimis kepada Insani. Insani sendiri mulai focus menyelesaikan skipsi milik
Read more

Tekad

HARI hari berlalu dengan cepat. Sefti mulai jarang bertemu dengan Haidar. Ini karena ia sedang focus pada skripsi. Mereka hanya berkomunikasi via handphone. Sefti menargetkan bisa selesai tepat waktu. Paling lamban, pertengahan 2018 mendatang, target melanjutkan magister di Australia. Haidar akan mengambil masgister social atau pendidikan, dan Sefti sendiri menargetkan lanjutan ke magister komunikasi. Salah satu sasarannya adalah University of Sydney yang terletak di Sydney, Australia. University of Sydney merupakan universitas yang sangat bergengsi di Australia, masuk dalam peringkat top 50 dunia versi Times Higher Education dan peringkat ke 3 Australia. University of Sydney didirikan pada tahun 1850 yang menjadikannya sebagai kampus tertua yang dibangun pertama kali di Australia. Berlokasi di kota Sydney yang merupakan satu kota yang termasuk top 10 kota paling nyaman untuk dihuni didunia, sydney juga sudah sangat diakui dunia dalam hal kualitas pen
Read more

Tidak Sejalan

Pertengahan 2017 Sefti dan Insani akhirnya diwisuda. Insani telat satu tahun dari jadwal semestinya. Insani didampingi oleh kedua orangtuanya yang datang dari Aceh Jaya. Ia menggelar hajatan kecil-kecilan di salah satu rumah makan di seputaran Kota Banda Aceh. Haidar turut diundang untuk hadir ke sana. Yang anehnya, justru Sefti yang tak menggelar hajatan makan-makan seperti sarjana lainnya. Padahal, Sefti termasuk dari keluarga yang berada. Ini terlihat dari caranya berpakaian hingga aktivitas yang ditunjukannya selama ini. “Aku ingin berhemat. Hitung-hitung untuk nabung ke Australia nantinya,” ujar Sefti beralasan saat ditanya oleh Haidar terkait keputusannya itu. Haidar sendiri mendukung keputusan tersebut. Usai prosesi wisuda, gadis cantik peranakan Jawa-Aceh ini langsung menghilang dari kerumunan. Haidar menduga ada sesuatu yang ‘aneh’ dengan prilaku Sefti itu. Terlebih, tak satupun orangtuanya yang hadir ke AAC Dayan Daw
Read more

Salah Sangka

Haidar akhirnya balik kiri dan pulang ke kos di Kahju. Hari ini, ia memutuskan untuk tak berjualan di Warkop Pinggir Kali. Jantungnya berdetak kencang. Ia benar-benar tak menyangka jika Sefti tega mengkhianati dirinya. Haidar gelisah. Ia berulang kali menyakinkan diri bahwa apa yang dilihatnya tadi hanya halusinasi. Hanya ketakutannya yang berlebihan dan itu tidak benar adanya. Haidar mencoba tidur. Namun matanya tak juga bisa terpejam. Momen Sefti memeluk pria berpakaian loreng terus berulang di matanya. Ada trauma yang mendalam setiap kali ini melihat baju loreng. Kisah kelam di masa lalu kembali melintas di-ingatannya. Suara letusan senjata bergema seolah nyata. Darah yang mengalir di bajunya saat Budi roboh di depan mata. Penculikan paksa abangnya Raman. Mayat pamannya yang ditarik dalam karung di sungai Arakundo. Rumahnya yang tinggal puing. Tangisan sang ibu yang memeluk jasad ayahnya. Suara jeritan warga seolah melintas satu persatu di ingatann
Read more
PREV
1
...
56789
...
16
DMCA.com Protection Status