Semua Bab Dokter Tampan Pemikat Wanita: Bab 51 - Bab 60

111 Bab

Paduan Perangsang

"Nanda kenapa, Mas?" tanya Mbak Dara yang menyambut brankar Nanda begitu masuk pintu IGD."Hipotermia. Kontra obat. Intoleransi alkohol." Aku menjawab cepat.Dokter jaga di pertengahan malam itu pasti kaget melihatku yang masih berselimut jubah mandi hotel saat menunggu pemeriksaan Nanda sambil menjawab rinci kemungkinan diagnosis. Pihak medis harus mengurai belitan berlembar-lembar handuk dan selimut ketika harus mencari jalur vena untuk pemasangan infus, tentunya juga memasang alat monitoring karena detak jantung dan intensitas napas Nanda masih rendah."Bagaimana ceritanya Nanda ketemu alkohol sama obat?" Lirikan yang tertuju padaku seperti paduan khawatir dan marah, terpampang nyata dari kerutan di kening Mbak Dara. Wanita berpenutup kepala itu sempat menggeleng."Afrodisiak sintetis." Kusebutkan jenisnya, bukan merek. Menyebutkan nama yang mudah dicari dalam penjelajahan internet bisa saja menjerumuskan orang lain untuk mencoba mendapatkan obat yang sama."Mas Abra? Ini nyawa oran
Baca selengkapnya

VCS

"Pagi, Sayang ...." Aku menguap setelah membuka tampilan layar ponsel dan menemukan wajah Aya tampil. Ah, tidur di kursi menyakiti punggung, aku perlu peregangan."Baru bangun?" tanya Aya. Wajahnya tampak semringah, segar di jam ... arlojiku menunjukkan jam sembilan lewat."Iya, semalam ada kasus darurat." Kuletakkan ponsel bersandar pada tumpukan buku dan aku berdiri merentangkan tangan ke atas sejauh mungkin kemudian menggerakkan kepala hingga suara patahan terdengar."Tadi Mama ngirimin makanan lewat ojol. Sampai?"Kuperhatikan, Aya meletakkan ponselnya, seperti di penyangga menghadap ranjang kami. Dia terlihat bolak-balik di ruangan. Aya sepertinya terbiasa mengenakan kaus milikku, seperti enggak pakai celana di baliknya kalau tertutupi hingga ke paha.Tunggu, dia tadi bilang apa? Kiriman makanan?Aku kembali duduk dan mendapati tas bekal berlapis kemasan merek salah satu layanan pengiriman daring di dekat bingkai foto. Di depannya tergeletak kertas pesan dari Nanda, "Disuruh antar
Baca selengkapnya

Memancing

Tubuhku remuk tanpa istirahat setelah semalaman mengontrol keadaan beberapa pasien yang masuk IGD. Mungkin beberapa gelas kopi dan kisah para perawat yang mengajak bicara di antara tumpukan berkas cukup menghibur.Seperti seramnya koridor dengan segala suara bisikan, rintih, bahkan berbagai kekacauan benda jatuh tanpa tahu asalnya. Apa itu lucu? Mengingatnya saja bisa membuatku tertawa. Selama mengambil sif malam, belum bertemu kejadian aneh selain petugas keamanan yang berkeliling dan menawarkan dagangan istrinya dari krim perawatan sampai pakaian dalam."Baru pulang, Bra?" Aya muncul dari balik pintu kamar mandi kamar setelah aku merebahkan diri pada empuknya permukaan kasur yang tidak kusentuh selama beberapa hari terakhir.Sebelum masalah Nanda, aku memang lebih banyak beristirahat di ruangan dokter, menunggu panggilan dadakan, atau minimal menghindari Aya yang mampu membangkitkan gejolak panas seketika. Hasilnya jauh lebih panas daripada efek obat yang sempat masuk beberapa hari l
Baca selengkapnya

Pemenuh Gairah

Enggak bisa pulang dulu kayaknya. Undangan dari Nanda untuk menjelajahi bagian terdalam dirinya sangat menggugah selera. Aku enggak bakal munafik jika tergoda dengan kegelapan nan hangat yang menyambut.Obat perangsang itu memang mengundang panas dan gelenyar denyutan pada inti gairah. Namun, perbuatan amoral itu pilihan. Bahkan tanpa afrodisiak, Nanda melemparkan dirinya padaku hingga berakhir di bawah selimut yang sama tanpa penghalang. Bulir keringatku bahkan belum kering sepenuhnya setelah melepas ledakan yang selama ini tertunda di dalam Nanda.Khawatir?Enggak. Nanda bilang kalau tamu bulanannya baru selesai dan semburat kemerahan yang tercetak setelah penaklukan dinding pertamanya membuat rasa bersalah kembali menghantamku."Pak?""Iya."Panggilan dari suara Nanda spontan membuatku mengangkat wajah dari belakang daun telinganya.Lengkung yang terbentuk dari kelopak matanya begitu polos bak remaja yang menemukan kesenangan baru dari kata bebas. Senyuman lebar Nanda menampakkan tu
Baca selengkapnya

A Moment

"Sebenarnya kita mau ke mana sih, Nan?"Aku bertanya setelah melalui belokan ke kanan pada simpang tiga di depan mal besar. Sepanjang jalan dipenuhi jejeran pertokoan bermerek, tempat karaoke, bahkan kafe-kafe besar. Melalui jalan dua arah lurus dengan kecepatan rata-rata menggodaku untuk menekan pedal gas di bawah sepatu dalam-dalam kalau saja Nanda tidak melarang.Katanya, "Aturan berkendara di sini sangat ketat.Alhasil, kakiku seolah menggantung pada pedal nanggung. Jari-jariku hanya bisa mengetuk pinggiran roda kemudi seiring lagu yang mengalun dari saluran radio.Sesekali Nanda mengikuti lirik lagu sampai terpejam ketika bergoyang di bangkunya, seperti, "Than a moment, than a moment, love."Kebanyakan bahasa asing yang enggak kumengerti. Apalagi kata-kata yang mengiringinya."Lurus aja sampai ketemu lapangan, Pak." Nanda masih mengarahkan setiap aku kedapatan bertemu tatap dengannya.Kesan yang kutangkap darinya?Ceria.Bergejolak.Perawat dengan gelar ahli muda di usia dua puluh
Baca selengkapnya

Pacar Rahasia

"Bapak yakin bisa ngalahin aku?"***Kesepakatan itu akhirnya menjadi bumerang tersendiri. Meski hanya permainan, permintaannya untuk hubungan yang lebih jelas selain teman tidur justru harus kusetujui. Bermandikan keringat karena berlomba mengendarai sepeda sewaan di sepanjang jalan terusan menuju Melawai, gairah masih belum mampu dibendung. Sosok Nanda terlampau menggoda dalam pakaian yang dialiri peluh dan air minum karena kami sempat saling menyiram air mineral yang dibeli.Baru menutup pintu dari dalam kamar hotel yang kusewa, Nanda langsung menyambar pinggangku dari belakang. Jari-jari lentiknya seolah berusaha menjelajah dan menemukan tegangan yang semakin mengeras karena sentuhannya."Sabar, Nan." Kutarik kedua tangan Nanda keluar, berbalik dan menghadapinya dengan menawarkan sekali ciuman singkat. "Aku masih bau.""Keringatmu malah bikin keliatan menggoda, Pak." Desahannya seolah menggaung dalam kepala. Berulang-ulang. Sejak kapan Nanda yang polos berubah menjadi singa betina
Baca selengkapnya

Hubungan Tersembunyi

Aku belum bisa berhenti tersenyum karena tingkah kekanakan Nanda dalam berbicara atau berlaku di luar profesi nakes.Dia membisikkan sesuatu."Charmander? Yang benar aja!" Bukan enggak tahu, hanya enggak habis mikir alasannya menggunakan karakter animasi asal Jepang itu. Aku kira hanya angkatan 90-an yang masih doyan sama kartun lawas itu."Jin maunya kalau pacaran pakai panggilan itu."Siapa lagi itu? "Jin? Jin ifrit?""Jin BTS, Pak. Abra." Cubitannya kembali disarangkan pada pinggangku.Kalau dipikir lagi selera musik Nanda sepanjang berada di mobilku setiap disambungkan dengan ponselnya, jangan bilang ...."Idol Korea. Boyband." Bibirnya merengut maju saat aku memutar, menghadapinya sambil menekuk lutut biar sejajar dan memegangi kedua bahunya. "Kamu enggak tau?"Aku menggeleng, merasa enggak pernah kenal nama yang disebutkannya. Aku cuma tahu kalau cowok asal negara ginseng itu punya karakter wajah yang mirip. Susah dihafal."Kalau Charmander?""Tapi itu karakter anime, Nan!""Pak
Baca selengkapnya

Susah Lepas

Aku baru keluar dari kamar mandi ketika melihat Aya membongkar isi koper. Perasaan enggak nyembunyiin apa-apa di sana, tapi kok jantungku berdebar-debar?Kulepaskan belitan handuk di pinggang setelah mengambil kaus dan celana kargo selutut dari lemari. Kalau memperhatikan pergerakan Aya dari pantulan cermin, sepertinya ada yang berubah dari bentuk tubuhnya. Semakin kentara dibanding terakhir kali kusentuh. Mungkin ukuran dalamannya naik beberapa nomor. Kenapa malah mikir ke itu?“Bra? Ini punya siapa?” Atensiku terdistraksi dengan pertanyaannya saat berkacak pinggang dan memperlihatkan botol kaca langsing berlogo salah satu merek impor yang enggak mungkin dibeli murah.Kuhampiri Aya dan merangkul pinggangnya sambil memperhatikan botol yang dipegang. Sepertinya bukan barang palsu. Aku pernah lihat salah satu parfum serupa milik Caca, tapi enggak mungkin itu dari dalam koperku.Bisa jadi ..., “Punyaku.” Aku tertegun mengingat kemungkinan yang bisa terjadi.“Sejak kapan pakai parfum gini?
Baca selengkapnya

Lebih Dari Satu

Baru kembali dari ruang rawat inap tempat salah satu pasienku dipindahkan, langkahku di koridor terpaksa dihentikan kemudian berpindah ke belakang tiang beton yang cukup melindungi diri. Aku mengintip dua sosok wanita yang belakangan mewarnai hidupku sedang bertemu di persimpangan. Aya istriku, dan Nanda yang menjadi pacarku.Wait, pacar?Sebelum bersama Nanda, siapa yang kuakui sebagai pacar? Aya saja kusebut sebagai calon istri.Aku belum pernah berminat berpacaran selain menjadikan seseorang teman kencan. Kebanyakan dari kaum venus memilih memutus hubungan dariku jika keinginan mahal mereka tidak dipenuhi. Yah, seperti kencan di tempat mewah terus menerus atau harus makanan mahal.Nanda enggak seperti itu. Pertemuan kami hanya sebatas urusan gairah yang harus dipuaskan.Kudengar suara Nanda bertanya, “Istrinya Pak Abra?”“Iya.”“Pak Abra-nya masih ada pasien. Perlu diantar ke ruangan?”“Ah, iya. Terima kasih. Saya duluan saja.”Bisa kudengar langkah sepatu kets Aya yang familier mel
Baca selengkapnya

Masa Lalu

"Abra!" Caca langsung menanggapi pelukan yang kuberikan. Sepertinya dia mengusap wajah di bagian dada jasku sampai enggak sadar riasannya berantakan. Kentara dominasi kelabu menodai sepanjang bagian kiri.Hufh ..., kayaknya harus buang jas lagi. Napasku sampai perlu diembuskan melalui mulut sebelum mengambil inisiatif mengusap belakang kepalanya sampai isakan yang terdengar benar-benar reda."Randy, Bra." Caca menyebutkan nama penghuni brankar yang baru ditarik ke dalam ruang tindakan."Iya. Aku tahu." Ya, keadaannya enggak termasuk dalam daftar mengenaskan kalau dilihat secara kasat mata. Kudorong bahu Caca menjauhi jasku. "Kayaknya kamu perlu cuci muka deh, Ca.""Luntur, ya?" Gadis dari pemilik salah satu perusahaan konstruksi raksasa yang sebenarnya bersaing dengan Ayah itu lebih memilih mengambil cermin dari tas tangan yang dibawanya daripada mengasihani jasku. "Ya Tuhan! Kacaunya! Punya sabun cuci muka, Bra? Atau pembersih riasan?"Selalu. Para wanita sepertinya memang punya hal-h
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
12
DMCA.com Protection Status