Share

Undangan

Author: Bias Sastra
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

“Sefti,” gumam Haidar.

Haidar mendekat dengan penuh keraguan. Ia takut jika kehadirannya justru menganggu komunikasi antara Insani dan gadis itu. Haidar menduga jika Insani adalah pria misterius yang selama ini membuat Sefti tak menghubunginya.

Namun ia sudah palang tanggung. Kehadirannya sudah dilihat oleh kedua sosok itu.

Haidar mencoba bersikap tenang. Wajahnya kemudian menyorot seisi kantin. Ada beberapa orang asing di sana tapi tak satupun dikenalnya. Ia mencoba mencari orang yang dibilang oleh Gunawan ingin ketemu dengannya. Namun di luar Insani, hanya Sefti yang dikenalnya di sana.

“Mungkinkah Sefti yang mencariku?” gumam Haidar dalam hati. Ia kemudian berjalan untuk mendekati meja tempat Insani dan Sefti duduk.

“Hai San. Hai Sefti, apa kabar. Sorry jika aku menganggu nie. Tadi Gunawan bilang ada yang cari aku. Makanya ke kantin,” ujarnya pelan. Ada rasa cemburu dalam kalimatnya itu.

Insani paham de

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • DOWN UNDER DOWN   Sedikit Berbeda

    USAI Salat Subur, Haidar mulai merapikan diri. Ia memakai baju putih dan celana kain hitam. Ada juga sepatu dan jas hitam yang dipinjam dari Insani. Hari ini ia berpenampilan beda dari biasanya. Meskipun sepatu bermerek yang dipakaiannya adalah pinjaman belaka. Haidar mematung beberapa lama di depan kaca. Ia hampir tak mengenali dirinya sendiri. “Cukup ganteng. Mudah-mudahan setelah hari ini, garis hidupmu berubah, Dar,” ujar Insani tiba-tiba. Sosok ini berdiri di pintu kamar. Ia terlihat tersenyum di samping Gunawan yang juga terlihat sedang memandanginya. Kedua sosok itu juga terlihat berpakaian rapi. Haidar memandingi kedua kawan se-asrama ini dengan alis berkerut. Kemudian ia tiba-tiba tersenyum. “Kalian ikut aku juga ke lokasi wisuda? Terimakasih Wak, Dek Gun. Kalian temanku yang sangat baik,” ujar Haidar senang. Ia tidak memiliki keluarga kandung di hari wisuda, tapi ia masih memiliki sahabat. Insani tersenyum. Demikian juga deng

  • DOWN UNDER DOWN   Pendamping

    MOBIL itu dikemudi oleh Insani. Gunawan duduk di sisi kirinya. Sementara Sefti dan Haidar ditempatkan di deretan kedua. Mereka berdua terlihat sangat serasi. Seperti mempelai yang hendak menuju ke KUA.“Semoga kalian berdua dijodohkan,” ujar Insani sambil melirik Haidar dan Sefti dari kaca spion. Sefti tersenyum mendengar pengakuan Insani. Sementara Haidar berwajah merona tapi tak merespon perkataan Insani.Dari asrama, mobil itu mengarah ke AAC Dayan Dawood. Jaraknya sekitar satu kilometer.Sefti merapikan baju Haidar sebelum ia turun dan bergabung dalam antrian panjang para sarjana yang akan dikukuhkan beberapa jam lagi.Kebersamaan mereka berdua sempat diabadikan oleh Insani melalui kamera handphone secara diam-diam.Senyum keduanya terlihat lepas. Haidar seperti bahagia didampingi oleh Sefti meski tak memiliki keluarga untuk datang ke acara spesialnya.Insani dan Gunawan kemudian memilih menuju kantin untuk ngopi pagi.

  • DOWN UNDER DOWN   Mundur

    PROSESI wisuda berakhir beberapa menit jelang azan Dhuhur. Sederetan upacara skaral dilalui Haidar dengan baik. Ia kini resmi menyandang gelar S.Pd. Title tingkat pertama untuk para sarjana pendidikan.Namun saat hendak keluar ruangan untuk bertemu dengan Sefti dan Insani. Di pintu keluar, ia berpas-pasan dengan Rina. Gadis mungil itu terlihat anggun dengan baju batik serta toga yang dikenakannya.“Dar, jadikan ke syukuran kecil-kecilan aku?”tanya Rina.“Aku tak bermaksud apa-apa kok! Aku tahu kalau kamu hanya menganggap aku teman. Aku restui kamu dengan Sefti. Aku sudah tahu semua kok. Yang aku harapkan, kamu bisa datang ke acaraku. Mungkin ini, bisa jadi pertemuan kita yang terakhir,” ujar Rina dengan nada pasrah.Haidar sempat bingung dengan kalimat Rina soal restu dan Sefti. Namun pernyataan Rina terakhir lebih penting untuk dijawab.“Boleh. Tapi aku datang bawa kawan ya,” ujar Haidar kemudian.Rina me

  • DOWN UNDER DOWN   Menghindar

    Sefti memberi isyarat ke Insani sambil menunjuk ke arah ayahnya. Insani yang awalnya garuk-garuk kepala akhirnya tahu apa yang terjadi. Ia mendekati Haidar dan mengajak sosok itu ke toilet dengan alasan minta ditemani. Untungnya, Haidar dengan cepat mengangguk tanda setuju. Keduanya kemudian melangkah ke arah belakang. Insani mencoba memisahkan Haidar agar tak ketemu dengan ayah Sefti yang sedang berpakaian loreng. Insani yakin jika Haidar shock jika mengetahui ayah Sefti, komandan Gusti, adalah seorang tentara. Di toilet, ternyata ada beberapa pengunjung yang sedang antri untuk tujuan yang sama. Insani justru senang akan keadaan tersebut sehingga mereka memiliki waktu yang relative lama untuk menghindari. “Dar, kita ke masjid aja yok. Aku tak tahan lagi nie,” ujar Insani beralasan agar mereka bisa keluar dari Café Mbak Moel. Haidar lagi-lagi mengangguk tanpa membantak. Haidar memang tipe orang yang setia kawan dan baik hati. Keduanya kemudian

  • DOWN UNDER DOWN   Bahan Candaan

    DUA bulan usai wisuda, Haidar dan Insani mulai menempati kos baru di kawasan Krueng Cut Aceh Besar. Haidar menggunakan waktu di pagi hari untuk mengajar di salah satu sekolah swasta di Banda Aceh. Siangnya ia membantu Bang Ilham di bengkel-nya. Sementara malam harinya, ia jualan burger di Warkop Pinggir Kali. Haidar mulai menyusun program untuk melanjutkan pendidikan Magister ke Australia. Untuk mencapai target tersebut, ia mulai menabung sedikit demi sedikit. Haidar pernah beberapa kali mencoba mengajukan beasiswa ke Pemerintah Aceh. Namun perjuangannya selalu kandas di tengah jalan. Alasannya berbagai macam, mulai dari persyaratan yang ribet hingga waktu pendaftaran yang teramat singkat. Ia sempat putus asa dan akhirnya memilih untuk berangkat dengan jerih payah sendiri. Untuk itu, ia harus menyisihkan uang hasil kerjanya setiap hari. “Aku yakin pasti bisa,” ujarnya optimis kepada Insani. Insani sendiri mulai focus menyelesaikan skipsi milik

  • DOWN UNDER DOWN   Tekad

    HARI hari berlalu dengan cepat. Sefti mulai jarang bertemu dengan Haidar. Ini karena ia sedang focus pada skripsi. Mereka hanya berkomunikasi via handphone. Sefti menargetkan bisa selesai tepat waktu. Paling lamban, pertengahan 2018 mendatang, target melanjutkan magister di Australia. Haidar akan mengambil masgister social atau pendidikan, dan Sefti sendiri menargetkan lanjutan ke magister komunikasi. Salah satu sasarannya adalah University of Sydney yang terletak di Sydney, Australia. University of Sydney merupakan universitas yang sangat bergengsi di Australia, masuk dalam peringkat top 50 dunia versi Times Higher Education dan peringkat ke 3 Australia. University of Sydney didirikan pada tahun 1850 yang menjadikannya sebagai kampus tertua yang dibangun pertama kali di Australia. Berlokasi di kota Sydney yang merupakan satu kota yang termasuk top 10 kota paling nyaman untuk dihuni didunia, sydney juga sudah sangat diakui dunia dalam hal kualitas pen

  • DOWN UNDER DOWN   Tidak Sejalan

    Pertengahan 2017 Sefti dan Insani akhirnya diwisuda. Insani telat satu tahun dari jadwal semestinya. Insani didampingi oleh kedua orangtuanya yang datang dari Aceh Jaya. Ia menggelar hajatan kecil-kecilan di salah satu rumah makan di seputaran Kota Banda Aceh. Haidar turut diundang untuk hadir ke sana. Yang anehnya, justru Sefti yang tak menggelar hajatan makan-makan seperti sarjana lainnya. Padahal, Sefti termasuk dari keluarga yang berada. Ini terlihat dari caranya berpakaian hingga aktivitas yang ditunjukannya selama ini. “Aku ingin berhemat. Hitung-hitung untuk nabung ke Australia nantinya,” ujar Sefti beralasan saat ditanya oleh Haidar terkait keputusannya itu. Haidar sendiri mendukung keputusan tersebut. Usai prosesi wisuda, gadis cantik peranakan Jawa-Aceh ini langsung menghilang dari kerumunan. Haidar menduga ada sesuatu yang ‘aneh’ dengan prilaku Sefti itu. Terlebih, tak satupun orangtuanya yang hadir ke AAC Dayan Daw

  • DOWN UNDER DOWN   Salah Sangka

    Haidar akhirnya balik kiri dan pulang ke kos di Kahju. Hari ini, ia memutuskan untuk tak berjualan di Warkop Pinggir Kali. Jantungnya berdetak kencang. Ia benar-benar tak menyangka jika Sefti tega mengkhianati dirinya. Haidar gelisah. Ia berulang kali menyakinkan diri bahwa apa yang dilihatnya tadi hanya halusinasi. Hanya ketakutannya yang berlebihan dan itu tidak benar adanya. Haidar mencoba tidur. Namun matanya tak juga bisa terpejam. Momen Sefti memeluk pria berpakaian loreng terus berulang di matanya. Ada trauma yang mendalam setiap kali ini melihat baju loreng. Kisah kelam di masa lalu kembali melintas di-ingatannya. Suara letusan senjata bergema seolah nyata. Darah yang mengalir di bajunya saat Budi roboh di depan mata. Penculikan paksa abangnya Raman. Mayat pamannya yang ditarik dalam karung di sungai Arakundo. Rumahnya yang tinggal puing. Tangisan sang ibu yang memeluk jasad ayahnya. Suara jeritan warga seolah melintas satu persatu di ingatann

Latest chapter

  • DOWN UNDER DOWN   Epilogue

    Aku menginginkan sebuah keluarga yang normal. Sementara yang kumiliki hanyalah seorang ayah bajingan dan ibu yang bekerja sebagai pengasuh di rumah keluarga kaya, juga seorang kakak perempuan yang berusaha mati-matian untuk bisa pergi dari rumah kami yang terkutuk. Nggak ada seorang pun yang memperhatikanku.Satu kali aku pernah mencari ibuku ke tempat kerjanya –di sebuah rumah besar dengan pagar tinggi. Dari luar aku melihat ibuku bermain dengan tiga orang anak yang usianya lebih besar dariku di teras rumah. Mereka tertawa bahagia. Lalu aku pulang dengan sedih dan bertanya pada Ruby, “Apa Mama nggak sayang sama kita sampai dia nggak mau jagain kita dan malah jagain anak orang lain?”Usiaku sembilan tahun dan Ruby, enam belas tahun. Aku rasa Ruby tahu apa yang harus dikatakannya padaku agar aku nggak bersedih. Mungkin dia bisa menjawab dengan yakin bahwa Mama hanya bekerja a

  • DOWN UNDER DOWN   Part of Somthing

    “Bell?”Suara Nial kedengaran panik. Aku bergegas meninggalkan dapur dan menemukan dia baru keluar dari kamar dengan terburu-buru.“Ya?” sahutku.Dia agak terkejut. Dan entah mengapa menghembuskan nafas panjajng.“Kenapa?” tanyaku, heran.“Aku kira kamu kabur lagi,” jawabnya, sambil mengusap wajahnya dan rasa lelah itu masih kelihatan di sana.Logikanya, nggak mungkin aku kabur setelah semua yang terjadi di antara kami beberapa hari ini dan dia menjadikanku gadis paling bahagia sedunia dalam sekejap mata. Sekaligus menjadi matrealistis.“Kamu mimpi?”Dia nggak menjawab. Hanya bergerak menuju kursi meja makan dan duduk di sana sambil mengge

  • DOWN UNDER DOWN   Evil Man

    Nial sudah berangkat pagi-pagi sekali hingga aku bahkan nggak sempat bertemu dengannya. Seperti biasa, sarapan sudah ada di meja –waffle madu. Sepertinya dia tahu kalau dari semua menu sarapan sehatnya yang rata-rata menyisipkan sayur, waffle madu pilihan yang nggak bisa kutolak.Setelah sarapan aku kembali ke depan TV, memutar Fox Movies lagi. Film Transcendence sudah main sekitar sepuluh menit –aku juga sudah nonton film ini dengan Ruby. Jadi ingat Johnny Depp aktor favoritnya. Ruby selalu beranggapan hampir semua filmnya bagus. What’s Eating Gilbert Grape tahun 1993 adalah yang terbaik dari semuanya dan dia menontonnya berulang-ulang.Saat itu hobi menontonku sudah mulai berkurang karena ketegangan antara aku dan Ruby soal Alex. Aku mulai jarang menghabiskan waktu bersamanya karena Alex sering berkunjung. Ketika Ruby menonton film itu entah untuk yang ke berapa kalinya, A

  • DOWN UNDER DOWN   Bad Liar

    Hari Kamis pagi, nggak biasanya aku dengar dia menelpon dengan seseorang di dapur dan mengenakan setelan jas lengkap warna hitam. Di meja makan sudah ada roti isi daging yang kelihatan lezat. Aku menguping tapi sama sekali nggak mengerti apa topik yang sedang dia bicarakan. Dan begitu melihatku, dia langsung menyudahi teleponnya.“Aku mau pergi,” katanya dengan cepat. Dia nggak akan duduk bersamaku di meja makan.Aku nggak menjawabnya. Itu artinya aku akan sendirian –dia pernah bilang kalau dia bukan pengangguran. Ya memang, selama di sini aku juga nggak merasa kalau dia ada sampai aku bosan dan harus mencuri kesempatan untuk kabur sejenak cuma buat mengobrol dengan Valde.“Pokoknya jangan bukain pintu untuk orang asing sampai aku pulang,” ia berpesan. “Dan jangan keluar sendirian.”

  • DOWN UNDER DOWN   Going Crazy

    “Bellisa? Kamu kenapa?” Valde menatapku khawatir ketika dia menemukanku duduk sendirian di lorong nggak jauh dari kantor pengelola apartemen.Aku sengaja karena dalam pikiranku hanya itu yang ingin kulakukan saat ini. Bukannya pulang ke tempat asalku. Aku nggak mengerti dengan diriku saat ini. Apartemen ini bukan rumahku, tapi aku nggak mau pergi.“Kenapa kamu nangis?” tanya Valde lagi karena aku nggak juga menjawabnya. “Kamu dimarahin Nial lagi?”Aku mengangguk. Ya, dia selalu marah-marah. Namun, kali ini aku bertengkar dengannya. Padahal selama ini aku nggak mau begitu. Karena... kadang-kadang aku merasa dia sebenarnya memperhatikanku. Dia melarangku mandi air hangat tiap hari karena nggak ingin aku tergelincir. Dia menyuruh aku makan sayur –persis seperti Mamaku dulu. Semua keinginannya itu, aku tahu, kalau itu untu

  • DOWN UNDER DOWN   Terkekang

    Nial sudah masuk ke ruangan rahasianya dan aku memilih nonton TV. Namun satu jam kemudian aku langsung bosan. Aku butuh cemilan tapi Nial nggak mengizinkanku keluar sendiri. Aku terpaksa menurut karena nggak mau disalahkan gara-gara hari itu aku nggak beli apa pun di supermarket.Aku pergi ke dapur untuk mengambil minuman –sebotol jus jeruk dengan bulir asli di dalamnya. Aku mengambil satu dan kulihat tempat sampah di dekat wastafel sudah hampir penuh. Itu harus segera dibuang sebelum menyebabkan bau busuk. Apartemen memiliki tempat pembuangan sampah umum di lantai satu. Setiap pagi petugas kebersihan kota akan menjemput sampah-sampah itu dengan truk besar.Begitu teraturnya tempat ini, pikirku setelah melempar kantong plastik besar itu ke tumpukan sampah yang bau itu.“Bellisa?” seseorang menegurku dan itu membuat jantungku nyaris copot.

  • DOWN UNDER DOWN   Mengikuti Keinginan

    Aku mengangkat tubuhku dari dalam air; nafasku sesak. Aku sempat nyaris hilang kesadaran. Mungkin karena panasnya cukup membuatku pusing. Tapi, aku merasa mendengar seseorang memanggil-manggil namaku.Nial?Tapi, itu nggak mungkin. Dia nggak pernah memanggil namaku –karena dia bahkan nggak pernah memulai percakapan denganku. Kalaupun dia perlu untuk memberitahuku sesuatu dia menyebutku dengan ‘hei’.Setelah selesai mandi aku langsung teringat pada cucianku dipantry. Itu terlupa begitu saja gara-gara pesan ‘Aku kangen kamu’ yang kubaca di handphone-nya.Aku benci harus merasa cemburu. Dan harusnya aku nggak cemburu. Aku nggak berhak untuk cemburu. Cemburu nggak akan mengubah apa pun. Aku bukan siapa-siapanya.Aku

  • DOWN UNDER DOWN   Three Steps Back

    Dia baik –sudah cukup baik untuk orang judes dan ketus seperti dirinya. Dia memasak makanan yang enak setiap hari. Dia juga langsung membelikan mesin cuci agar aku bisa pakai baju bersih. Dia mengizinkan aku nonton TV seharian. Yah, walaupun dia bukan teman bicara yang asyik seperti Wanda atau Lulu. Tapi, dia nggak pernah menggangguku, malah sebaliknya. Dia bilang aku berisik dan terlalu banyak tanya. “Dia menelpon ke tempat kerjaku dan bilang kalau aku berhenti,” jawabku. “Dia sampai sejauh itu?” Aku mengangguk-angguk. “Aku masih bingung, Kak. Kalau sudah aman dan aku pergi dari sini, aku harus nyari kerjaan baru lagi.” Wanda nggak menjawabku. “Aku nggak mungkin tinggal di sini selamanya,” sambungku. “Semuanya bakal baik-b

  • DOWN UNDER DOWN   Mesin Cuci

    “Aku pikir kamu kabur karena segitunya ingin pulang,” Nial marah karena aku memutuskan untuk menunggunya selesai di parkiran. Rupanya dia nggak suka karena itu membuatnya harus mencariku ke sana kemari. Dia terus memasang tampang masam setelah kami naik ke mobil dan siap-siap untuk pulang. “Kamu lama...,” kataku membela diri. “Aku juga nyariin kamu di tempat bahan pokok tapi nggak ketemu.” Bukankah dia cumamau belanja bahan makanan? Kenapa dia malah ke mana-mana? Ah sudahlah, orang kaya mah bebas! “Aku pergi ke toko elektronik. Mau lihat mesin cuci seperti yang ada di laundry itu.” “Kamu mau beli mesin cuci?” Entah mengapa aku jadi sedikit bersemangat. Nial mengangguk pelan tanp

DMCA.com Protection Status