"... Mengharapnya kembali itu hampa, Memikirkannya lagi hanyalah derita ..." ~ Aru ~ . . Apa aku bisa mengatakannya? Aku bisa! Tapi apa aku siap menerima jawabnya? Dia selalu mengecewakan harapanku, biasanya! Dan tentu itu membuatku tidak siap. Aku perlu mengantisipasinya. Aku tersenyum, meyakinkan diriku jika aku baik-baik saja, tapi hatiku tidak bisa. Ada rasa yang terus mengganjal dan jadi pengganggu. Dan akupun tahu, Ara bisa menangkapnya meski kusamarkan itu. "Aru, kenapa?" "Bukan apa-apa" "Please, it must be something!" "Alright. Can I ask you something then?" "Apa?" Aku menggenggam kedua tangannya. Mataku melirik cincinnya sesaat dan Ara menangkapnya. Kuhela nafas pendek. "Aku mengerti kenapa kau tidak bisa memilihku, sekalipun mungkin ingin. Kita sama-sama tahu, sama-sama dewasa. Bukan lagi bocah remaja yang baru kenal cinta, lantas abai akan logika" Mata kami meyiratkan ketegaran yang sama, dari kegetiran yang berbeda. "Perbedaan kita yang tak bisa dijembatan
Read more