Semua Bab The Gray Silhouette of Love: Bab 11 - Bab 20

131 Bab

11. PATAH HARAP

"...Harapan yang tak menjadi kenyataan itu menyakitkan... "   ~ Aru ~   -  Tujuh jam sebelumnya  -   Aku baru saja selesai mencurahkan kegundahanku pada Zein, dan sikap Zein masih saja sama. Dia ingin aku meninggalkan Ara, dan semuanya akan selesai dengan sendirinya, jika aku meninggalkannya. Masalah dan kesedihanku akan selesai, dengan mudah. Tapi ini tak pernah semudah seperti yang dia ucapkan dan sarankan padaku dengan entengnya. Bagaimanapun juga perasaanku masih punya magnet kuat untuk Ara, dan aku tidak bisa semudah itu mengambil keputusan seperti yang sahabatku sarankan. Dan ini tak akan pernah semudah dan sesimpel itu selama aku masih punya perasaan yang aktif untuk orang yang ku sayangi, sekalipun dia berbuat salah dan aku berusaha meninggalkannya. Itu tetaplah bukan perkara yang enteng untuk dijalani. Alhasil aku kembali berenang dalam kebuntua
Baca selengkapnya

12. RAGU

"...Bentuk cinta ya tetap cinta... " ~ Aru ~Seperti biasa aku berakhir ditempat sahabatku, Zein. Aku merasa bersyukur memiliki teman sepertinya. Karen dia selalu berlapang hati membantuku, mendengarkan keluh resahku dan menjadi teman berbincang yang sengit karena biasanya pendapat dan pandangan kita berbeda. Aku juga bersyukur karena dia mau menerimaku, menampungku ditempatnya saat aku dan Ara sedang dalam kondisi hubungan yang tidak baik seperti ini. Aku sudah berada disini selama 3 hari terhitung sejak Ara lebih mementingkan urusan pekerjaannya daripada aku. Aku yang kesal lantas melarikan diri kesini. Meskipun begitu, aku baru saja menyelesaikan curhatanku padanya sejak 15 menit yang lalu, maklum kemarin-kemarin dia masih sibuk dengan urusan kerjaannya dan sekarang dia sedang luang. Momen yang tepat untuk curhat dan bertukar pandangan."So, this is your final ending huh? Or it is just another break time
Baca selengkapnya

13. ACCIDENT

"...Kaulah yang mampu mensabotase pikiranku dengan begitu kacaunya... "~ Ara ~Sudah berhari-hari ini Aru tidak pulang. Terakhir kali aku melihatnya ialah saat aku meninggalkannya di rumah seorang diri dengan kondisinya yang lemah dan seharusnya butuh teman, tapi aku tak bisa menemaninya. Mungkin sebab itulah dia marah padaku. Meskipun itu juga hanya dugaanku belaka tapi aku yakin kemarahannya itu karena hal yang kemarin itu. Komunikasi kamipun tidak intens. Berkali-kali aku mengiriminya pesan tertulis kepadanya tapi dia hanya tetap meninggalkan pesan ku dalam read belaka, dan jarang membalas pesan-pesan yang ku kirimkan. Meskipun aku tahu, palingan Aru sedang ada ditempat Zein tapi tetap saja aku cemas dan tidak menentu jika dia jauh. Terlebih lagi ini kepergian terlamanya meninggalkan rumah dalam keadaan kami sedang buruk selama ini dan itu membuatku tidak fokus bekerja, membuatku tidak enak makan, juga tidak nyenyak tidur.
Baca selengkapnya

14. KERAS KEPALA

"...Kita tetap saja keras kepala, memilih bersama dalam ketidak mungkinan... "~ Ara ~Aku duduk perlahan karena kini bokongku terasa mulai sakit. Mungkin Karena jatuhku dalam posisi terduduk jadi pantatku yang terasa sakit dan nyilu setelah tangan yang diperban ini. Aru duduk disampingku. Pandangan dan tatapannya tidak biasa dalam menatapku, saat ini. Ada kompleksitas kelembutan, keberanian, pemahaman dan siratan cinta yang meluluhkan batin saat aku menemukan sinaran pancaran matanya itu. Jadi aku berusaha menghindar dari kontak langsung dengan tatapannya. Aku takut terbius olehnya dan jadi lupa diri. Tapi dia malah memintaku untuk melihatnya. Meminta diriku untuk berfokus padanya seorang, seperti ada hal penting yang ingin dia utarakan.Biasanya jika sudah begini, dia suka sekali mengatakan hal-hal romantis berbau-bau manis. Jadi, aku harus dobel waspada. Terlebih karena Tasya tidak disini menamaniku. Jadi
Baca selengkapnya

15. TEASING & FLATTERING

"...Semoga kata cinta itu bukan sebatas cara untuk menghiburku... "~ Aru ~Aku mendengar Ara mengeluh kesakitan dari dalam kamarnya. Sebelumnya, aku lebih dulu mendengar seperti ada suara benda terjatuh, sebab itulah aku mengetuk pintunya dua kali dengan sigap."Beb, kau sudah bangun?""Yah""Aku masuk boleh?""OH NO. DON'T!" sahutnya cepat."Kau baik-baik sajakan?""Ya, aku baik" suaranya terdengar tidak sepenuhnya berfokus padaku. Dia sepertinya juga sibuk dengan hal lain."Apa kau terjatuh?""Aoouucchhh. SHOOTTT. AHHHGG!" Ara terdengar mengerang kesakitan."Kau kenapa?""Ahhh, tidak apa-apa""Aku masuk klo begitu?""DON'T ARU! JUST STAY AWAY FROM MY DOOR!" perintahnya dengan galak. "Is everything alright?""Yeah..., yeah... everything is fine. I am fine too. DON't worry!""Okay, if you say so" kataku hendak pergi, namun t
Baca selengkapnya

16. SWEET TALK

"...Cinta bisa melumat dalam kebutaan logika, menghalalkan segala cara... "~ Ara ~Aru menjadi begitu sangat perhatian padaku, sebab tanganku yang masih belum sembuh sepenuhnya. Meskipun biasanya dia juga perhatian tapi kali ini usaha dan perhatiannya terbilang lebih ekstra. Dia benar-benar mengurus dan menjagaku dengan baik.Dimulai dari memperhatikan makanku. Dia kadang masak dan kadang juga beli, kalau sedang malas memasak. Lalu mengurus baju-bajuku, mengurus kebersihan rumah, dan bahkan dia masih menyempatkan memijat kepalaku saat aku mulai mengeluh lelah dan pusing karena merasa stres dengan pekerjaan kantor yang melelahkan dan jadi menumpuk saat aku ambil cutiku selama tiga hari kemarin.Aku sudah masuk kerja lagi sejak dua hari lalu. Dan Aru masih saja menjagaku dengan mengantar-jemputku. Dia bilang jika aku naik bus, bisa saja tanganku tersenggol orang-orang secara tidak sengaja dan justru itu akan membuat proses penyembuhanku t
Baca selengkapnya

17. BERTARUH

"...Wujud cinta memang kadang sulit dimengerti oleh logika... " ~ Aru ~ "Hei, Ra..." aku menghentikan Ara yang sudah beberapa langkah menjauh, "Kau rapat tidak mainan HP kan?" tanyaku ragu-ragu. "Mmh, yah tentu. Aku akan fokus pada rapat. Kenapa?" "Baguslah klo begitu. Berikan HP mu, biar aku yang bawa" "Buat apa?" katanya menarik raut tenangnya mundur seketika, "Bagaimana klo aku butuh sewaktu-waktu? Untuk menghitung atau mencatat mungkin?" tambahnya mencoba bersikap wajar seperti tak terganggu. Tapi sangat terganggu.  Aku mengeluarkan ponselku dari saku. "Bawa punyaku. Tukeran" aku mencoba menghentikan elakannya. Itu membuat dia meragu menyerahkan ponselnya padaku. Seperti permintaan simpelku ini juga merupakan hal yang sulit baginya. Seperti biasanya, dia selalu memandang berat akan permintaan-permintaanku. Namun dia juga tak mampu mengelak, karena takut aku mencurigainya. "Jangan macam-macam, ok
Baca selengkapnya

18. FLICKLE

 "...Cinta bisa membuat kita patah hati dengan banyak rupa... "~ Ara ~"Sya..." aku kirim pesan itu ke Tasya"Hei say..." balas Tasya, "What is up?" lanjutnya, "Kalian bertengkar lagi?""Ya begitulah""Apa ini berhubungan dengan statusnya? Do you love? Love me? love me not?""Sepertinya begitu" "Kenapa lagi sekarang?" tanya Tasya, "Just don't bottle up your feeling, Ara. Kau bisa cerita apapun padaku, kau tahu itukan? I'm here, bebby" dia mencoba memberikan ketenangan padaku, "Want me to call you?" lanjutnya membalas."Please!"Tidak lama kemudian kita sudah tersambung dalam panggilan."Jadi?""Aru ngeselin juga NYEBELIN!" "OKAY. Terus?""Terus aku marah, dia lalu pergi. Sudah berjam-jam dan belum juga pulang""Kau menyesal karena telah memarahinya atau sudah merasa merindukannnya?" "Aku hanya..., jadi kepiki
Baca selengkapnya

19. RESTLESS

  “...Kau nikahi dulu aku, baru boleh tidur bersamaku...”   ~  ARA  ~   Aku tak bisa tidur meski sudah membolak-balik posisi tidurku. Pikiran dan batinku masih tidak tenang memikirkan Aru. Dia belum juga pulang, padahal waktu sudah semakin larut. Dia biasanya mengirimiku pesan singkat jika tidak akan pulang, hanya untuk sebatas informasi agar aku tidak cemas mencarinya. “Jangan ganggu. Aku ditempat Zein” Atau, “Aku tak akan pulang” atau, “Aku pulang besok. Tak usah menunggu” dan sebagainya. Tapi kali ini tidak. Dia tidak mengirimiiku satu pesanpun, atau mungkin belum. Tapi ini sudah terlalu larut. Aku memberanikan diri menghubungi Zein, sebatas text, aku tidak berani jika harus bicara lewat telepon. “Hai, Zein. Maaf aku menghubungimu malam-malam begini” kirim. Semoga dia belum tidur. “?” Zein hanya membalasku sesingkatkat itu.
Baca selengkapnya

20. MABUK CINTA

 “...Aku percaya hal yang biasapun adalah kejutan dari bagian takdir yang sudah digariskan...” ~  ARU  ~  Aku tidak tahu apa yang membuatku seberani ini untuk menenggak minuman yang selama ini ku jauhi, hingga membuaku tak berdaya seperti ini. Aku memang tidak suka, baunya saja sudah membuat pusing kepala, sedangkan rasanya menyakiti tenggorokan, membakarnya dengan menyakitkan. Heran, kenapa juga banyak yang mencari dan membelinya, kurasa itu karena mereka butuh teman. Teman yang tak bisa memprotesmu, tapi bisa membuatmu lupa pada beban berat yang tengah kau hadapi. Tapi apa itu sepadan?Mengapa aku juga harus merasakan ini? Beban berat ini, sekali lagi? Apa ini hukuman untukku karena dulu pernah berjalan bersama Quin tanpa sepengetahuan Ara?Jika benar begitu, tapi mengapa juga balasannya harus bertubi-tubi seperti ini? Menyiksa tanpa akhir.Aku jadi terin
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
14
DMCA.com Protection Status