USAI Salat Subur, Haidar mulai merapikan diri. Ia memakai baju putih dan celana kain hitam. Ada juga sepatu dan jas hitam yang dipinjam dari Insani. Hari ini ia berpenampilan beda dari biasanya. Meskipun sepatu bermerek yang dipakaiannya adalah pinjaman belaka. Haidar mematung beberapa lama di depan kaca. Ia hampir tak mengenali dirinya sendiri. “Cukup ganteng. Mudah-mudahan setelah hari ini, garis hidupmu berubah, Dar,” ujar Insani tiba-tiba. Sosok ini berdiri di pintu kamar. Ia terlihat tersenyum di samping Gunawan yang juga terlihat sedang memandanginya. Kedua sosok itu juga terlihat berpakaian rapi. Haidar memandingi kedua kawan se-asrama ini dengan alis berkerut. Kemudian ia tiba-tiba tersenyum. “Kalian ikut aku juga ke lokasi wisuda? Terimakasih Wak, Dek Gun. Kalian temanku yang sangat baik,” ujar Haidar senang. Ia tidak memiliki keluarga kandung di hari wisuda, tapi ia masih memiliki sahabat. Insani tersenyum. Demikian juga deng
Read more